Kopi TIMES

Cara Cerdas Menyikapi Polemik PBNU dan PKB

Kamis, 01 Agustus 2024 - 14:00 | 26.89k
HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy
HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebagai warga NU dan Kader NU pasti memahami bagaimana para pendahulu organisasi NU memberikan tuntunan dan garis perjuangan. Salah satunya adalah Gus Dur. Gus Dur dengan pemikiran fenomenalnya mulai dari berseberangan dengan orde baru, pembangunan masyarakat sipil yang berdaya, pro demokrasi yang diajarkan, nilai pluralisme, gagasan mendirikan partai bahkan sampai beliau menjadi Presiden. 

Semua perjalanan gus Dur adalah pelajaran penting bagaimana kader NU memahami masalah masyarakat, masalah pemerintahan, masalah kekuasaan, masalah pribadi dengan sesama kader NU bahkan masalah kyai dengan kyai. Semua perjalanan tersebut dipahami oleh kader NU sebagai dinamika kehidupan dalam ber NU dan perjuangan.

Advertisement

Bagaimanapun Gus Dur adalah godfather PKB, terlepas nasib beliau dikudeta atau bahasa lain. Sebagai pendiri kurang baik apa seorang gus Dur. Namun karena kekuasaan dan jabatan, anak didiknya berani menurunkan walau dengan cara yang seolah olah demokratis. 

Gus Dur tetap hebat dan semua sepakat, jika tidak ada Gus Dur para kader NU yang sekarang menikmati kekuasaan, kaya raya dan mulai lupa jati diri sebagai kader NU bukan siapa siapa. Gus Dur dikenang kehebatannya hingga sekarang. Mungkin mereka yang berkhianat pada Gus Dur  setelah menjabat sudah bukan siapa siapa lagi. Coba renungkan yang mendalam. 

Bergesernya Perilaku Politik Kader PKB 

Jika kita mengikuti perjalanan PKB mulai di dirikan sampai sekarang pasti bisa menilai bagaimana perjalanan PKB sekarang. Di akui atau tidak, PKB tetap menggunakan kebesaran NU dalam membangun jaringan politik di bawah, namun banyak perilaku kader PKB yang sudah tidak sejalan dengan nilai nilai NU, memberikan kontribusi yang tidak signifikan pada NU, memikirkan kekuasaan dan kekayaan sendiri, bernafsu untuk menguasai NU dan masih banyak perilaku menyimpang lainnya.

Pergeseran nilai dan perilaku ini menjadi keprihatinan kita bersama, hingga seluruh agenda reformasi pengurus di semua Banom di intervensi dengan uang untuk meloloskan calon tertentu yang didukung oleh politisi PKB. Inilah awal rusaknya moral  berorganisasi kader NU dalam berjuang. 

Upaya PKB dalam menguasai struktural NU dan seluruh badan otonominya adalah hak dan sah sah saja. Namun jika menyamakan perilaku organisasi NU, yang penuh perjuangan dan pengabdian, disamakan dengan partai semua menggunakan uang, maka hal tersebut sebuah kecelakaan. 

Disisi lain banyak kebijakan PKB tingkat Nasional yang tidak sejalan dengan prinsip perjuangan Masyayikh yang dulu dilakukan dengan  berdarah darah adalah sebuah kecelakaan. Maka seharusnya PKB juga menyadari itu jangan sampai lupa diri, lupa nilai, lupa pendiri bahkan lupa kyai kyai dulu yang mendirikan. 

Sikap PBNU Terhadap PKB 

Hasil Pleno PBNU untuk mendalami relasi beberapa prinsip hubungan NU dengan PKB, antara lain prinsip hubungan historis, prinsip hubungan irisan konstituensi, hubungan teologis, dan prinsip tradisi. Sebenarnya tidak ada salahnya jika semua itu dalam bingkai pembenahan dan bukan usaha untuk mengambil alih. Karena secara organisasi memang keberadaan NU dan PKB berbeda. 

Melencengnya sikap politik PKB dan perilaku politisi PKB memang tidak bisa dibiarkan apalagi membawa bawa NU dimanapun berada. Maka jika kita mau berfikir mendalam dan dewasa, seharusnya masing masing harus menahan diri, dengan kepala dingin mencari solusi permasalah yang ada. 

Namun kita melihat dengan merasa memiliki uang,  kekuasaan dan kekuatan, PKB benar benar merasa lebih besar dari NU. Sementara PB NU yang memang secara organisasi representasi seluruh warga NU juga keras dalam menyikapinya. Perang terbuka antara PKB dan PBNU adalah preseden buruk dihadapan seluruh masyarakat Indonesia. 

Maka, sudah saatnya masing masing menahan diri untuk mencari solusi. Kekecewaan PKB bisa dimaklumi ketika NU tidak memberikan dukungan politik dengan cak Imin saat Nyapres. Namun PKB harus sadar langkah politik duet dengan PKS sama dengan melukai warga NU yang selama ini berjuang menahan berkembangnya radikalisasi agama. 

Disisi lain getolnya PKB sebagai inisiator Pansus Haji dalam Kasus Haji yang menterinya kader NU jelas langkah yang kontra produktif. Bagaimanapun Gus Yaqud adalah kader NU. Perkara perbedaan pandangan dalam urusan pilpres hingga membuat marah dan kalahnya Muhaimin Iskandar dalam pilihan Presiden kemarin, itu adalah realita politik dalam sebuah kompetisi. 

Cara Cerdas Menyikapi konflik PBNU dan PKB 

Konflik PBNU dan PKB pasti membuat spekulasi pemikiran warga NU yang bermacam macam. Sebagai warga NU yang mencintai NU kita harus memiliki pemikiran yang positif dari setiap gesekan yang terjadi pada NU dan PKB dengan sikap sebagai berikut : 

1. Seluruh warga NU memegang teguh bahwa mereka ber NU itu ingin di akui sebagai santri mbah Hasyim, maka mereka tetap kokoh berjuang di NU 

2. Gesekan pemikiran antar tokoh NU dipahami sebagai dinamika, dan itu tidak mempengaruhi semangat warga NU untuk berkhidmat di NU

3. Konflik NU dan PKB bukan masalah serius bagi warga NU, karena masyarakat bawah prinsipnya lailatul ijtimak lancar, tahlilan lancar, istighosah lancar, zibaan lancar dan kegiatan lain berjalan dengan baik

4. Seharusnya para elit NU yang di PBNU maupun yang ada di PKB itu sadar dan ingat, bagaimana ketika NU tidak memiliki apa apa dan mereka bukan siapa siapa berjuang bersama dengan rukun dan damai. Barokah perjuangan Gus Dur sebagai Guru Besar seluruh kader NU dan Bangsa Indonesia, hingga para kader bisa jadi pejabat dan kaya raya, untuk memelihara dengan baik saja tidak bisa. 

5. Jangan mengorbankan kebesaran NU dan kehormatan NU hanya gara gara masalah kekuasan dan uang. Para pendiri NU  akan kecewa ketika kader kadernya melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan garis perjuangan para pendiri NU

6. Kita semua menyambut baik langkah PBNU yang melakukan kajian relasi hubungan NU dan PKB dalam sekala luas. Karena memang sejarah berdirinya PKB tidak lepas dari NU secara struktural, namun semua demi kemaslahatan umat 

7. Warga NU merindukan langkah PKB yang sejalan dengan PBNU sampai ke bawah, maka pimpinan PKB harus menahan diri dan tidak merasa besar. Konflik PKB dan PBNU akan memunculkan stigma negatif untuk kebesaran PKB di masa depan, karena sebagian besar pemilih PKB adalah warga NU

8. Konflik PBNU dan PKB akan menjadi tontonan yang sangat tidak menarik dihadapan seluruh rakyat Indonesia. Maka sebaiknya segera diakhiri

9. Jika pansus Haji  terus dilanjutkan apakah para yang terhormat menurut Undang Undang di Senayan Semuanya Merasa bersih dalam masalah haji ? Maka semua harus bisa menahan diri !! 

Semoga Allah memberikan hidayah pada kader NU yang diberi amanah untuk mengelola NU, berjuang di kekuasan dan birokrasi. Kita semua cinta NU dan tidak akan pernah berhenti ber NU walau yang di atas sana ada konflik. 

Semoga para Masyayikh pendiri NU selalu mendapatkan jariyah dadi kebaikan yang telah di tanamkan untuk keluhuran bangsa dan negara. Semoga bermanfaat!

***

*) Oleh : HM Basori, M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES