Kopi TIMES

Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama Dalam Al Quran

Selasa, 25 Juni 2024 - 20:25 | 19.25k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Begitu banyak Tuhan menuturkan ide pluralisme yang mengharuskan kita menghargai orang/pihak lain. Tuhanlah yang menghendaki makhluk-Nya tidak saja berbeda dalam realitas fisik, melainkan juga berbeda-beda dalam ide, gagasan, keyakinan, dan agama sebagaimana disebut dalam beberapa firman-Nya. Di antaranya adalah: "Andaikan Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan umat yang satu, dan (tetapi) mereka senantiasa berbeda [Al Quran11:118]. Dengan demikian, sangat jelas bahwa ketunggalan dalam beragama dan berkeyakinan tidaklah dikehendaki Tuhan. Pada ayat lain yang sangat populer disebutkan," Tidak ada paksaan dalam memasuki agama" [Al Quran 2: 256].

Al Quran memberikan apresiasi bahwa masyarakat dunia terdiri dari beragam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan masing-masing. Dengan perbedaan ditekankan perlunya masing-masing untuk saling berlomba dalam menuju kebaikan karena mereka akan dikumpulkan oleh Allah untuk memperoleh keputusan final. Apresiasi artikulatif terhadap pluralisme ini, dapat dilihat misalnya dalam al-Qur'an,2:120, 13: 7; 14: 4, 16: 36; dan 35: 24. Tuhan memberikan peluang umatnya beragam karena keragaman merupakan bagian dari sunnatullah.

Advertisement

Perspektif teologi Islam tentang kerukunan hidup antaragama, didasarkan pada esensi ajaran yang memandang manusia dan kemanusiaan secara positif dan optimistis. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama, yakni keturunan Adam dan Hawa. Meski berasal dari nenek moyang yang sama, kemudian manusia menjadi bersuku-suku dan berbangsa- hangsa, dengan karakteristik budaya dan peradaban masing- masing, sehingga mendorong mereka untuk saling mengenal dan menumbuhkan apresiasi antara satu dengan yang lain.

Perbedaan di antara umat manusia, dalam pandangan Islam, bukanlah warna kulit dan bangsa, tetapi tergantung pada ketakwaan masing-masing (Al Quran, 49:13). Argumentasi-argumentasi inilah yang menjadi dasar normatif dalam perspektif Islam tentang kesatuan umat manusia, yang akan mendorong berkembangnya solidaritas antar manusia (ukhuwah insaniyah atau ukhuwah bashariyah).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Nurcholis Madjid, menyatakan bahwa konsep kemajemukan umat manusia ini sangat mendasar dalam Islam. Itu, secara konsisten, dapat diubah ke dalam bentuk-bentuk pluralisme modern, yang merupakan toleransi. Pluralisme di sini dipahami sebagai ikatan murni dari berbagai peradaban yang berbeda. Demi integritas agama, negara tidak ingin memaksa atau mendidik kepercayaan seseorang, yang sesungguhnya disaksikan oleh Kitab Suci Al Quran.

Tampaknya, menurut Al Quran sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat, bahwa pluralitas adalah tatanan komunitas manusia, semacam hukum Tuhan (sunnatullah). Oleh karena itu, adalah hak istimewa Tuhan untuk menjelaskan kehidupan selanjutnya mengapa orang berbeda cara antara satu dengan yang lain.

Islam mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya kepada setiap umat manusia (Al Quran, 16:36). Islam juga mengajarkan tentang kesatuan kenabian (nubuwwah) dan umat yang percaya kepada Tuhan (Al Quran, 21:92), sehingga agama yang dibawa Muhammad SAW merupakan kelanjutan dari agama-agama yang dibawa para nabi sebelumnya (Al Quran, 42:13).

Hidup bersama secara damai dan universal sebagai aturan dasar di dalam hubungan antara Muslim dan non-Muslim juga terdapat dalam Al Quran, 60: 8-9. Dua ayat tersebut mengharuskan Muslim bersikap kepada orang lain dengan penuh damai sebagai sesama makhluk Tuhan berdasarkan kesetaraan dan kebaikan utama.

Hubungan semacam ini lebih dari sekedar kebaikan, karena ia juga mencakup cinta dan rasa hormat. Dalam etika antar sesama manusia, Al Quran, 3:134, menganjurkan untuk menjaga keselamatan sesama manusia, saling mengasihi dan menghargai, dan karenanya pertikaian dan pemusuhan dilarang. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES