Kopi TIMES

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar Semakin Nyata, Perlu Segera Antisipasi

Selasa, 14 Mei 2024 - 06:47 | 28.66k
Oleh: Rina Dwiarti, SE, M.Si, Dosen dan Kepala Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY).
Oleh: Rina Dwiarti, SE, M.Si, Dosen dan Kepala Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA –  Akhir-akhir ini pelemahan rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) semakin nyata. Dolar telah menembus level di atas Rp 16.000. Bahkan, dollar AS semakin bertaji pada Senin (13/5/2024). Mata uang greenback menguat terhadap rupiah karena ekspektasi penurunan suku bunga mengecil. Dollar pada posisi 16.045. Artinya, rupiah melemah tajam terhadap dollar AS. 

Salah satu penyebab kenaikan ini adalah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Yakni, antara Israel dengan Iran yang mendongkrak permintaan terhadap aset safe haven dolar AS. Juga akan  berimbas  pada kenaikan harga minyak dunia. Kejadian di Timur Tengah baru-baru ini dengan serangan Iran ke Israel yang meningkatkan ketidakpastian investor cari aman dan memindahkan dana dari emerging market, bukan hanya Indonesia, sehingga terjadi capital outflow untuk cari aman. Biasanya cari aman itu dolar, harga emas naik dan obligasi atau saham di negara seperti AS.

Advertisement

Secara umum dampak pelemahan rupiah,  akan terjadi ke ekspor dan impor Indonesia, pelemahan rupiah akan menyebabkan harga barang impor naik. Sisi Import akan terjadi  imported inflation, atau Inflasi yang ditimbulkan karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor, juga pertumbuhan impor akan tertahan. 

Kenaikan nilai dolar Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Indonesia.  Setidaknya, ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia. Yaitu, minyak mentah (petroleum) untuk bahan baku bahan bakar minyak dan beras. Pelemahan rupiah juga dapat berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor. Misalnya, industri farmasi petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil.

Dari sisi  ekspor, pelemahan rupiah ini akan membuat harga barang-barang dari Indonesia menjadi lebih murah di pasar global. Selain itu, kenaikan nilai dollar juga dapat mempengaruhi sektor ekspor Indonesia. Meskipun pada dasarnya bisa meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia, karena harganya menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, tetapi hal itu dapat mengurangi margin keuntungan para produsen dalam negeri.

Maka, kenaikan nilai dolar harus dikelola dengan bijak oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan dampak positif terhadap ekspor dapat seimbang dengan dampak negatifnya pada harga impor dan daya beli masyarakat.
Yang perlu di perhatikan juga  adalah pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga minyak mentah ini akan berpengaruh terhadap harga pangan. Sebab, biaya logistik berpotensi naik, pupuk yang berbahan impor  dan akan memperburuk tekanan inflasi di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana pemerintah mengantisipasinya, karena tidak segera diantisipasi pasti akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.

Selain inflasi, kenaikan harga minyak mentah dunia juga akan terus mengikis anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pemerintah. Sebab, beban subsidi energi akan bertambah menyebabkan ruang fiskal pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat sedikit banyak terganggu. Potensi kenaikan harga-harga produk di dalam negeri  juga  industri makanan dan minuman di Indonesia masih banyak yang membutuhkan bahan baku impor untuk produksi.

***

*) Oleh: Rina Dwiarti, SE, M.Si, Dosen dan Kepala Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Amar Riyadi
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES