TIMESINDONESIA, MALANG – Sebagaimana tubuh dan pikiran, qolbu pun membutuhkan nutrisi agar senantiasa dapat merasakan damai, tenang dan tentram. Qolbu yang disebut sebagai raja dalam hadis Nabi merupakan penentu dari setiap tindakan, pengambilan keputusan serta cara berpikir seseorang.
Jika qolbu mendapatkan haknya untuk mendapatkan “nutrisi terbaik” maka pancaran dari qolbu tersebut yang berupa tindakan dan cara berpikir akan sesuai dengan nilai-nilai kemanusian yang diterima oleh semua umat manusia. Lalu nutrisi apa yang diinginkan oleh sang qolbu?
Advertisement
Qolbu membutuhkan pemiliknya untuk banyak melakukan kebaikan dan mengurangi makan. Kebaikan kepada sesama manusia (tidak terbatas agama) dan kebaikan untuk lingkungan hidup/alam. Mengapa demikian? Karena dengan berbuat baik qolbu merasa senang, dengan membuat orang lain bahagia qolbu merasa lebih bahagia tentu tanpa harapan-harapan imbalan atas kebaikan yang telah dilakukan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Prinsip dari kebaikan adalah perbuatan atau ucapan yang dapat diterima oleh semua orang dimana pun dan kapan pun. Nilai kemanusiaan yang tidak mempunyai kontradiksi itulah kebaikan. Adapun ketulusan merupakan core dari perbuatan baik. Ketulusan akan datang dari hati yang bersih, hati yang suci.
Untuk mendapatkannya tidak lain adalah dengan berlatih dan membiasakan diri berbuat baik kepada sesama dan lingkungan hidup. Mengapa lingkungan hidup? Singkat kata karena disinilah tempat kita dan keturunan kita akan hidup, karena alam dan isinya pun salah satu ciptaan Tuhan yang harus kita jaga pula.
Tidak ada pekerjaan dari apa yang kita lakukan yang tidak bernilai kebaikan maka dapat mendatangkan manfaat dan kebahagiaan makhluk lain. Contoh kecil, jika kita pernah menanam pohon di depan rumah, lalu pohon tersebut tumbuh menjadi pohon yang besar nan rindang tanpa kita sadari terdapat satu ekor burung yang membuat sarang untuk anak-anaknya, maka satu makna pohon yang kita tanam memberikan manfaat untuk burung.
Lebih jauh lagi, dengan satu pohon berapa banyak oksigen yang dihasilkan untuk kebutuhan manusia dalam bernafas. Membuat nyaman orang yang ingin berteduh dan sebagianya.
Menjaga kebersihan sungai, memanfaatkan ikan-ikan di laut dengan cara yang bijakasana termasuk salah dua dari upaya berbuat baik pada lingkungan hidup. Jika pada lingkungan hidup saja kita dapat berbuat baik maka berbuat baik kepada sesama manusia akan lebih ringan rasanya.
Nutrisi qolbu selanjutnya adalah mengurangi makan. Dari yang banyak makan berpindah pada cukup makan, tidak banyak dan tidak kurang makan. Mengapa demikian? Dengan cukup makan tubuh akan lebih ringan dalam beraktifitas, lebih aktif, lebih kreatif, inovatif, kaya ide, lebih semangat, mudah berbuat baik, mudah memaafkan, mudah mengalah, malas melakukan hal-hal yang dilarang agama, emosi akan mudah dikendalikan, dan lebih sehat tentunya.
Coba kita bandingkan dengan makan banyak atau makan berlebih, belum lapar makan lagi, belum saatnya makan namun makan lagi maka tubuh cenderung malas bergerak, malas berpikir, hanya ingin duduk diam atau sekedar ngobrol tanpa makna, tidur-tiduran main hand phone dan sebagainya.
Dengan demikian qolbu akan loyo karena sang fisik terlalu banyak makan, tidak produktif dan cenderung pasif. Sangat tidak kita inginkan jika pengurangan makan tidak segera dilakukan akan timbul penyakit-penyakit yang akan mengganggu kesehatan kita, naudzubillah.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |