Kopi TIMES

Dampak Transformasi Media terhadap Masyarakat, Budaya, Politik di Indonesia

Selasa, 30 April 2024 - 10:33 | 153.74k
Adhe Riatin, Magister Ilmu Komunikasi Usahid, Profesional Trainer Bidang Public Speaking and Communication dan Life Coach
Adhe Riatin, Magister Ilmu Komunikasi Usahid, Profesional Trainer Bidang Public Speaking and Communication dan Life Coach
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURAKARTA – Mc Luhan dalam bukunya Understanding media (1964) mengatakan teknologi media telah menciptakan revolusi ditengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat bergantung dengan teknologi, dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Mc Luhan juga melihat media berperan menciptakan dan mengelola budaya. Kehidupan manusia tak akan pernah bisa dilepaskan dari pengaruh besar teknologi. 

Penggunaan teknologi dalam kelangsungan hidup manusia adalah bentuk ketergantungan manusia akan teknologi itu sendiri. Siapa saja diantara kita saat ini akan terkoneksi dengan teknologi, sebagai contoh kita akan  merasa kerepotan jika handphone tertinggal di rumah saat pergi beraktifitas ketimbang ketinggalan dompet. Jika dompet tertinggal urusan pembayaran tetap bisa dilakukan secara mudah melalui aplikasi m-banking ataupun aplikasi e-wallet lainnya di Handphone, sebaliknya jika hp yang tertinggal akan membuat berbagai kekacauan dihari itu. Kita tidak dapat menerima pesan atau panggilan klien dan rekan kerja, begitupun sebaliknya mereka tidak dapat menghubungi kita. Handphone adalah adalah bentuk teknologi yang paling dekat dengan aktifitas manusia saat ini.

Advertisement

Pemikiran Mc Luhan tentang media adalah pesan (the medium is the message), pesan yang disampaikan media tidaklah lebih penting dari media atau saluran komunikasi yang digunakan pesan kepada penerimanya. Artinya kekuatan media memiliki pengaruh yang kuat kepada masyarakat. Bahkan Lasswel dalam Magic Bullet Theory (Teori Peluru)  mengatakan media dalam hal ini media massa memiliki dampak dominan pada pikiran masyarakat, seperti peluru yang ditembakkan dapat melesat menembus pemikiran individu dan mengubah perilaku mereka.

Sejarah Media

Perubahan teknologi mendorong perubahan cara manusia dalam berkomunikasi di setiap zamannya. Menurut Mc Luhan bersama Quention Fiore dalam bukunya Media di setiap zamannya menjadi esensi masyarakat. Empat era atau zaman (epoch) dalam sejarah media berhubungan dengan alat komunikasi yang digunakan di masing masing era. Empat era atau epoch itu: 

Pertama, Era kesukuan dimana cara orang berkomunikasi saat itu sangat berorientasi pada ketajaman pendengaran (telinga), komunikasi kala itu lekat dengan percakapan dalam kelompok.

Kedua, Era tulisan dimana orang saat itu memiliki kekuatan pada indera penglihatan atau tulisan. Munculnya buku yang ditulis dengan tangan menjadi awal dari era dimana komunikasi tidak perlu bertatap muka secara langsung. 

Ketiga, Era cetak ditandai dengan munculnya penemuan mesin cetak, di era komunikasi masyarakat menurut Mc Luhan terfragmentasi atau terkotak-kotak dan cenderung individualisme. 

Saat ini kita memasuki era elektronik, dimana memungkinkan orang dari mana-mana dapat saling terkoneksi atau berhubungan dengan yang lainnya tanpa harus berpindah tempat.

Komunikasi Digital mengubah media.

Media massa telah begitu banyak berubah, dimulai dari awal abad ke 20, komunikasi yang awalnya satu arah, arus yang serupa kepada massa yang seragam. Perubahan dari teknologi analog ke teknologi digital, dikatakan sebagai pergeseran yang sangat signifikan dan disebabkan berbagai alasan sosial, ekonomi dan teknologi. 

Munculnya internet sebagai sistem penyampai media pada akhirnya juga  mengubah struktur ekonomi dan bisnis di seluruh dunia. Sebelum tahun 1970-an media hanya didefinisikan berdasarkan sistem penyampaiannya. Kertas sebagai media cetak untuk koran, majalah dan buku. Antena membawa siaran melalui sinyal radio dan TV. 

Gambar hidup membutuhkan film dan musik membutuhkan disk. Media media tersebut dibagi berdasarkan metode pengirimannya dan disusun dalam tipe tipe perusahaan yang berbeda penerbit untuk koran, majalah dan buku; studio untuk rekaman dan gambar hidup; stasiun radio dan televisi.

Saat ini, internet dapat menyampaikan berbagai media cetak, siaran film dan rekaman tanpa batas. Internet menggabungkan radio, film, dan televisi dan menyebarkannya melalui teknologi tekan (push). Media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran Seseorang dapat menerima dan mengirim informasi secara bersamaan tanpa hambatan, tentu berbeda dengan komunikasi satu arah media tradisional.

Dengan teknologi digital, konvergensi media (proses saat berbagai media industri saling bersinggungan) dimungkinkan yaitu proses integrasi media massa dan telekomunikasi. Penggunaan perangkat teknologi komunikasi internet diistilahkan  dengan media baru (New Media) pada penggunaan publik seperti berita daring, iklan, aplikasi penyiaran (termasuk mengunduh musik), forum dan aktifitas diskusi, World Wide Web (WWW) dan  pencarian informasi. Kita tidak terlalu berfokus dengan email pribadi, permainan game dan beberapa layanan pribadi lainnya di internet. 

Kehadiran media baru sebenarnya juga telah disambut oleh media lama menurut Rossler, 2001 (dalam Teori komunikasi massa McQuail). Istilah media digital  (digital media) menggambarkan semua bentuk media komunikasi yang menggabungkan teks, gambar, suara dan video yang menggunakan teknologi komputer. Pertumbuhan yang cepat dalam media digital dipengaruhi oleh kompatibilitas yaitu media berfungsi secara baik dengan media lain untuk menukar data seperti teks gambar, suara dan video.

Apa yang baru mengenai internet barangkali adalah kombinasi dari interaktivitas dengan ciri yang inovatif bagi komunikasi massa-jenis konten yang tidak terbatas, jangkauan khalayak, sifat global dari komunikasi. Saat ini media terus berkembang Media digital tidak muncul secara spontan dan independen dari media lama. Media digital terkait dan terhubung dengan media lama. 

Lalu bagaimana dengan Media lama?

Apakah perkembangan media digital kemudian mematikan media tradisional yang lebih tua? Sejarah evolusi media menunjukkan bahwa pengenalan media baru atau sistem pengiriman baru tidak berarti akhir dari yang lama. Pertumbuhan secara keseluruhan terus berjalan dan perluasan industri media selama abad ke 20 mendukung kesimpulan ini. 

Media cetak dalam hal ini penerbitan buku  dan penjualan buku global masih terus bertahan, meskipun secara proyeksi penjualan buku global pada 2027 akan tetap di bawah level 2017. Persaingan dengan media digital dimana banyak pembaca buku yang kini beralih ke e-book, namun membaca buku secara fisik bagi sebagian orang masih menjadi suatu kenikmatan tersendiri dalam menyelami kedalaman ilmu (termasuk saya), dan kita tentu optimis penerbitan dan penjualan buku akan tetap memiliki pasar tersendiri.

Ketika televisi muncul pertama kali, dan mengubah kehidupan sehari hari masyarakat, tidak serta merta radio menghilang. Sebaliknya radio disesuaikan dengan tempat baru dalam campuran media memberikan music berita dan bicara. "Ketika bentuk media komunikasi baru muncul, bentuk bentuk yang lebih tua biasanya tidak mati, mereka terus berevolusi dan beradaptasi" Kata Roger Fidler.

Media baru bersaing mendapatkan perhatian masyarakat namun setiap media memberikan kontribusi bagi pengembangan penerusnya. Bersama sama semua media yang ada saat ini akan memberikan kontribusi untuk bentuk bentuk media yang belum ditemukan.

Perubahan media lama ke media baru tentu berdampak pada masyarakat dan perubahan gaya hidup, tatanan budaya serta konstalasi politik di Indonesia.Seperti apa perkembangan media digital memiliki akses perubahan pada wajah masyarakat, budaya dan politik?

Dampak Masyarakat

Perubahan era industri memasuki era elektronik (media elektronik) membawa masyarakat kita menjadi masyarakat informasi yaitu masyarakat yang mengandalkan sebagian besar kegiatan ekonominya pada kegiatan bagaimana memproduksi dan mengkonsumsi berbagai informasi. Arus pertukaran informasi terjadi secara pesat disertai kemudahan masyarakat dalam mengakses berbagai informasi.

Perkembangan cepat dalam penemuan teknologi digital semakin memperkuat Identitas masyarakat informasi. Perubahan masyarakat dari teknologi analog memasuki teknologi digital membawa berbagai perubahan dalam gaya hidup. Terjadinya perubahan pola konsumsi media dimana waktu menonton TV bukan hanya berkurang bahkan sudah semakin jarang dilakukan karena penggunaan Internet; generasi muda lebih mengandalkan Internet untuk mendapatkan informasi dari pada menggunakan media tradisional seperti surat kabar dan TV.

Media konvensional akhirnya harus beradaptasi menggunakan media baru untuk memperluas jaringan audien mereka. Misal, surat kabar memiliki situs web yang tidak saja menyediakan teks berita tetapi juga gambar (audio/video). 

Kegiatan mengunduh musik melalui internet menyebabkan penikmat musik tidak tertarik lagi mengunjungi toko kaset/CD musik, pilihan yang sangat mudah dengan berbagai pilihan genre musik. Koleksi berbagai kepingan CD nampaknya kini hanya menjadi memori penikmat musik.

Kegiatan yang dilakukan secara online mencakup semua kegiatan sehari hari masyarakat, seperti berbelanja, melaksanakan transaksi perbankan, bekerja, mencari bimbingan spiritual, hingga membentuk identitas dan budaya baru melalui dunia maya. Apalagi kita baru saja melewati masa covid 19 dimana akhirnya kita semua dipaksa untuk melakukan semua kegiatan secara online tanpa harus keluar rumah, kegiatan yang awalnya terpaksa namun kini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita. 

Dalam kegiatan memilih akses transportasi juga dilakukan secara online, memesan pilihan berkendara seperti moda motor atau mobil cukup dari rumah, termasuk pembayarannya semua dilakukan secara online. Para pengemudi taksi konvensional akhirnya berbondong bondong mendaftar sebagai pengemudi aplikasi berkendara online. Tukang ojek pangkalan juga tidak mampu bertahan dengan egonya untuk menunggu penumpang, mereka juga harus melek teknologi dan mulai memanfaatkan aplikasi kendaraan online.

Kehadiran media baru berarti tersedianya lebih banyak pilihan hidup bagi masyarakat, harga barang dan jasa yang lebih kompetitif dan murah, dan kualitas hidup yang tentu saja menjadi lebih baik. Namun tidak bisa dipungkiri media baru juga dapat menurunkan kualitas hubungan interpersonal karena hubungan telah digantikan dengan transaksi komputer. Istilah “Mendekatkan yang jauh serta menjauhkan yang dekat” tentu sering kita dengar, menurunnya nilai nilai keintiman dalam interaksi keluarga atau dalam sebuah hubungan menjadi salah satu efek munculnya media baru.

Kualitas wacana publik juga serta merta menurun, karena jurnalisme profesional telah digantikan dengan rumor Internet. Berita berita yang sulit dipisahkan lagi antara berita yang sebenarnya dengan hoaks. Ujaran kebencian yang dengan mudahnya kita temui dalam berbagai komentar dalam media baru disebabkan terbukanya arus informasi tanpa disertai etika dalam penggunaan sosial media dengan baik di era media baru.

Dampak Budaya

Revolusi di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi menyebabkan “distansiasi ruang-waktu (time-space distanciation) sekaligus pemadatan ruang waktu (time space compression) yang merobohkan batas batas ruang dan waktu konvensional (Giddens; Harvey 2005). Dengan fenomena ini, globalisasi merestrukturisasi cara hidup umat manusia secara mendalam, nyaris pada setiap aspek kehidupan.

Media memiliki pengaruh besar dalam pembentukan budaya, bagaimana budaya itu terbentuk saat transformasi perubahan media itu terjadi. Evolusi komunikasi manusia dari era lisan hingga digital mempengaruhi cara manusia berkomunikasi dan membangun budayanya. Model budaya juga sangat berperan dalam cara individu menginterpretasi pesan yang ditangkap melalui media di era media digital ini.

Konvergensi media yang memudahkan  akses komunikasi, harus mengedepankan kritikan atas media, terhadap budaya yang ditampilkan melalui media. Stuart Hatt  dalam kajian media dan budaya menyatakan "budaya yang nampak dalam media yang kita lihat sesungguhnya tidak menggambarkan bagaimana budaya itu yang sebenarnya". Budaya dipengaruhi bagaimana media mengkonstruksi pesan  akan disampaikan kepada konsumen. Dalam tradisi kritis “selalu ada kepentingan kapitalisme dibalik budaya yang nampak.”

Masyarakat digiring secara massif pada representasi budaya melalui suara (sounds), tulisan tulisan/pesan/simbol (inscriptions), objek, gambar gambar (images), buku buku, majalah dan program televisi dengan konstruksi pesan sesuai dengan yang diinginkan pemilik media, seperti iklan yang menjual kata “kecantikan” wanita dengan representasi yang dibangun oleh produsen. Pengertian cantik dibatasi dengan arti kata putih, langsing dan tinggi. Wanita gemuk dan berkulit sawo matang (padahal mayoritas kulit masyarakat kita berwarna sawo matang) berarti jauh dari kata cantik. 

Produser dan gaya hidup global, kadang kadang terbentuk halus Asianisasi budaya popular (semisal gejala demam “gelombang Korea” atau “gelombang Jepang”) kini menjadi pendikte bagi dan penentu selera bagi kebanyakan budaya dan gaya hidup anak mida di seluruh penjuru tanah air. Pada saat mereka menawarkan hiburan global, mereka juga menawarkan gaya hidup, budaya dan nilai nilai bagi anak muda yang tengah gelisah mencari identitas diri.

Dampak Politik

Dalam fenomena kemunculan “third age of political communication”menurut Blumler dan Kavanagh (1999), dimana media cetak dan penyiaran akan kehilangan tempatnya sebagai saluran utama komunikasi politik pada era baru dengan melimpahnya informasi. Tiga generasi komunikasi politik; generasi pertama yaitu retorika politik, generasi kedua ditandai dengan dominannya peran media massa atau media mainstream, dan generasi ketiga yaitu perkembangan new media, seiring  dengan menguatnya penggunaan media sosial.

Media massa tradisional menurut Morris dan Ogan seperti surat kabar dan televisi menunjukkan bahwa antara pembuat pesan dan khalayaknya digambarkan sebagi hubungan satu arah one-to-many relationship sementara internet dapat dilihat sebagai sarana komunikasi one-to-one, seperti dalam e-mail, one-to-many many-to-one (Wood and Smith, 2005: 40).

Menurut Schoeder (2004) internet adalah ruang publik dimana orang orang menggunakannya untuk membaca dan mengekspresikan opini opini politik mereka. Karena itu internet menghubungkan politisi, partisan partai partai politik, aktivis dan organisasi non partai.

Jaringan komunikasi internet menawarkan akses tidak terbatas pada siapapun dan memiliki fasilitas untuk menyuarakan agenda politik mereka pada masyarakat global. Kampanye Bill Clinton pada tahun 1992 menjadi kampanye politik pertama yang menyebarkan teks pidatonya lewat internet. Sejarah politik dunia juga tentu akan mencatat kontribusi online terhadap keberhasilan Obama menjadi presiden AS. Barack Obama membentuk tim khusus kampanye dunia maya yang dinamai Triple O alias Obama’s Online Operation. Tim ini melakukan gerilya ke beberapa situs jaringan sosial seperti Facebook, My Space, Twitter and My Barrack Obama.com bahkan ke jejaring sosial yang sifatnya spesifik.

Saat Indonesia dibawah rezim Soeharto, negara dikelola secara hegemonik dengan menonjolkan karakternya sebagai bureaucratic polity. Saat itu hampir semua media cetak, radio maupun televisi berada dalam sensor ketat kekuasaan.Namun demikian, gerakan protes di Internet tidak bisa dibatasi oleh penguasa. Namun yang juga harus diwaspadai dari penguasaan industri media sebagai jalan melicinkan  berbagai agenda politik, karena media bukanlah bisnis biasa. Bisnis ini bisa sebagai jalan melanggengkan kekuasaan bagi siapapun pemiliknya. Kepemilikan media artinya adalah kekuasaan. Penting bagi kita untuk membedakan propaganda dan kebenaran dalam pers.

Salah satu karakter media baru adalah interaktif dimana pemanfaatan media baru sebagai komunikasi politik tidak hanya digunakan untuk menarik massa, akan tetapi media baru juga dapat digunakan massa untuk berargumen atau mengkritik kinerja pemerintah, yang dirasa kurang baik atau menyimpang. Sebagai warga negara sekaligus pengguna media kita harus melakukan kritik kritik secara bijaksana bagi keberlangsungan kehidupan bangsa sebagai penyeimbang kewenangan kekuasaan.

***

*) Oleh : Adhe Riatin, Magister Ilmu Komunikasi Usahid, Profesional Trainer Bidang Public Speaking and Communication dan Life Coach

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia. 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES