Kopi TIMES

Gebrakan Literasi di Sekolah

Rabu, 15 Mei 2024 - 08:28 | 98.82k
Deni Darmawan, Trainer Pojok Literasi Sekolah, Guru Agama Islam Intercultural School dan Dosen Universitas Pamulang.
Deni Darmawan, Trainer Pojok Literasi Sekolah, Guru Agama Islam Intercultural School dan Dosen Universitas Pamulang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANTEN – Gebrakan literasi di sekolah harus terus digaungkan dan digalakkan di setiap sekolah. Berbagai kegiatan kreatif dan inovatif terkait literasi terus dikembangkan dan digelar untuk memancing stimulus siswa agar melek literasi sejak dini. Sejatinya, literasi adalah kunci sukses menjadi manusia unggul.

Setiap sekolah mempunyai program tersendiri dalam mengembangkan literasi. Selama ini yang kita dengar dan lihat, kegiatan literasi hanya kegiatan membaca selama 15 menit atau lebih sebelum aktivitas pembelajaran di mulai. Kegiatan literasi juga dipahami hanya sekedar berkunjung ke perpustakaan untuk pinjam buku namun minim aneka kegiatan.

Advertisement

Kedua kegiatan itulah yang sering dilakukan sekolah terkait literasi. Jika hanya itu saja, maka peserta didik akan mengalami kebosanan dan enggan mengikuti kegiatan literasi. Pihak sekolah harus membuat gebrakan gerakan literasi agar peserta didik kreatif dan inovatif. 

Setidaknya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pihak sekolah selain dua kegiatan di atas. Pihak sekolah bisa berkolaborasi dengan pegiat atau aktivitas literasi, bekerjasama dengan berbagai komunitas atau organisasi untuk sama-sama memajukan literasi di sekolah.

Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya, yaitu, pertama, mendatangkan narasumber dari luar sekolah yang berkompeten dalam bidang literasi. Hal ini akan menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan mengubah mindset peserta didik untuk mencintai kegiatan literasi.

Kedua, menceritakan dari buku yang sudah dibaca. Peserta didik mengulas kembali dengan bahasa yang mereka sampaikan apa saja poin-poin yang penting yang ada di dalam buku tersebut. Dengan gaya story telling, peserta didik bisa mengembangkan diksi-diksi dan kemampuan berbicara di depan umum.

Ketiga, membuat resume atau meresensi buku. Bagi peserta didik yang selesai membaca buku, bisa membuat kesimpulan tentang poin-poin apa saja yang penting. Hal ini dilakukan sebagai pengingat isi buku sehingga akan mudah kita pelajari kembali ketika lupa. Me-resensi pun demikian, kelebihan  dan kekurangan dari buku yang kita baca agar melatih daya ingat dan pemahaman yang terus kita latih.

Keempat, kegiatan bedah buku. Bedah buku bisa dilakukan di perpustakaan atau tempat yang memungkin peserta didik bisa melihat dan meminjam buku. Buku yang dibedah tidak harus buku karya orang lain, tapi juga bisa karya peserta didik atau guru.

Kelima, menulis blog. Perkenalkan peserta didik untuk mempunyai akun blog atau wordpress. Biarkan saja siswa menulis apa yang mereka mau, tugas kita hanya mengarahkan. Menulis di blog menjadi upaya untuk stimulus siswa berlatih menulis.

Keenam, menulis bareng. Siswa dan guru bisa menulis buku bareng atau biasa disebut buku antologi dengan topik yang sudah disepakati. Siswa akan mempunyai kebanggaan bisa menulis buku, ide dan gagasannya bisa ditulis, fotonya pun terpampang sebagai penulis. Keren banget bukan! Buku ini akan selalu diingat oleh semua siswa, dan bisa dibaca jika rindu dan kangen dengan teman-teman kelasnya.

Ketujuh, membuat lomba menulis. Guru atau panitia bisa menentukan jenis tulisan apa yang akan dilombakan. Fiksi atau non fiksi. Naskah yang sudah terkumpul dan dinilai sepenuhnya milik panitia yang bisa dijadikan buku antologi.

Kedelapan, setiap siswa diberikan kesempatan untuk bisa menulis di majalah dinding (mading) atau website sekolah. Misalnya, menulis puisi, cerita pendek (cerpen), atau topik yang ditentukan oleh pengurus mading. Meliput kegiatan sekolah yang bisa masukan ke website sekolah atau media online. Mengikuti pelatihan jurnalistik sehingga siswa bisa menulis di media massa dan buku.

Semua kegiatan literasi yang disebutkan diatas bisa dilakukan oleh pihak sekolah. Kegiatan literasi bisa disesuaikan dengan kemampuan pihak sekolah. Semua bisa dilakukan bertahap. Akan beragam dampak yang dirasakan jika pihak sekolah mampu mensukseskan gebrakan literasi di sekolah.

Siswa akan mampu berpikir kritis dari apa yang dibaca dan dipahami. Dari setiap masalah yang dihadapi akan dicari proses jalan keluar dan solusi. Siswa akan mampu berpikir kreatif, reflektif, imajinatif, dan filosofis. Siswa mampu menterjemahkan sebuah teks dalam kehidupan sehari-hari dan memanfaatkan untuk jenjang karirnya di masa mendatang.

Gebrakan literasi di sekolah merupakan upaya agar siswa tidak mengalami kebosanan. Jika hanya sekedar membaca buku dan meminjam buku di perpustakaan, maka setiap siswa akan mempunyai pandangan yang sempit mengenai ruang lingkup literasi.

***

*) Oleh: Deni Darmawan, Trainer Pojok Literasi Sekolah, Guru Agama Islam Intercultural School dan Dosen Universitas Pamulang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES