
TIMESINDONESIA, MALANG – Kata ukhuwah banyak digunakan dalam relasi antara agama dan masyarakat. Ukhuwah sendiri bila dimaknai dengan nilai-nilai dan pandangan hidup adalah bermakna menjalin persaudaraan. Menurut KH Ahmad Shiddiq ada tiga macam ukhuwah yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.
Secara bahasa ukhuwah berasal dari kata akha, yang artinya mempersaudarakan. Dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU), kata ukhuwah ini memiliki kekhasan dan sejarah yang panjang.
Advertisement
Salah satu tokoh NU, Kiai Ahmad Shiddiq memperkenalkan tentang ukuhuwah ini dengan triloginya. Konsep trilogi ukhuwah terdiri dari ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Ukhuwah Wathaniyah Secara etimologis, wathaniyah berasal dari kata wathan yang apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi tanah air, tempat kelahiran atau kampung halaman. Sehingga, ukhuwah wathaniyah dapat dimaknai sebagai saudara sebangsa dan setanah air meski berbeda agama dan suku. Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Quran, Allah SWT menjadikan umat manusia berbeda-beda karena hal tersebut merupakan salah satu rahmat-Nya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al Maidah ayat 48 yang artinya: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Selain itu, terdapat pula hadits dari sabda Rasulullah SAW mengenai persaudaraan sesama umat manusia, yakni: “Orang mukmin itu akrab dan bersatu. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak akrab.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani dan Al Hakim). Syaikh Syarief Ali bin Muhammad bin Ali al-Jurjani, dalam kitabnya At-Ta’rifat, dalam menjelaskan makna tanah air yang dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “al-wathan”, ia menjelaskan:
الوطن هو مولد الرجل والبلد الذي هو فيه
“Tanah air adalah tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya”. (Lihat: Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani, At-Ta`rifat, Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi, cet ke-1, 1405 H, halaman 327).
Berikut contoh ukhuwah wathaniyah yang perlu direalisasikan oleh umat Muslim seperti tertulis dalam buku Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil'̄alamin oleh Said Aqiel Siradj dan Mamang Muhamad Haerudin, yaitu:
a. Menyadari pentingnya merawat persaudaraan demi terciptanya bangsa yang damai dan sejahtera, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Tidak beriman seseorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas RA).
b. Memahami dengan sepenuh hati bahwa seluruh lapisan masyarakat adalah saudara meski memiliki latar belakang yang berbeda.
c. Mampu mengontrol diri agar tidak saling menjatuhkan dan selalu berbagi informasi yang bermanfaat.
d. Mampu menjaga lisan dari hal-hal yang dapat menimbulkan mudharat atau kejahatan.
e. Hindari penggunaan media sosial yang berlebihan agar terhindar dari segala informasi palsu yang dapat menyebabkan perpecahan.
f. Diperlukan kehadiran figur publik yang mampu mempersatukan tali persaudaraan agar bangsa dapat selalu damai dan tentram.
g. Tidak mudah terpengaruh oleh golongaan atau kelompok tertentu yang ingin memecah belah persaudaraan bangsa dan tanah air.
h. Jika terjadi suatu pertikaian, segeralah saling berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut, terlebih jika masalah itu berkaitan dengan urusan agama dan kebangsaan.
Ukhuwah wathaniyah. Dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, konsep ini merupakan modal dasar untuk melakukan pergaulan sosial dan dialog dengan pelbagai komponen bangsa Indonesia yang tentu saja tidak terbatas pada satu agama semata. Namun lebih dari itu, ukhuwah wathaniyah adalah sebuah komitmen persaudaraan antar seluruh masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam agama, suku, bahasa dan budaya. Bangunan ukhuwah wathaniyah tidak boleh tidak harus menjadi sebuah prinsip bersama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan saling menghargai satu sama lain. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |