
TIMESINDONESIA, PADANG – Pada zaman ini, kita tidak bisa mengelak dari perkembangan teknologi. Baik penulis ataupun kebanyakan orang, merupakan pengguna atas apa yang menjadi produk pada era perkembangan teknologi yang demikian pesat ini. Sejatinya, perkembangan teknologi memberi ruang positif yang sangat lebar dalam membantu aktivitas manusia pada segala lini (dampak positif).
Kendati demikian, kita tidak bisa pula lepas dari dampak negatif yang turut ada atas perkembangan teknologi tersebut tatkala penggunaannya tidak difilter secara tepat/baik. Salah satunya gadget atau handphone serta konten yang terdapat di dalamnya. Pada saat ini, produk tersebut hampir dimiliki oleh setiap orang. Jika tidak pandai-pandai menggunakannya akan berdampak pada sikap individualistis.
Advertisement
Saat ini, salah satu kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap orang khususnya peserta didik yaitu pandai membangun hubungan kerjasama (kolaboratif) dengan berbagai pihak, baik untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan ataupun demi memperluas relasi sosial. Bukan sikap individualistis yang hanya mementingkan diri sendiri, terlalu larut bermain game, sehingga membuat lupa bahkan cendrung menghiraukan apa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Pendidikan karakter menjadi salah satu poin penting dalam proses pendidikan kita. Definisi konseptual terkait pendidikan karakter ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya Thomas Lickona, ia mengatakan sebagaimana dikutip oleh Suwartini, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Karakter tidak terbentuk secara instan, ada proses yang mesti dilalui. Seperti yang dijelaskan oleh Suwartini dalam artikelnya bahwa pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
Tindakan Preventif Orang Tua
Keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga, anak-anak diperkenalkan dengan sikap yang konstruktif bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Artinya, pendidikan karakter terlebih dahulu diperoleh oleh anak sejak di lingkungan keluarga mereka sendiri. Keluarga khususnya orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membentuk karakter anak, termasuk membendung sikap individualistis.
Individualistis dalam makna yang sederhana adalah bentuk sikap pada seseorang yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar diri/lingkungannya. Salah satu penyebab sikap tersebut yaitu terlalu sering berinteraksi dengan gadget yang dalam hal ini merupakan produk dari kemajuan teknologi. Hal tersebut sejalan seperti apa yang dijelaskan oleh Andriyani dalam artikelnya bahwa dampak negatif penggunaan gadet oleh anak yaitu sikap individualis, memiliki kestabilan emosi yang ekstrem apabila tidak diberikan gadget, dan menjadi pribadi yang konsumtif.
Berdasarkan kasus di atas, orang tua sebagai orang terdekat terhadap anak, sangat berperan dalam mengawasi mereka, khususnya anak yang masih berada di usia belum mampu melakukan filterasi secara baik. Tindakan preventif (altenatif solusi) pertama yang harus dilakukan yaitu, membagi penggunaan gadget pada tataran fungsional. Anak diperbolehkan menggunakan gadget untuk membantu aktivitas belajar mereka. Jika hari libur, orang tua dapat memberi ruang bagi anak untuk rekreatif sambil belajar melalui gadget tersebut, namun permainan yang digunakan sedapatnya mampu mengasah daya pikir ataupun kreatifitas mereka seperti: lego, mewarnai, puzzle (bisa menggunakan aplikasi game ataupun manual), ataupun bentuk permainan sejenisnya. Esensinya tetap, harus berada di bawah pengawasan orang tua.
Kemudian mengingatkan/menjelaskan pada anak (jika usia telah remaja) terkait konsekuensi logis bila penggunaan gadget terlalu sering. Seperti efek buruk bagi kesehatan, mental maupun terhadap karakter mereka. Sebagai orang tua, bersikap tegas dan disiplin itu penting dan sedapatnya tidak terlalu permisif hanya demi kesenangan/ketenangan anak, supaya anak tidak menangis (tidak mau repot menenangkan anak), ataupun merajuk.
Peran Guru
Selain peranan orang tua, guru juga memiliki kewajiban dalam membentuk karakter anak melalui program belajar yang mereka susun. Pendidikan karakter merupakan salah satu poin penting yang ada di dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia, yaitu terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia. Individualistis merupakan salah satu contoh belum tercapainya akhlak mulia, sebab pengidapnya hanya mementingkan diri sendiri, hirau dengan orang lain, bahkan cenderung emosional jika keinginannya (bermain gadget) tidak tercapai.
Salah satu ciri khas kurikulum hari ini, terdapat apa yang disebut dengan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila. Salah satu dimensi yang dapat dijadikan tiang penyangga oleh peserta didik dalam membendung sikap individualistis tersebut yakni dimensi ‘bergotong-royong’. Pada aspek ini guru mendesain program belajar yang dapat membina peserta didik secara kolaboratif.
Berkaitan dengan hal demikian, bentuk eksplisit yang harus dilakukan yaitu kegiatan diskusi, bekerjasama menyelesaikan topik bahasan kelompok, sehingga terjadi interaksi timbal balik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Efek positif dari kegiatan belajar seperti ini diharapkan segenap siswa mampu responsif terhadap orang-orang di sekitar/lingkungan mereka. Tidak pragmatis namun menunjukkan sikap kepedulian yang tinggi di tengah masyarakat.
***
*) Oleh : Rahfit Syahputra, Alumnus PPG Prajabatan UNP Bidang Sejarah
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |