
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada Kamis (11/7/2024) lalu, Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al Tayeb melakukan silaturahmi dengan para tokoh Muhammadiyah. Pengurus pusat organisasi yang didirikan pada 18 November 1912 tersebut memberikan cendera mata berupa Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).
Diketahui, kini kalender tersebut digunakan Muhammadiyah untuk menentukan awal bulan hijriah. Kalender hijriah itu persis seperti kalender masehi umat Islam di berbagai dunia. Dengan begitu, nantinya tak akan lagi ada perbedaan-perbedaan tentang kapan mulai hari, tanggal, bulan dan bahkan tahun baru.
Advertisement
Saya menilai, cendera mata yang diberikan pada Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al Tayeb tersebut, bukan sebatas seremonial kosong makna. Melainkan sebagai simbol bahwa organisasi yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan tersebut mendorong persatuan antar umat Islam di seluruh dunia.
KHGT sebagai inisiatif Muhammadiyah, memang untuk menciptakan kalender Islam yang seragam di seluruh dunia. Inisiatif ini tidak hanya merupakan langkah besar dalam bidang keagamaan, namun juga sebagai respons terhadap kebutuhan akan kepastian dan ketepatan dalam pelaksanaan ibadah yang bersifat global.
Lawat langkah itu, Muhammadiyah ingin menunjukkan dedikasinya dalam membawa umat Islam menuju kesatuan yang lebih erat, menjawab tantangan zaman dan memberikan kontribusi nyata dalam kemaslahatan umat di seluruh dunia.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun sudah mengajak agar umat Islam hijrah ke KHGT tersebut. Menurutnya, ini sebagai bayar utang peradaban. Bahkan, Haedar menyebut, adalah sungguh malu Dunia Muslim dalam menentukan hari, tanggal, dan tahun baru Hijriyah masih berbeda antar negara maupun di satu negara. Apalagi menentukannya dengan cara dadakan yang mengandung ketidakpastian.
Padahal, kata dia, di luar sana Kalender Masehi telah lama menjadi rujukan pasti umat manusia dunia. Sungguh perlu ijtihad dan penafsiran baru atas hadis Nabi soal penentuan bulan baru agar tidak terjebak pada status-quo pemahaman keagamaan yang normatif dan jumud. Bukankah peredaran benda-benda langit itu berada dalam hukum sunatullah yang pasti dan tidak spekulasi.
Apa yang disampaikan oleh Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu tentu tak lahir dari pemikiran grasak-grusuk. Pasalnya, gagasan ini sudah tertuang dalam salah satu butir keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 1436 H/2015 M. Di dalamnya berisi tentang perlunya upaya penyatuan kalender yang berlaku secara internasional.
Selaras dengan semangat-semangat tersebut, tepat apa yang diutarakan oleh Profesor Studi Islam Universitas Katolik Leuven, Carool Kersten (2016), Muhammadiyah berusaha mentransformasikan dirinya dari sebuah organisasi keagamaan menuju gerakan sosial yang mampu mengatasi isu-isu dunia yang sangat penting, yaitu isu-isu yang secara krusial memiliki pengaruh bagi perkembangan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia.
Hemat saya, ormas-ormas Islam yang lain, khusus yang berada di Indonesia, perlu mempertimbangkan terobosan brilian Muhammadiyah tersebut. Jika dirasa logis dan sebuah keniscayaan, maka tak perlu malu-malu dan ragu untuk ikut menyatakan kesetujuannya pada penerapan KHGT tersebut.
Islam Berkemajuan
Ahmad Syafii Maarif dalam bukunya Menerobos Kemelut (2019) menyebut, sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah ingin mempercepat proses pencerdasan dan pencerahan bangsa yang merupakan manifestasi dari gerakan amar makruf nahi mungkar. Muhammadiyah bertekad agar akhlak dan moral kita jangan dibiarkan terus merapuh dan, sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah membuka diri untuk berdialog dengan pikiran-pikiran segar dari mana pun asalnya, demi memperkaya wawasan kemanusiaannya sepanjang sejarah.
Salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh Muhammadiyah misalnya, lewat etos Islam Berkemajuan. Muhammadiyah pada Muktamar ke-48 pada 18-20 November 2022 di Surakarta pun sudah membahas dan memutuskan satu naskah yang sangat penting dan monumental “Risalah Islam Berkemajuan” tersebut.
Haedar Nashir (2022) menyebut, adalah suatu langkah progresif Muhammdiyah yang meletakkan pandangan Islam Berkemajuan dalam khazanah baru pemikiran Islam kontemporer yang kontekstual.
Ahmad Najib Burhani dalam bukunya Muhammadiyah Berkemajuan (2016) menyatakan, Muhammadiyah disebut sebagai gerakan modernis. Karena sejak kelahirannya, organisasi ini menjadi penarik gerbong dari modernisasi, yang sering diartikan sebagai rasionalisasi di Indonesia. Ini bisa dilihat dari berbagai aktivitas dilakukan sejak 1912
Kini, dengan adanya Kalender Hijriah Global Tunggal atau KHGT yang diinisiasi oleh Muhammadiyah itu, menjadi salah satu bukti, bahwa Islam Berkemajuan bukanlah etos kosong. Namun benar-benar diimplementasikan oleh organisasi terkaya di dunia tersebut. Demikian. (*)
***
*) Oleh : Moh Ramli, Kader Muda Muhammadiyah.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |