
TIMESINDONESIA, PAMULANG – Menjadi seorang pemimpin dituntut memiliki kemampuan di atas rata-rata dari orang lain, terkadang cara berfikir seorang pemimpin dianggap aneh oleh orang lain karena cara berfikir dan cara pandang mereka jauh ke depan, sementara orang lain belum mampu berfikir jauh ke depan atau mungkin sudah terbiasa berada di zona nyaman sehingga resisten terhadap perubahan atau sesuatu yang baru.
Pemimpin memang harus cerdas dan mampu berfikir ke depan. Banyak orang merasa puas dengan apa yang mereka miliki saat ini dan tidak tertarik memikirkan sesuatu yang belum pasti. Inilah perbedaan cara berfikir seorang pemimpin yang memiliki pemikiran visioner dibandingkan dengan kebanyakan orang.
Advertisement
Pemimpin hebat selalu mampu berfikir out of the box, di mana orang lain belum berfikir, seorang pemimpin sudah mampu berfikir jauh ke depan dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya bagaimana Indonesia bisa menjadi negara maju dengan memanfaatkan keuntungan demografi yang dimiliki saat ini.
Untuk membuka kesempatan kerja dibutuhkan industri, sementara untuk membangun industri dibutuhkan investasi dari investor. Dengan adanya pertumbuhan industri maka akan banyak tenaga kerja yang terserap dan memiliki pendapatan. Dengan pendapatan tersebut, tingkat konsumsi pekerja meningkat sehingga terjadi perputaran ekonomi di sekitar kawasan industri.
Itulah cara pemimpin dalam membangun perekonomian suatu bangsa. Jangan heran bila banyak pemimpin negara lain berlomba memberikan kemudahan kepada para investor atau orang super kaya di dunia untuk membawa uang mereka ke negara mereka dengan berbagai macam fasilitas dan kemudahan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku di negara masing-masing. Singapore menjadi salah contoh negara yang sudah berhasil menjalankan kebijakan ini.
Indonesia sedang berusaha menarik orang super kaya di dunia untuk menempatkan dana mereka di Indonesia. Pulau Bali menjadi salah tempat yang akan dijadikan tempat sebagai family office bagi orang super kaya tersebut. Menurut Menteri Keuangan (Sri Mulyani), ada beberapa negara yang berhasil dalam menjalankan family office, namun ada juga negara yang tidak berhasil.
Indonesia sebagai negara besar dan sangat luas tentu membutuhkan banyak investor dari dalam dan luar negeri. Pemerataan pembangunan harus menjadi skala prioritas para pemimpin Indonesia ke depan. Sila kelima dari Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan amanat kepada pemimpin bangsa untuk membuat seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, bisa menikmati hasil dari pembangunan yang dilakukan pemerintah. Walaupun belum terwujud dengan baik, apa yang dilakukan pemerintah membangun jalan bebas hambatan di luar Pulau Jawa akan berdampak positif dalam jangka panjang.
Pulau Jawa sudah padat dengan industri dan berbagai macam fasilitas lainnya. Kita semua tahu bahwa pembangunan selama ini terpusat di Pulau Jawa. Sehingga pembangunan secara menyeluruh bagi bangsa Indonesia belum bisa dirasakan oleh masyarakat di luar Pulau Jawa. Kita harus memberikan apresiasi kepada pemerintahan Presiden Jokowi selama dua periode. Terlihat adanya pemerataan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol yang membantu distribusi pangan menjadi lebih efisien.
Seandainya pemerintah daerah dalam mengelola anggaran lebih memberikan ruang dan prioritas untuk pembangunan infrastruktur (bukan untuk belanja pegawai), maka probabilitas investor melakukan investasi di daerah menjadi lebih besar. Seperti Sulawesi yang banyak menghasilkan nikel dan menjadi pusat industri pemurnian nikel (smelter).
Daerah lain yang memiliki kekayaan alam bisa melakukan promosi dan mengajak investor dari luar negeri untuk melakukan kerjasama dengan pelaku usaha dalam negeri dalam pengembangan pasar dan produksi. Salah satu contoh, Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi (masuk lima besar negara penghasil kopi di dunia), di mana sebagian kopi diekspor. Jika semua sumberdaya alam ini dikelola dengan baik dan profesional, tentu akan memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah, dengan keunggulan masing-masing untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan daerah itu sendiri.
Untuk menjadi negara maju, selain banyak membangun industri, negara harus mampu meningkatkan nilai tambah atas sumberdaya alam yang dimiliki agar bisa mandiri. Sebagai contoh, kebijakan pemerintah melarang ekspor biji nikel pada akhirnya mampu menarik investor untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.
***
*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |