Mewujudkan Tata Kelola Berkelanjutan melalui Akuntansi Syariah

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam beberapa dekade terakhir, konsep tata kelola berkelanjutan telah menjadi pusat perhatian global sebagai respons terhadap berbagai tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang semakin kompleks. Tata kelola berkelanjutan berfokus pada penerapan praktik bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan.
Di tengah tren ini, akuntansi syariah, dengan prinsip-prinsip etika dan keadilan yang melekat, menawarkan pendekatan unik dan komprehensif untuk mengintegrasikan keberlanjutan dalam tata kelola perusahaan.
Advertisement
Akuntansi syariah didasarkan pada hukum Islam yang menekankan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Prinsip-prinsip ini sejalan dengan tujuan keberlanjutan yang menuntut perusahaan untuk beroperasi dengan cara yang adil, jujur, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Integrasi tata kelola berkelanjutan dalam akuntansi syariah bukan hanya sekadar penyesuaian teknis, tetapi juga transformasi budaya yang memerlukan komitmen mendalam dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan di setiap tingkatan.
Namun, mewujudkan tata kelola berkelanjutan melalui akuntansi syariah bukan tanpa tantangan. Perusahaan harus mengatasi berbagai hambatan, seperti kurangnya pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan, keterbatasan sumber daya, dan kompleksitas regulasi yang berbeda di setiap negara. Meskipun demikian, peluang yang ditawarkan oleh pendekatan ini sangat besar, mulai dari peningkatan reputasi dan kepercayaan publik hingga inovasi produk dan layanan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar.
Artikel ini akan mengeksplorasi tantangan dan peluang dalam upaya mewujudkan tata kelola berkelanjutan melalui akuntansi syariah, serta memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat mengadopsi praktik terbaik untuk mencapai tujuan ini.
Tantangan: Melampaui Hambatan Tradisional
Salah satu tantangan utama dalam mewujudkan tata kelola berkelanjutan melalui akuntansi syariah adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman di kalangan perusahaan. Banyak perusahaan yang masih terjebak dalam paradigma keuntungan jangka pendek dan belum menyadari pentingnya keberlanjutan jangka panjang. Edukasi dan pelatihan yang memadai diperlukan untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang manfaat tata kelola berkelanjutan dan bagaimana prinsip-prinsip syariah dapat mendukung tujuan tersebut.
Tantangan berikutnya adalah kebutuhan akan transformasi budaya organisasi. Menerapkan tata kelola berkelanjutan membutuhkan perubahan mendasar dalam cara berpikir dan bertindak di seluruh tingkatan perusahaan. Ini berarti mengubah kebiasaan kerja, meningkatkan transparansi, dan memperkuat komitmen terhadap praktik yang etis dan bertanggung jawab. Proses ini bisa memakan waktu dan sering kali menghadapi resistensi internal, terutama jika perubahan tersebut dianggap mengganggu kenyamanan atau rutinitas yang sudah ada.
Regulasi yang beragam dan sering kali kompleks juga menjadi tantangan besar. Setiap negara memiliki aturan dan standar yang berbeda terkait dengan akuntansi syariah dan keberlanjutan. Perusahaan harus dapat menavigasi berbagai regulasi ini untuk memastikan kepatuhan sekaligus mengadopsi praktik terbaik yang diakui secara global. Hal ini memerlukan sumber daya yang signifikan dan pemahaman mendalam tentang regulasi di berbagai yurisdiksi.
Keterbatasan sumber daya, baik dalam bentuk finansial maupun manusia, menjadi hambatan lain dalam penerapan tata kelola berkelanjutan. Implementasi praktek berkelanjutan seringkali membutuhkan investasi awal yang cukup besar, yang mungkin menjadi beban bagi perusahaan kecil dan menengah. Selain itu, perusahaan perlu mengembangkan keterampilan baru di antara karyawan untuk mendukung inisiatif keberlanjutan, yang memerlukan program pelatihan dan pengembangan yang ekstensif.
Peluang: Mendorong Inovasi dan Pertumbuhan
Di sisi lain, tantangan-tantangan ini juga membuka peluang besar bagi perusahaan yang berani mengadopsi tata kelola berkelanjutan melalui akuntansi syariah. Salah satu peluang utama adalah peningkatan reputasi dan kepercayaan di mata pemangku kepentingan.
Konsumen dan investor saat ini semakin peduli dengan isu-isu lingkungan dan sosial. Dengan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan loyalitas yang lebih tinggi dari pelanggan dan mitra bisnis.
Pemanfaatan teknologi canggih seperti big data, blockchain, dan kecerdasan buatan (AI) juga menawarkan peluang besar. Teknologi ini dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi, akurasi, dan efisiensi dalam pelaporan keuangan dan keberlanjutan. Misalnya, blockchain dapat memastikan integritas data dan memfasilitasi audit yang lebih transparan, sementara AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar untuk mengidentifikasi tren dan peluang keberlanjutan yang baru.
Meningkatnya permintaan pasar untuk produk dan layanan yang ramah lingkungan dan sosial membuka peluang inovasi bagi perusahaan. Dengan fokus pada keberlanjutan, perusahaan dapat mengembangkan produk-produk baru yang memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin sadar lingkungan. Produk keuangan syariah yang berbasis pada investasi hijau atau pembiayaan mikro yang mendukung komunitas lokal adalah contoh konkret bagaimana inovasi ini dapat diwujudkan.
Kolaborasi dan kemitraan strategis dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi non-profit, pemerintah, dan lembaga pendidikan, dapat mempercepat adopsi praktik berkelanjutan. Kemitraan ini memungkinkan pertukaran pengetahuan dan sumber daya, serta mendorong inovasi yang dapat diterapkan di berbagai sektor industri. Selain itu, kolaborasi ini juga dapat membantu perusahaan dalam memenuhi regulasi lokal dan standar internasional secara lebih efektif.
Peluang lainnya adalah memperkuat daya saing global. Dengan mengadopsi tata kelola berkelanjutan, perusahaan tidak hanya mematuhi regulasi yang ketat tetapi juga memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin tinggi terhadap praktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Ini dapat memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan di pasar global, terutama di antara konsumen dan investor yang semakin peduli dengan isu keberlanjutan.
Mewujudkan tata kelola berkelanjutan melalui akuntansi syariah adalah perjalanan yang penuh tantangan namun juga menawarkan peluang besar bagi perusahaan. Tantangan-tantangan ini, jika dihadapi dengan strategi yang tepat, dapat diubah menjadi peluang untuk inovasi, peningkatan reputasi, dan pertumbuhan jangka panjang.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip syariah yang beretika dengan praktik tata kelola berkelanjutan, perusahaan dapat mencapai keberlanjutan finansial sekaligus memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat dan lingkungan. Ini adalah panggilan bagi perusahaan untuk berani melangkah ke depan, mengadopsi teknologi, dan berkolaborasi untuk masa depan yang lebih baik.
***
*) Oleh : Agus Arwani, SE, M.Ag., Dosen UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |