TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perjalanan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan adalah sebuah saga epik yang penuh perjuangan. Di balik kisah heroik para pahlawan laki-laki yang sering kita dengar, terdapat jutaan perempuan yang dengan gigih menyumbangkan tenaga dan pikiran. Mereka bukan sekadar pendukung, melainkan aktor utama dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
Sosok-sosok seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Martha Christina Tiahahu, dan Nyi Ageng Serang adalah bukti nyata bahwa perempuan Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam medan perang. Tak hanya di garis depan, perempuan juga aktif dalam kegiatan intelijen, logistik, dan penyebaran semangat nasionalisme.
Advertisement
Perempuan tidak hanya berperan sebagai pejuang bersenjata. Mereka juga menjadi penyambung lidah rakyat, mengumpulkan informasi penting, dan menyebarkan semangat juang. Di belakang layar, mereka mengelola logistik, mengumpulkan dana, dan merawat para pejuang yang terluka. Perempuan juga berperan penting dalam mendidik generasi muda untuk mencintai tanah air.
Sayangnya, kontribusi besar perempuan dalam sejarah seringkali terlupakan atau bahkan diremehkan. Padahal, peran mereka sangat krusial dalam membentuk identitas bangsa.Di era modern, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan dalam meraih kesetaraan gender. Diskriminasi, kekerasan, dan stereotip gender masih menjadi persoalan serius yang menghambat kemajuan perempuan.
Diskriminasi Sistemik
Diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi dalam berbagai bentuk dan level. Salah satu bentuk diskriminasi yang paling umum adalah ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan. Perempuan di banyak daerah masih kesulitan mengakses pendidikan yang berkualitas, terutama pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti norma sosial yang membatasi peran perempuan, biaya pendidikan yang tinggi, dan kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai di daerah-daerah terpencil.
Selain itu, diskriminasi juga terjadi dalam dunia kerja. Perempuan seringkali menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan mendapatkan upah yang setara dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Fenomena "glass ceiling" juga masih sering dialami oleh perempuan, yaitu kesulitan untuk mencapai posisi kepemimpinan yang lebih tinggi.
Kekerasan terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius yang masih menjadi tantangan besar. Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan trafficking merupakan beberapa contoh bentuk kekerasan terhadap perempuan yang masih sering terjadi. Kekerasan ini tidak hanya berdampak fisik, namun juga mental dan emosional bagi korban. Kekerasan terhadap perempuan seringkali dipicu oleh ketidaksetaraan gender, norma sosial yang patriarkis, dan kurangnya perlindungan hukum bagi korban.
Stereotip Gender
Stereotip gender yang masih kuat dalam masyarakat juga menjadi salah satu tantangan besar bagi perempuan. Anggapan bahwa perempuan hanya cocok untuk pekerjaan domestik dan harus mengutamakan keluarga seringkali membatasi potensi dan aspirasi perempuan. Stereotip gender juga dapat menyebabkan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam pengambilan keputusan keluarga, akses terhadap sumber daya, dan partisipasi dalam kehidupan publik.
Upaya Mencapai Kesetaraan Gender
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang lebih afirmatif terhadap perempuan. Kebijakan seperti kuota perempuan dalam parlemen dan lembaga pemerintahan lainnya, serta perlindungan hukum yang lebih kuat terhadap korban kekerasan terhadap perempuan, sangat diperlukan.
Masyarakat juga perlu mengubah mindset dan perilaku yang diskriminatif terhadap perempuan. Pendidikan gender sejak dini sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender pada anak-anak. Media massa juga memiliki peran penting dalam memberikan representasi yang lebih positif terhadap perempuan.
Sektor swasta juga perlu terlibat aktif dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender. Perusahaan-perusahaan dapat memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berkarir dan mengembangkan diri. Pembentukan kebijakan internal yang mendukung kesetaraan gender, seperti program mentoring untuk perempuan, dapat menjadi langkah awal yang baik.
Peran Perempuan dalam Pembangunan
Perempuan memiliki potensi yang sangat besar untuk berkontribusi dalam pembangunan. Banyak studi menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Perempuan yang memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi yang sama dengan laki-laki cenderung lebih produktif dan inovatif.
Tantangan di Masa Depan
Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Perubahan iklim, teknologi digital, dan pandemi Covid-19 telah memperburuk ketidaksetaraan gender di banyak negara. Perempuan seringkali menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif dari perubahan-perubahan ini.
Perempuan telah membuktikan diri sebagai pilar yang tak tergantikan dalam sejarah bangsa Indonesia. Kontribusi mereka tidak hanya terbatas pada masa perjuangan kemerdekaan, namun juga terus berlanjut hingga saat ini. Namun, perjuangan mereka belum selesai.
Untuk mewujudkan kesetaraan gender yang sejati, diperlukan komitmen dan kerja sama dari semua pihak. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah bagi perempuan Indonesia. (*)
***
*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |