Kopi TIMES

Daerah Tangguh: Membangun Masa Depan yang Tahan Iklim

Senin, 27 Mei 2024 - 10:25 | 86.12k
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Dosen Fisika dan Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Dosen Fisika dan Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang

TIMESINDONESIA, PADANG – Krisis iklim bukan lagi di depan mata tapi sudah kita alami saat ini. Berbagai bencana yang berkaitan dengan parameter iklim semakin sering terjadi. Beberapa daerah di Indonesia yang mengalami bencana banjir dan longsor yang disebabkan oleh intensitas hujan tinggi antara lain: Luwu, Sidrap dan Wajo di Sulawesi Selatan. Ogan Komering Ulu dan Muara Enim di Sumatera Selatan. Konawe Utara di Sulawesi Tenggara. Mahakam Hulu di Kalimantan Timur. Merauke di Papua. 

Teranyar, bencana banjir dan galodo di Sumatera Barat yang memakan korban meninggal 62 orang per kamis 23 Mei 2024. Hampir merata wilayah di seluruh Indonesia mengalami bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi. Belajar dari kejadian ini, pemerintah daerah mau tidak mau harus mengintegrasikan isu iklim ke dalam perencanaan daerah jangka panjang. Perubahan iklim sangat berdampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk lingkungan, ekonomi dan sosial.

Penyusunan perencanaan daerah yang tangguh salah satunya dengan memasukkan faktor iklim di berbagai aspek. Perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi bencana alam seperti banjir, longsor, badai dan kekeringan. Perencanaan daerah harus mencakup strategi mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi risiko bencana seperti pembangunan infrastruktur yang tahan bencana dan sistem peringatan dini. 

Pada aspek sumber daya air, perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan dan sumber daya air. Perencanaan jangka panjang perlu memperhatikan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan seperti penyediaan sumber air bersih dan pengelolaan limbah.

Pada sektor pertanian, suhu udara yang tinggi dan pola curah hujan yang tak menentu akan mempengaruhi hasil pertanian. Perencanaan daerah harus mencakup upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan seperti diversifikasi tanaman yang tahan iklim dan penggunaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. 

Pada sektor infrastruktur, perencanaan pembangunan seperti jalan, jembatan dan bangunan harus dirancang agar tahan terhadap dampak krisis iklim. Penggunaan bahan bangunan yang tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem dan perencanaan tata kota yang memperhitungkan risiko banjir dan kenaikan muka laut.

Perlu diingat bahwa perubahan iklim juga berdampak pada sektor kesehatan. Perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat melalui penyakit yang berkaitan dengan air dan suhu tinggi seperti malaria. Perencanaan daerah harus mencakup layanan kesehatan yang berkaitan dengan isu iklim ini. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, edukasi yang berkaitan dengan isu iklim juga diperlukan. 

Pada sektor energi, perencanaan daerah harus mengembangkan rencana pengurangan gas rumah kaca. Penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan bentuk implementasinya. Sebut saja seperti pembangunan infrastruktur energi matahari, angin, biomassa dan lain sebagainya termasuk program penghematan konsumsi energi.

Sektor ekonomi dan pariwisata tak luput dari dampak krisis iklim. Kawasan wisata alam seperti pegunungan dan pantai sangat bergantung dengan kondisi iklim. Perencanaan daerah harus mencakup diversifikasi ekonomi dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk mengurangi kawasan yang rentan terhadap krisis iklim. 

Selanjutnya pada sektor lingkungan, krisis iklim dapat mengancam habitat dan keanekaragaman hayati. Perencanaan jangka panjang harus mencakup perlindungan ekosistem lokal dari kepunahan. Seperti membangun kawasan lindung dan merehabilitasi kawasan yang kritis.

Pemerintah daerah wajib membangun masa depan yang tahan iklim. Oleh karena itu dalam membuat Rancangan Perencanaan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) harus memasukkan isi perubahan iklim. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pembangunan bukan hanya dipikirkan untuk memenuhi kebutuhan saat ini saja tetapi juga melindungi dan membangun masa depan masyarakat yang tahan terhadap krisis iklim. 

Ini bukan pekerjaan yang mudah. Membutuhkan kolaborasi dan pendekatan yang komprehensif dari berbagai disiplin keilmuan. Perencanaan daerah yang tangguh melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, tokoh masyarakat dan pihak swasta. (*)

***

*) Oleh : Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Dosen Fisika dan Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES