Kopi TIMES

Menggapai Malam Lailatul Qadr

Kamis, 04 April 2024 - 18:40 | 30.67k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Salah satu keistimewaan yang paling diharapkan oleh seluruh umat Muslim saat bulan suci Ramadhan adalah bisa meraih malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar atau yang kerap disebut sebagai malam seribu bulan atau dikenal menjadi momentum paling dicari-cari di bulan Ramadhan. Malam Lailatur Qadar ini terjadi pada salah satu malam saat sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil. Sejumlah umat Muslim pun memotivasi kembali semangat ibadahnya pada waktu-waktu tersebut dengan memperbanyak shalat malam, zikir, serta doa bersama.

Betapa banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk umat Muslim selama Ramadhan. Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bukan puasa dan sahur, bertadarus Al-Qur’an, melaksanakan shalat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul Qadar. Allah swt dalam Al-Qur’an secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral Lailatul Qadar dalam surat AL-Qadr.

Advertisement

Maka cara termudah mendapatkan lailatul qadar setiap malam jangan tinggalkan Tarawih, setiap malam jangan tinggalkan tahajud. Kalau sebulan penuh kita menjalankan tarawih dan qiyamul lail maka dipastikan kita dapat lailatul qadar, dijelaskan bahwa Allah sengaja merahasiakan waktu lailatul qadar agar umat Islam selalu semangat dalam melaksanakan puasa, tarawih, qiyamul lail dan ibadah lainnya. Jika tanggalnya ditentukan, hampir dipastikan sebagian umat Islam hanya akan semangat beribadah pada tanggal tertentu. Jika lailatul qadar ditentukan misalnya terjadi pada tanggal 27 Ramadhan, bisa jadi nanti ada orang yang ibadahnya hanya pada tanggal tersebut. Selain tanggal 27 Ramadhan akan diremehkan bahkan sama sekali tidak beribadah. "Kan sudah dapat seribu bulan. Supaya tidak diremehkan maka sengaja Allah sembunyikan lailatul qadar itu. Di mana? Di bulan Ramadhan, di sepuluh malam terakhir, yang ganjil di 10 malam terakhir, itu yang paling kuat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

 Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa lailatul qadar terjadi pada tanggal 27 Ramadhan, atau Imam Ghazali itu berdasarkan awal, misal kemarin kita mulainya (1 Ramadhan) itu malam Kamis maka berarti malam lailatul qadar itu mungkin malam 25 (Ramadhan), itu cuma titen-titenan. Malam lailatul qadar tetap menjadi rahasia Allah. Namun jika mengacu pada petunjuk Rasulullah, lailatul qadar terjadi di malam 10 terakhir bulan Ramadhan. "Makanya Rasulullah saw itu menyuruh seluruh keluarganya untuk qiyamul lail di malam 10 terakhir bulan Ramadhan. Kita mengajak kepada seluruh umat Islam untuk lebih bersemangat lagi dalam melaksanakan ibadah, apalagi di malam 10 terakhir bulan Ramadhan.   Apabila ingin mendapatkan lailatul qadar, karena itu memang disembunyikan oleh Allah, ayo setiap malam jangan tinggalkan tarawih, setiap malam jangan lupa tadarus, setiap malam ayo kita qiyamul lail.   Untuk memompa semangat ibadah, dirahasiakannya lailatul qadar juga menjadi pengingat kepada umat Islam untuk tidak melakukan maksiat, sebab jika melakukan maksiat di malam tersebut, dosanya akan berlipat ganda sebagaimana berlipatnya pahala 1.000 bulan.

Sementara Imam Syafi’i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi, Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28). Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul Qur’ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan,


الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ وَلَا يَتَّكَلَ.

Artinya, “Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu.” (Nidzamuddin an-Naisaburi, Gharāibul Qur’ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537)

Pada akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES