Kopi TIMES

Rihlah Menuntut Ilmu

Senin, 24 Juni 2024 - 15:38 | 76.48k
Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur.
Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Islam memandang bahwa pendidikan adalah masalah yang urgen dalam kehidupan manusia di dunia ini. Bagaimana tidak! Pendidikan telah menjadi perhatian utama umat Islam sejak masa yang paling awal, di mana Rasulullah Saw. memanfaatkan non muslim (tawanan perang Badar) untuk mengajarkan baca tulis pada sekelompok muslim.

Dan kita tahu, ajaran Islam (ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi) menjadi tenaga pendorong yang luar biasa bagi para pelajar dalam menuntut ilmu pengetahuan. Salah satu karakter yang paling menarik dalam pendidikan Islam Klasik adalah sistem “rihlah ilmiah”, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk menuntut ilmu. Cara-cara seperti ini telah berkembang dalam Islam sejak awal.

Advertisement

Setelah wilayah Islam meluas, banyak sahabat Nabi dikirim ke daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Di daerah masing-masing mereka mendirikan lembaga pendidikan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama, termasuk al-Quran dan hadis, karena pada masa itu terdapat hadis-hadis Nabi yang hanya diketahui dan diriwayatkan oleh sahabat-sahabat tertentu.

Sedangkan umat Islam membutuhkan hadis-hadis Nabi demi kepentingan agama. Kemudian mereka mengunjungi sahabat-sahabat yang bisa meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah walaupun tempat sahabat-sahabat tersebut sangat jauh untuk menuntut ilmu. Dari sinilah awal timbulnya sistem melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu pengetahuan.

أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بالْصِيْنِ فَإِنَّ الْعِلْمَ فَرِضَة عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنَحَتِهَا لِطَلِبِ رِضَاعًا بِمَا يَطْلُبُ

Artinya: “Carilah ilmu sekalipun di negeri China, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridha terhadap amal perbuatannya.”

Berguru kepada Banyak Ulama 

Kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan belajar kepada sedikit guru. Artinya, jika tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari guru-guru mereka, mereka akan belajar kepada guru lainnya, bahkan bila di kota mereka tidak ada guru yang mereka kehendaki, mereka akan pergi ke kota lain untuk belajar kepada guru-guru yang dikehendaki sampai mereka puas. Sekalipun perjalanan menuntut ilmu kadang-kadang memakan waktu bertahun- tahun, spelajar atau guru berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Panjangnya perjalanan (rihlah) diukur dengan waktu dan jauhnya perjalanan. Lama dan jauhnya perjalanan dapat digunakan sebagai bukti luasnya ilmu seorang pelajar. Penilaian masyarakat terhadap para pelajar di masa ini tergantung kepada banyaknya perjalanan ilmiah dan jumlah guru yang pernah mereka ikuti halaqahnya. Hal ini mendorong pelajar-pelajar untuk menuntut ilmu kepada guru-guru yang mereka kehendaki di manapun adanya. Karenanya, pelajar-pelajar memiliki jaringan guru dan sosial yang sangat luas.

Dengan adanya sistem rihlah ilmiah, pendidikan Islam di masa Klasik tidak hanya dibatasi dengan dinding kelas (school without wall). Pendidik Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian, sistem raihlah ilmiah disebut dengan learning society (masyarakat belajar).

Penilaian masyarakat terhadap para pelajar di masa itu tergantung kepada banyaknya perjalanan-perjalanan ilmiah yang mereka lakukan, dan jumlah guru-guru yang pernah mereka hubungi untuk menuntut ilmu. Dan situasi semacam itu telah menimbulkan keberanian mereka dan telah memberikan dorongan yang kuat kepada mereka untuk mempelajari bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan, di bagian bumi manapun. Dan, semangat serupa ini tidak hanya terdapat pada kalangan pelajar-pelajar yang mempelajari ilmu-ilmu bahasa, Ilmu Kedokteran, juga lain-lainnya.

Faidahnya Rihlah Ilmiah 

Perjalanan jauh untuk menuntut ilmu sangatlah berfaedah karena kita manusia ini dapat mengambil dan mempelajari ilmu pengetahuan dan akhlak dengan dua cara: Pertama, dengan mengetahuinya sendiri, mengajarkan dan memberikannya kepada orang lain. Kedua, dengan mencontoh atau dengan diajarkan oleh orang kepada kita secara langsung. Akan tetapi tertanam pelajaran itu kepada jiwa dan melekatnya pada pikiran kita adalah lebih kokoh dan lebih kuat, bila pelajaran itu diajarkan dengan langsung oleh seorang guru kepada kita.

Sekali lagi, dengan mengadakan perjalanan jauh itu kita dapat belajar kepada guru-guru yang banyak. Dan dengan banyaknya guru-guru itu akan tertanam lah pelajaran itu pada jiwa dan akan melekat lah dia pada pikiran kita dengan kokoh dan kuat. Sebab banyaknya jumlah guru-guru itu berarti banyaknya metode, karena masing-masing guru mempunyai metode dan gaya tersendiri dalam mengajar.

Profesor Nicholson menyebutkan dengan indah perjalanan ilmiah ini, dimana beliau berkata: “Sejumlah besar dari para penyelidik ilmiah dan para pelajar dengan semangat yang tinggi telah mengadakan perjalanan-perjalanan yang jauh melintasi tiga benua, kemudian mereka ini kembali ke kampung halaman mereka laksana lebah kembali ke sarangnya dengan membawa madu yang amat manis. Mereka menetap di negeri mereka, untuk memenuhi hasrat masyarakat yang telah lama menanti-nantikan kedatangan mereka. Manusia datang mengerumuni para ulama ini sehingga mereka memperoleh bekal ilmu pengetahuan dan manfaat yang merata dari ilmu pengetahuan para sarjana itu.”

Disamping itu, para sarjana ini pun bertekun untuk menuliskan ilmu-ilmu yang telah berhasil mereka mengumpulkannya. Kemudian mereka persembahkan kepada masyarakat dalam bentuk buku-buku yang lebih menyerupai ensiklopedia, dengan susunan yang rapi dan gaya bahasa yang menawan hati. Buku-buku ini merupakan literatur yang pertama-tama bagi ilmu “pengetahuan modern”, dengan arti seluas mungkin yang dapat dicakup oleh kata-kata “ilmu pengetahuan”.

Dan buku-buku itu pulalah yang menjadi standar bagi para sarjana dan para pembahas pada masa-masa berikutnya. Dari sanalah mereka mengambil bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, jauh lebih dalam dari apa yang diduga oleh para kritikus.

Imam Al-Bukhari salah seorang ahli hadist yang terkenal, ingin mengumpulkan hadist-hadist Shahih sebanyak mungkin. Maka dikumpulkannya lah semua hadist-hadist yang dapat diperolehnya di Buchara. Kemudian ia pergi ke Balach, dan dipelajarinya hadist dari ahli ahli hadist yang ada disana, serta diriwayatkannya hadis-hadist mereka. Sesudah itu ia mengembara ke Marwu, Naisjabur Ar-Ray, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Damaskus, Qaisarijah, Asqalan, dan Himsh.

Dengan demikian dapatlah ia mengumpulkan hadist-hadist yang tadinya tersebar pada beberapa daerah Islam. Perjalanan itu dilakukannya selama 16 tahun, di mana ia mengalami penderitaan yang tidak sedikit, yang hanya dapat dipikul oleh pahlawan-pahlawan yang sabar dan tangguh. Akhirnya ia kembali ke kampung halamannya.

Kecenderungan Meneliti

Selain pengembara-pengembara yang tersebut di atas, ada lagi semacam pengembara-pengembara Islam yang lain, yang tak dapat kita abaikan. Yaitu pengembara-pengembara yang bukan terdiri dari para pelajar yang biasanya berusaha untuk dapat menerima pelajaran dari guru-guru yang mereka datangi, melainkan mereka ini adalah para ulama yang mengadakan penyelidikan dan mempunyai kecenderungan bermacam-macam dalam studi yang mereka lakukan.

Di antara mereka ini ada yang mempunyai kecenderungan kepada ilmu-ilmu Agama dan ada pula yang menginginkan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan, atau ilmu pendidikan, atau ilmu bumi, dan sebagainya.

Tidak lain, tujuan mereka ada mengumpulkan data-data dan memberi materi-materi ilmiah yang dapat mengisi keinginan-keinginan mereka, bukan dari buku-buku atau nukilan-nukilan, melainkan dari penyelidikan dan pengamatan mereka sendiri. Untuk itu, mereka pergi mengunjungi negeri dan pelosok-pelosok, sambil menuliskan apa yang mereka lihat, dan mencatat apa-apa yang mereka dapati.

Mereka ini telah berjasa besar dan meninggalkan bahan-bahan yang sangat banyak bagi para penyelidik yang datang kemudian, mengenai ilmu-ilmu Islam. Hasil-hasil yang diperoleh mereka ini dipandang sebagai sumber yang amat kaya dan dapat dipercaya bagi mereka yang mengadakan studi dalam bidang ini, sampai pada masa kita sekarang ini.

Faktor lain yang telah memberikan dorongan yang kuat kepada para pelajar dan penyelidik-penyelidik ini untuk melakukan perjalanan-perjalanan ini ialah bantuan dan fasilitas-fasilitas yang luar biasa, yang tak putus-putusnya mereka peroleh di manapun berada, dan di negeri manapun mereka itu singgah.

Sistem perjalanan ilmiah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi umat Islam. Dengan adanya perjalanan ilmiah, guru-guru dan pelajar-pelajar ke berbagai daerah Islam yang terpisah-pisah dan jauh jaraknya, akan terjalin jalinan budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Kebebasan perjalanan ke berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran pemikiran terus berlangsung antar masyarakat Islam. Proses culture contact tersebut menyebabkan dinamika dan peradaban Islam terus berkembang. 

***

*) Oleh : Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES