Kopi TIMES

Puasa dan Pendidikan Karakter

Minggu, 24 Maret 2024 - 12:40 | 36.86k
Syahrul Kirom, M.Phil., Dosen Filsafat UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Syahrul Kirom, M.Phil., Dosen Filsafat UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CIREBON – Puasa tidak hanya menahan makan dan minum, namun juga perlu menahan segala hawa nafsu, baik membicarakan orang lain maupun memfitnah orang, melainkan segala perbuatan yang dilarang oleh agama. Karena itu, bulan ramadhan 1445 H ini harus dijadikan momentum untuk selalu melakukan koreksi pada diri umat Islam.

Di dalam puasa terdapat ajaran nila-nilai moralitas manusia, pendidikan yang mampu membangun wadah kesadaran moral manusia sebagai upaya menjadikan jati diri bangsa Indonesia, dalam hal ini adalah karakter manusia, karakter berkaitan dengan sifat dan watak manusia. Kita mengerti bahwa ada watak dan sifat yang jahat. Sifat jahat itu menampak sekali dalam perilaku korupsi dan nepotisme, kolusi dan lain sebagainya. Kebijakan yang tidak pro kepentingan rakyat Indonesia itu adalah sifat dan watak manusia Indonesia yang perlu direduksi, sehingga memunculkan nilai-nilai toleransi yang menguntungkan pada yang lain.

Advertisement

Karena itu, berpuasa bukan hanya sekedar menahan makan dan minum. Akan tetapi, dengan berpuasa tersebut umat Islam juga harus mampu melihat realitas sosial yang melanda bangsa Indonesia. Yang mulai menampakkan batang hidungnya dengan berbagai tindakan yang mencerminkan dari perbuatan yang amoral dan asusila. Puasa memiliki makna yang integral dalam diri manusia untuk mampu memperbaiki perilaku umat Islam.  

Puasa selama satu bulan lamanya ternyata merupakan bagian dari proses pendidikan karakter dalam diri umat Islam. Pendidikan itu terwujud dalam karakter manusia yang dituntut untuk selalu bersikap jujur, amanah, sabar dan selalu beriman pada Allah, dan menjauhi larangan Allah Swt. Tuntutan itu adalah sifat dan watak manusia Indonesia yang selalu menamakan. 

Dalam “Character Building Membentuk Watak“, Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia dan yang paling menentukan adalah kalbu. Dalam bahasa agama ia dinamai rusyd, ia bukan saja nalar. Akan tetapi, gabungan dari nalar, kesadaran moral serta jiwa yang suci. Ia diperkaya oleh pengetahuan dan pengalaman.  

Agama memberi perhatian yang sangat besar pada pembentukan karakter dan karena menurut pandangan agama, karakter dapat dibentuk sejak dini. Karakter itu merupakan sifat pembawaan, watak, tabiat, perangai dari perilaku seseorang, ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang sopan dan yang tidak sopan, ada yang ramah dan suka senyum dan ada yang tidak ramah, ada yang disiplin dan ada yang tidak disiplin, ada yang bertanggung jawab dan ada yang tidak bertanggung jawab. Hal itu adalah salah satu contoh karakter yang dimiliki seseorang dari perilaku dan perbuatan  manusia, yang kadang selalu muncul dalam setiap aktivitas dan kegiatan manusia.

Dalam pengertian secara harfiah, karakter memiliki makna psikologis yang sangat berhubungan dengan kepribadian (personality). Akhlaq atau budi pekerti, tabiat, watak, sifat dan kualitas diri manusia yang membedakan seseorang dengan yang lain dan kekhasan dengan yang lain yang dapat dipercaya. Dengan berpijak dari hal itu, karakter mengandung unsur moral, dari perilaku itu manusia akan menentukan memiliki budi pekerti yang baik atau tidak. 

Secara psikologis, Jiwa dan hati nurani dalam diri manusia merupakan faktor yang paling signifikan juga dalam pembentukan karakter manusia, sebab, bersumber dari jiwa dan hati nurani manusia yang akan melahirkan perilaku yang etis dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan nilai-nilai karakter manusia yang baik.

Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT untuk mengajarkan kepada umatnya sikap dan akhlak yang baik sesuai dengan sabdanya dalam suatu hadits, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari dan Muslim). Karena itu, sikap kejujuran dalam berpolitik, kesabaran, kesederhanaan dan toleransi terhadap sesama umat manusia perlu diimplementasikan oleh para politisi secara praktis.

Dalam hadist disebutkan bahwa “kehadiran nabi Muhammad  di dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. Dalam perjalanan hidup manusia, Tuhan mengutus rasulnya yang terakhir, Nabi Muhammad SAW, untuk menyempurnakan watak/akhlaq manusia. Rupanya watak merupakan komponen yang sangat utama agar manusia dapat mencapai tujuan hidupnya dengan baik dan selamat.

Meski demikian, yang patut kita contoh adalah sepak terjang Nabi Muhammad dalam memimpin bangsa dan negaranya yang selalu dilambari dengan sifat-sifat religius yang baik dalam melakukan silaturahmi politik, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai tawadhu dan zuhud untuk selalu mengingat Allah SWT serta memegang teguh ajaran Islam. 

Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang tidak melakukan tujuan untuk kepentingan nafsunya sendiri, tetapi apa yang dilakukannya demi kemaslahatan umat manusia, kesejahteraan dan kemakmuran hambanya. Karena itu, menahan nafsu dari sesuatu yang tidak halal  meliputi tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), pemerasan, mengambil hak orang lain, menjadi bagian dari sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dan merupakan bagian dari pendidikan karakter yang telah ditauladankan oleh Nabi Muhammad Saw.

Karena itu, puasa memiliki keterkaitan yang sangat signifikant sekali dalam sebagai upaya pembentukan karakter bangsa Indonesia, khususnya sebagai umat Islam. Pendidikan karakter ini dapat dilakukan oleh pejabat negara, pejabat publik dan elite politik anggota DPR RI, DPRD, yang kadang melakukan praktek korupsi uang negara. Karakter kejujuran harus selalu ditonjolkan oleh umat Islam. Oleh karena itu, puasa di bulan ramadhan saat ini adalah untuk melatih karakter umat Islam agar lebih berperilaku yang sholeh, jujur, dan amanah serta bertanggung jawab. Amin.

***

*) Oleh : Syahrul Kirom, M.Phil., Dosen Filsafat UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES