Kopi TIMES

Idul Fitri Sebagai Hari Kedermawanan

Selasa, 09 April 2024 - 13:30 | 28.09k
Oleh: Dr. dr. HM. Zulfikar As’ad, MMR, Ketua Lembaga Kesehatan PBNU.
Oleh: Dr. dr. HM. Zulfikar As’ad, MMR, Ketua Lembaga Kesehatan PBNU.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kedatangan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, sudah selayaknya disambut dengan penuh keceriaan dan kemenangan bagi umat Islam, terlebih bila dalam sebulan penuh Ramadhan ini mampu melaksanakan ibadah puasa sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT. dan dicontohkan Rasul kita yaitu tidak hanya menahan diri dari makan dan minum tapi juga dari segala bentuk pelampiasan hawa nafsu pada waktu yang sudah ditentukan.

Namun demikian merayakan Idul Fitri bukan berarti “balas dendam” dengan makan minum yang  serba  lezat sepuas-puasnya sepanjang waktu, apalagi secara ekstrim mengekspresikan dengan berhura-hura. Tidak pula harus ditandai dengan mengenakan baju baru, pakaian baru dan semuanya serba baru, meski itu tidaklah dilarang. Terlebih lagi bila hanya untuk diri sendiri tanpa memperhatikan masyarakat disekelilingnya. Kalau terjadi hal seperti itu maka yang terjadi adalah sebuah penyimpangan makna Idul Fitri itu sendiri. Yang harus kita ingat adalah bahwa Idul Fitri adalah sebuah momentum terbaik untuk bersilaturrahim, berkunjung, saling bermaafan dengan seluruh handai taulan, kerabat dan tetangga. Dan yang dapat lebih memberikan makna lebih yaitu ibadah horizontal kita  dengan menjadijan sebagai Hari kedermawanan, hari penuh kasih sayang dan hari perdamaian.

Advertisement

Sesuatu yang kita syukuri adalah hal tersebut sudah menjadi budaya dan tradisi sebagian besar masyarakat negara kita ini. Bahkan dari tradisi ini kemudian memunculkan fenomena “mudik” bagi keluarga kita yang karena sesuatu dan lain hal harus tinggal berada jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Ini mungkin menjadi salah satu yang khas bagi umat Islam di Indonesia dan beberapa negara mayoritas muslim lain yang tidak kita temukan pada Idul Fitri di negara-negara yang lain. Meski juga kadang terjadi hal yang tidak diinginkan oleh kita semua, seperti halnya musibah kecelakaan di jalan tol sebagaimana yang terjadi kemarin, semoga menjadi pembelajaran yang terbaik dan ucapan duka yang mendalam serta semoga senantiasa diberikan ketabahan untuk keluarga yang ditinggalkan. 

Apabila kita memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat kita berkenaan dengan tradisi merayakan Idul Fitri ini, kita akan dapat menemukan beberapa keunikan. Salah satunya adalah munculnya antrian pencari lembaran “pecahan uang kecil baru” sebagaimana kita lihat beberapa hari sebelum tiba Idul Fitri, di hampir semua bank dan tempat pertukaran uang baru. Bahkan disebagian tempat, momen ini dimanfaatkan sebagian orang untuk menjadi “calo dadakan” bagi orang yang tidak cukup waktu untuk harus antri sebagaimana yang terjadi. Untuk apakah uang pecahan baru tersebut?

Secara positif kita dapat memperkirakan bahwa lembaran baru itu akan dijadikan salah satu sarana untuk menjalankan tradisi mensyukuri nikmat dari Allah, berderma berbagi rizki dengan sesama. Kakek untuk para cucu, paman kepada keponakan atau dari para dermawan untuk para tetangga dan kerabat yang memang seharusnya berhak untuk turut bergembira menyambut datangnya Idul Fitri ini. Betapa luhurnya kegiatan ini, bila sipemberi dengan niat yang tulus karena Allah dan sipenerima pun dengan senang hati menerimanya.  

Kedermawanan adalah salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat-ayat dalam Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk menunaikan zakat, sedekah dan menafkahkan sebagian dari harta kita untuk jalan Allah, memperdulikan para fakir miskin, menghormati tamu dll. Yang berarti bahwa sebetulnya umat Islam yang baik haruslah umat yang berkualitas, mampu dan kaya, sehingga dapat menjalankan perintah Allah tersebut. Kesemua hal diatas tentunya akan dapat dicapai dengan berikhtiar, bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Karena kita yaqin bahwa Allah Maha Adil dalam segala hal, termasuk rezeki untuk semua mahluqNya yang memang mau bekerja dan berupaya, bahkan kepada seekor burung yang terbang mencari makan untuk anaknya yang tinggal disarangnya, Allah memberinya. 

Mudah-mudahan setelah melewati hari yang Fitri ini, kita terlahir menjadi orang yang lebih baik, setidaknya dapat mempertahankan amalan baik yang kita lakukan selama Ramadhan dan Idul Fitri ini, serta dipertemukan Ramadlan akan dating dalam keadaan baik dan sehat.

***

*) Oleh: Dr. dr. HM. Zulfikar As’ad, MMR, Ketua Lembaga Kesehatan PBNU.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES