
TIMESINDONESIA, MALANG – Mudik adalah akronim dari bahasa Jawa Mulih Dhisik, atau dalam bahasa Indonesia berarti pulang dulu. Merupakan suatu tradisi yang sudah biasa terjadi saat momen-momen perayaan hari besar keagamaan di Indonesia. Mudik menjadi salah satu fenomena sosial budaya yang sudah ada sejak puluhan tahun silam. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman, mudik selalu diiringi dengan fenomena urbanisasi.
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota ataupun sebaliknya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dalam dinamika sosial dan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi urbanisasi memang dapat menjadi magnet dan daya dorong bagi suatu wilayah untuk meningkatkan perekonomiannya, namun di satu sisi urbanisasi juga dapat menjadi masalah sosial baru apabila pemerintah kurang maksimal dalam mengatasi fenomena ini.
Advertisement
Urbanisasi adalah pendorong utama perubahan lingkungan dan sosial global, mengubah ekosistem dan mengubah layanan yang diberikan kepada masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi massal masyarakat diantaranya ialah adanya faktor penarik, yakni sebagian penduduk desa menganggap bahwa kota memiliki banyak pekerjaan dan mudah mendapatkan penghasilan, kota dianggap memiliki fasilitas yang lengkap terutama di bidang pendidikan rekreasi dan kesehatan, serta kota dianggap sebagai tempat untuk menggantungkan keahlian dan memiliki tingkat upah yang lebih tinggi.
Faktor-faktor tersebut memang benar adanya namun di satu sisi pemerintah dan masyarakat harus dapat memperhitungkan dampak dari masifnya perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan menuju perkotaan. Salah satunya adalah memiliki kompetensi atau keahlian yang dapat menjadi nilai jual bagi para perantau.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Masyarakat yang pulang kampung ketika Lebaran kini telah banyak yang kembali ke tempat kerjanya. Tak jarang mereka (khususnya dari kalangan menengah ke bawah) membawa serta kawan dari kampung halaman untuk bekerja di kota-kota besar. Fenomena seperti ini menjadi kebiasaan masyarakat kita setiap tahunnya.
Pasca lebaran arus urbanisasi semakin meningkat.Sebagian besar tujuan mereka pergi ke kota atau ke daerah yang lebih potensial dari segi ekonomi untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Anggapan daerah kota lebih mapan dan maju secara ekonomi masih menjadi asumsi mayoritas masyarakat.
Bahkan dari mereka tidak peduli apakah sumber daya yang dimiliki mencukupi atau sesuai dengan lahan tenaga pekerjaan yang dimiliki atau tidak. Yang penting di benak mereka berangkat dan terlebih dahulu menumpang di tempat saudara atau karib yang mengajak serta.
Fenomena urbanisasi pasca lebaran rupanya masih akan terus ada, hal ini menyusul tren pasca lebaran ketika jumlah orang yang masuk kota besar lebih banyak dibandingkan jumlah pemudik keluar kota besar sebut saja jakarta. Fenomena ini bakal masih ada karena Jakarta adalah kota dengan perputaran uang terbesar. Ada tiga alasan yang menjadi penyebab jumlah orang yang ke Jakarta dari arus balik lebih banyak daripada arus mudik.
Pertama,orang yang mudik umumnya akan memperlihatkan atau menceritakan tentang "keberhasilan" dan kehidupan di kota besar. Sehingga, ini akan menarik bagi yang masih di kampung. Kedua, orang yang baru pertama kali ke Jakarta biasanya akan mencari koneksi atau kolega untuk tempat tinggal beberapa saat. Hal itu diwujudkan dengan meminta kerabat atau tetangga yang telah mapan bermukim di Jakarta. Ketiga, momen lebaran biasanya juga dijadikan momentum untuk melakukan beberapa perubahan dalam hidup, termasuk mencari kerja. Dampak positif urbanisasi adalah:
- Mengurangi angka pengangguran di desa.
- Meningkatkan etos kerja penduduk desa melalui transfer budaya kerja dari kota.
- Mengurangi kepadatan penduduk desa.
- Meningkatkan iklim perekonomian desa melalui uang yang dikirim dari kota ke desa. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |