Kopi TIMES

Menyelamatkan Kehidupan di Tengah Krisis Air

Minggu, 28 Juli 2024 - 12:16 | 17.79k
Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Bencana adalah peristiwa yang mengganggu pola hidup manusia, disebabkan oleh dinamika alam dan sosial yang merusak lingkungan serta menyebabkan kerugian materi atau korban jiwa. Bencana dapat dibedakan menjadi tiga jenis: alam, non-alam, dan sosial. 

Bencana alam disebabkan oleh faktor-faktor alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, erupsi gunung api, longsor, dan angin ribut. Bencana non-alam terjadi karena faktor teknologi seperti kebakaran hutan, kecelakaan transportasi, pencemaran lingkungan, dan kegagalan teknologi. Sementara itu, bencana sosial disebabkan oleh faktor manusia seperti kerusuhan sosial, konflik sosial, dan konflik agama.

Advertisement

Kekeringan adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi pada musim kemarau di wilayah dengan cadangan air rendah. Fenomena ini menjadi ancaman besar bagi banyak negara karena curah hujan yang sangat rendah menyebabkan kekurangan air signifikan, berdampak serius pada kehidupan manusia, ekosistem, dan ekonomi. Kekeringan berbeda dengan bencana lainnya karena dampaknya tidak langsung terasa, melainkan terjadi perlahan dan dampaknya dirasakan kemudian.

Saat ini, semakin banyak orang di Indonesia dan Asia Tenggara merasakan suhu panas yang ekstrem akibat perubahan pola iklim dari La Niña ke El Nino. Fenomena alam ini disebabkan oleh anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik timur-tengah. Penyimpangan suhu sebesar 0,5 derajat Celcius atau lebih di atas rata-rata menyebabkan udara panas yang melanda Asia Tenggara. Jika suhu permukaan laut meningkat hingga 1 derajat Celcius, uap air di atas kepulauan Indonesia akan tertarik ke arah timur, menyebabkan cuaca kering dan panas.

Opini publik dan kesadaran masyarakat harus berfungsi sebagai alarm yang memperingatkan kita untuk lebih waspada. Udara panas adalah tanda buruk bagi lingkungan, menunjukkan bahwa kekeringan dan kebakaran hutan mungkin sudah dekat. Pada awal Juli, lebih dari separuh wilayah Indonesia telah mengalami musim kemarau yang datang lebih cepat dari biasanya, memicu kekhawatiran akan terulangnya bencana kekeringan tahun 2015.

Fenomena kekeringan yang melanda banyak wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan. Pada musim hujan, air yang melimpah tidak ditampung dengan baik baik secara teknis maupun natural. Akibatnya, ketika musim kemarau tiba, tidak ada cadangan air yang memadai. Sungai-sungai di kota bahkan mengalami kekeringan, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Air yang mengalir dari hulu ke hilir menurun volumenya atau bahkan mengering sebelum mencapai hilir.

Kekeringan disebabkan oleh faktor alami seperti perubahan pola cuaca dan iklim global, serta aktivitas manusia seperti deforestasi dan penggunaan air yang tidak berkelanjutan. Dampaknya meliputi kehilangan panen karena tanaman yang kekurangan air akan mati atau menghasilkan sedikit hasil, menyebabkan kerugian besar bagi pertanian dan ketahanan pangan. 

Selain itu, sumber air seperti sungai dan danau mengering, mengurangi ketersediaan air bersih untuk minum, sanitasi, dan kebutuhan sehari-hari. Kekeringan juga merusak ekosistem, menyebabkan flora dan fauna yang bergantung pada air tawar mengalami stres atau mati, mengganggu keseimbangan ekosistem. Dampak ekonomi juga signifikan, mempengaruhi sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata, mengakibatkan kerugian ekonomi besar.

Strategi Menghadapi Kekeringan

Menghadapi kekeringan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Beberapa strategi yang efektif termasuk konservasi air dengan menerapkan teknik penghematan air dalam kehidupan sehari-hari seperti penggunaan peralatan hemat air, penampungan air hujan, dan daur ulang air limbah. 

Penggunaan teknologi irigasi yang efisien seperti sistem irigasi tetes atau irigasi mikro dapat mengurangi pemborosan air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air di pertanian. Manajemen sumber daya air yang berkelanjutan melalui perencanaan dan regulasi yang tepat, termasuk perlindungan terhadap sumber air dan pengurangan polusi, juga sangat penting. 

Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air melalui kampanye pendidikan dan pelatihan, serta investasi dalam penelitian untuk mengembangkan varietas tanaman tahan kekeringan dan teknologi pemurnian air, juga merupakan langkah-langkah penting dalam menghadapi kekeringan.

Pemerintah memainkan peran kunci dalam menghadapi kekeringan melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung pengelolaan air yang berkelanjutan. Namun, partisipasi aktif masyarakat juga sangat penting. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat dapat menghasilkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Kekeringan adalah ancaman serius yang memerlukan tindakan segera dan berkelanjutan untuk mengurangi dampaknya. Melalui konservasi air, teknologi yang efisien, manajemen sumber daya air yang baik, serta kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat, kita dapat menyelamatkan kehidupan di tengah krisis air. Kolaborasi dan inovasi adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Beberapa negara dan wilayah telah berhasil mengatasi kekeringan dengan strategi yang efektif. Misalnya, Israel telah berhasil menerapkan teknologi irigasi tetes yang canggih dan program daur ulang air yang meningkatkan efisiensi penggunaan air. Namun, negara-negara seperti India masih menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kekeringan karena masalah infrastruktur dan tata kelola yang kurang memadai.

Menghadapi kekeringan memerlukan serangkaian upaya yang terintegrasi dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak kekeringan:

Konservasi Air

Pertama, penggunaan peralatan hemat air. Mengadopsi teknologi dan peralatan yang dirancang untuk mengurangi konsumsi air, seperti shower heads hemat air dan toilet dengan dual-flush.

Kedua, penampungan air hujan. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk digunakan kembali dalam kebutuhan domestik, irigasi, dan keperluan lainnya.

Ketiga, daur ulang air limbah. Mengolah air limbah domestik dan industri untuk digunakan kembali, mengurangi tekanan pada sumber air bersih.

Teknologi Irigasi yang Efisien

Pertama, irigasi tetes. Menggunakan sistem irigasi tetes yang memberikan air langsung ke akar tanaman, mengurangi pemborosan air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air di sektor pertanian.

Kedua, irigasi mikro. Menggunakan teknologi irigasi mikro yang lebih presisi untuk mengairi tanaman dengan jumlah air yang tepat sesuai kebutuhan.

Manajemen Sumber Daya Air

Pertama, perencanaan dan regulasi. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta regulasi yang mendukung pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, termasuk pengaturan alokasi air untuk berbagai sektor.

Kedua, perlindungan sumber air. Melindungi sumber air dari pencemaran dan degradasi melalui langkah-langkah konservasi lingkungan dan pengendalian polusi.

Pendidikan dan Kesadaran

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air melalui:

Pertama, kampanye pendidikan. Program pendidikan di sekolah-sekolah dan komunitas tentang cara menghemat air.

Kedua, pelatihan. Pelatihan bagi petani dan masyarakat tentang teknik irigasi efisien dan praktik pengelolaan air yang baik.

Penelitian dan Inovasi

Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi baru untuk mengatasi kekeringan, seperti:

Pertama, varietas tanaman tahan kekeringan. Mengembangkan dan menggunakan tanaman yang membutuhkan sedikit air untuk tumbuh.

Kedua, teknologi pemurnian air. Mengembangkan teknologi untuk memurnikan air yang terkontaminasi agar dapat digunakan kembali.

Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

Pemerintah harus memainkan peran kunci dalam mengatasi kekeringan melalui:

Pertama, kebijakan pengelolaan air. Merumuskan dan menerapkan kebijakan untuk pengelolaan air yang berkelanjutan.

Kedua, regulasi. Mengatur penggunaan air oleh sektor industri dan pertanian untuk memastikan penggunaan yang efisien dan adil.

Kolaborasi antar Sektor

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat sangat penting untuk menemukan solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi kekeringan. Upaya bersama ini dapat mencakup proyek-proyek besar seperti pembangunan bendungan, proyek penampungan air skala besar, dan inisiatif pengelolaan air lintas batas.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, masyarakat dan pemerintah dapat bersama-sama menghadapi tantangan kekeringan dan mengurangi dampaknya terhadap kehidupan manusia, lingkungan, dan ekonomi.

***

*) Oleh : Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES