Kopi TIMES

Pertemuan Kontroversial Antara 5 Nahdliyin dengan Presiden Israel, Bagaimana Marwah NU?

Selasa, 23 Juli 2024 - 14:04 | 22.90k
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pertemuan lima orang Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog baru-baru ini telah menimbulkan kontroversi yang luas di kalangan masyarakat dan organisasi Islam Indonesia. Para Nahdliyin ini, yang diidentifikasi sebagai perwakilan dari NU namun tidak diakui secara resmi oleh PBNU, bertemu dengan Presiden Israel untuk membahas isu-isu kemanusiaan dan perdamaian. Namun, tindakan ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk dari PBNU sendiri yang menganggap pertemuan tersebut tidak mewakili pandangan resmi organisasi.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf/ Gus Yahya telah mengekspresikan penyesalannya atas kejadian ini, menjelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak disetujui atau direstui oleh PBNU. Sebuah LSM diketahui menjadi dalang di balik pertemuan kontroversial ini, yang menambah kompleksitas dari peristiwa tersebut. Reaksi dari berbagai elemen masyarakat dan organisasi Islam menunjukkan bahwa peristiwa ini tidak hanya menciptakan perpecahan dalam komunitas Nahdliyin, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang hubungan diplomasi Indonesia dengan Israel.

Advertisement

Perdebatan ini memperlihatkan ketegangan antara keinginan untuk berdialog untuk perdamaian dan kewaspadaan terhadap kepentingan politik dan diplomatik nasional. Bagaimanapun juga, dampak jangka panjang dari pertemuan ini terhadap hubungan antaragama dan diplomasi Indonesia tetap menjadi fokus perhatian.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pertemuan lima orang Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog telah menimbulkan gejolak besar di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Banyak pihak mengecam tindakan ini karena dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh NU, yang selama ini menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina. PBNU pun menegaskan bahwa pertemuan tersebut dilakukan tanpa izin dan tidak mewakili organisasi secara resmi. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan individu tidak selalu mencerminkan sikap organisasi secara keseluruhan.

Gejolak yang timbul akibat peristiwa ini memang memperburuk citra NU di mata masyarakat. Beberapa pihak menilai bahwa langkah ini merusak reputasi NU sebagai organisasi keagamaan yang selama ini konsisten dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Namun, penting untuk dipahami bahwa marwah atau kehormatan NU tidak semata-mata ditentukan oleh tindakan segelintir anggotanya.

Pertama, NU memiliki sejarah panjang lebih dari satu abad dalam kontribusinya terhadap pembangunan bangsa dan pemeliharaan nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif. NU telah menjadi benteng utama dalam menjaga keberagaman dan toleransi di Indonesia. Kiprah NU dalam bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan tidak bisa diabaikan hanya karena tindakan segelintir individu. Perjuangan dan kontribusi besar NU selama ini adalah bukti nyata dari integritas dan komitmen organisasi dalam melayani umat dan bangsa.

Kedua, PBNU dengan cepat mengambil langkah tegas dengan memanggil dan menindak individu yang terlibat dalam pertemuan tersebut. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan permintaan maaf dan menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak sesuai dengan kebijakan organisasi. Langkah ini menunjukkan bahwa NU memiliki mekanisme internal yang kuat untuk menjaga marwah dan integritas organisasi.

Terakhir, masyarakat perlu memahami bahwa tindakan segelintir individu tidak bisa digeneralisasi sebagai cerminan dari keseluruhan organisasi. NU sebagai organisasi besar tentu menghadapi berbagai dinamika dan tantangan, namun komitmen untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip keislaman yang moderat dan inklusif tetap menjadi landasan utama.

Dengan demikian, meskipun peristiwa ini menorehkan luka besar, hal itu tidak akan menurunkan marwah NU secara hakikat. Masyarakat perlu melihat peristiwa ini sebagai pelajaran penting tentang pentingnya pemahaman geopolitik dan diplomasi yang lebih mendalam sebelum terlibat dalam kegiatan internasional. Marwah NU tetap terjaga dengan komitmen dan kontribusi nyata yang terus dilakukan oleh organisasi ini dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES