
TIMESINDONESIA, MALANG – Barangkali seseorang akan marah Ketika Rasulullah SAW dihina, dilecehkan dan diremehkan oleh mereka orang-orang kafir atau mereka yang tak faham keindahan akhlak Nabi SAW, merekalah orang-orang yang tak mengenal dan tak pernah tahu keindahan sosok Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Namun yang bersangkutan tersebut atau mungkin bahkan kita jarang sekali melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW, seringkali mengabaikan apa yang diperintahkan olehnya, kita mengimaninya namun tanpa disadari selama ini justru malah ‘meremehkan’ atau ‘melecehkan’ beliay dengan cara yang berbeda. Aslahallahu ahwaalanaa.
Advertisement
Akan tetapi anehnya hingga saat ini kita sama sekali tak pernah marah pada diri sendiri atas acuh dan kekurangajaran diri kepada beliau sang pemilik syafaat. Dulu saat salah seorang warga Denmark melecehkan dan menghina Rasulullah SAW dengan karikaturnya yang mengguncang dunia Islam banyak sekali yang tidak terima akan hal ini.
Tentu reaksi atau ghirah yang ingin membela Nabi SAW tercinta baik baik saja bahkan ada yang mengadakan demo besar-besaran yang malah menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi Sebagian pihak. Akan tetapi yang perlu dijadikan renungan sebuah perkumpulan yang baik, jika hal itu tidak menimbulkan kerusakan dan didasari atas rasa cemburu terhadap baginda Nabi Muhammad SAW tapi mengapa baru sekarang? Kita kemana selama ini? Rasulullah kurang dikenal sehingga sunnah-sunnahnya banyak ditinggal? Rasulullah SAW tidak dikenal di rumah-rumah, tidak dikenal oleh para istri dan anak-anak, tidak dikenal oleh teman-teman baik dan dekat? Maka sikap yang paling elegan adalah mengenalkan pribadi beliau dan sirahnya agar orang makin cinta dan makin kenal beliu sang pembawa syafaat.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Maka membela Rasulullah SAW yang sesungguhnya adalah dengan memantaskan diri terlebih dahulu menjadi umatny Rasulullah SAW lalu menyuarakan kebenaran dengan santun dan baik dengan memperkenalkan pribadi Nabi yang sangat istimewa. Ada seseorang yang berteriak karena rasa kecemburuannya yang membuncah membela Rasulullah SAW dia berkata dengan teriakan yang memekik: “kemana kalianwahai umat Islam? apa yang telah kalian lakukan untuk membela Nabi SAW?!”.
Namun kenyataannya siang dan malam yang bersangkutan ini tidak pernah lepas dari tontonan-tontonan yang haram yang bisa menghinakan dirinya dan mengecewakan Nabi SAW kelak Ketika mengahadap di hari kiamat. Jika memang memiliki ghirah kepada Rasulullah SAW maka tak hanya cukup dengan teriakan-teriakan belaka namun sepatutnya mensucikan kedua mata dari melihat sesuatu yang tidak membuat beliau ridlo, hingga kelak dapat dianugrahi dapat memandang keindahan Baginda SAW di hari kiamat.
Kebersihan jiwa raga, penglihatan pendengaran sepatutnya diupayakan agar realita diri benar benar pantas menjadi umat kebanggaan Rasulullah SAW. Karena beliau adalah Nabi pilihan dan yang akan mendapatkan kemulyaan memandangnya dan mendapat kasih sayang pandangannya hanyalah umat pilihan pula. Maka seni memantaskan diri sangat diperlukan oleh setiap muslim dan mukmin yang mengaku mencintai Rasulullah SAW. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Thoriq Al Anshori, Dosen Fakultas Agama Islam, Sekretaris Pesantren Kampus Ainul Yaqin Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |