Kopi TIMES

Fenomena Senioritas yang Melampaui Batas

Senin, 19 Agustus 2024 - 12:48 | 67.34k
Karnada Nasution, Guru Al-Quran Hadis di MTs Negeri 4 Mandailing Natal
Karnada Nasution, Guru Al-Quran Hadis di MTs Negeri 4 Mandailing Natal

TIMESINDONESIA, MALANG – Kasus perihal perundungan merupakan perbincangan hangat yang sedang beredar di dunia maya saat ini di mana seorang dokter yang sedang menempuh Pendidikan Profesi Dokter Spesialis (PPDS) di salah satu kampus ternama di Indonesia meninggal karena bunuh diri di kamar kosnya yang diduga mengalami depresi akibat mendapatkan perundungan dari para seniornya semasa menjalani pendidikan. 

Dugaan faktor senioritas menyebabkan korban mengalami depresi terlihat pada catatan harian korban dan bukti chat WhatsApp yang memuat adanya tindakan senioritas yang (dianggap) melampaui batas. Namun, kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lanjut oleh aparat yang berwenang.

Advertisement

Kasus senioritas nampaknya sudah menjamur di kalangan masyarakat yang bukan hanya terjadi pada jenjang anak sekolahan, organisasi bahkan sampai pada lingkungan kerja kerap terjadi fenomena senioritas. Sejatinya, senioritas tidak selalu berkonotasi ke arah negatif, namun banyak di kalangan para senior baik dalam lingkungan sekolah.

Organisasi maupun lingkungan kerja menganggap bahwa posisi senioritas adalah momen untuk menunjukkan kekuatan (power) terhadap para juniornya sehingga sering terjadi perundungan terhadap junior baik berupa tindakan kekerasan fisik maupun non-fisik.

Perundungan karena senioritas bukanlah fenomena baru dalam dunia pendidikan sebab boleh dikatakan bahwa berita-berita kekerasan verbal maupun non-verbal yang terjadi dalam dunia pendidikan sudah sering terjadi dan sudah mencapai ambang batas dalam artian sudah sangat mengkhawatirkan karena kasus perundungan bukan hanya menjadikan korban mengalami gangguan psikologis namun terkadang sampai merenggut nyawa para korban. 

Kasus perundungan pada lembaga pendidikan mulai pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi merupakan catatan buruk bagi dunia pendidikan, karena lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi wadah bagi seorang pelajar untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi malah sering berujung kepada penerimaan tindakan yang amoral yang melampaui batas. 

Pada lembaga pendidikan khususnya pada jenjang SD-SMA perlu kiranya ada penegakan dan penekanan terhadap sanksi untuk para pelaku perundungan, karena kerap terjadi kasus perundungan terkesan dianggap hal sepele terlebih ketika perundungan tersebut berkaitan dengan perundungan non-verbal. Padahal, baik perundungan verbal dan non-verbal dua-duanya harus mendapatkan perhatian yang sama.

Dilansir dari laman www.suarasurabaya.net bahwa Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkap, sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia terjadi pada tahun 2023 dan hal ini dikhawatirkan akan terus meningkat pada tahun 2024. 

Sangat disayangkan ketika pelaku perundungan tidak mendapatkan sanksi yang membuat efek jera sehingga kasus perundungan (dikhawatirkan) akan terus meningkat karena tidak membuat para pelaku perundungan jera dengan tindakannya.

Bukan hanya pada anak-anak namun kasus perundungan di kalangan orang dewasa pun kerap terjadi seperti perundungan di kalangan mahasiswa, di mana mahasiswa junior harus sepenuhnya patuh terhadap para seniornya. Begitupun dalam lingkungan kerja di mana karyawan baru harus memposisikan diri sebagai orang yang taat dan patuh terhadap perintah para seniornya.

Harus menunjukkan sikap loyal dan royal terhadap permintaan para seniornya di mana tentu hal tersebut bisa menjadikan karyawan baru merasa tertekan dengan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Begitulah hal yang dialami oleh dokter muda Aulia Risma Lestari yang diduga sengaja menghabisi nyawanya dengan menyuntikkan obat bius ke tubuhnya sendiri di mana dugaan kuat hal itu terjadi karena beliau mengalami depresi akibat perundungan dari para seniornya yang diterimanya semasa menjalani pendidikan profesi.

Lantas, apa yang perlu dilakukan agar terhindar dari perundungan?

Speak Up

Ketika merasa tidak memiliki kemampuan untuk melawan para perundung, maka speak up merupakan pilihan terbaik. Ceritakan tindakan buruk yang diterima baik kepada orang tua maupun pihak lembaga pendidikan dan jika diperlukan kepada pihak yang berwajib. Dengan speak up, setidaknya masalah yang dihadapi akan ada solusi. 

Keberanian 

Adakalanya para perundung harus dilawan, namun perlu melihat kondisi dan situasi jangan sampai ada tindakan kriminalitas, dengan adanya keberanian terkadang bisa membuat seseorang terhindar dari perundungan karena para perundung sangat suka dengan orang-orang yang lemah.

Sanksi yang Tegas

Bagi lembaga pendidikan perlu membuat regulasi yang tegas tentang sanksi terhadap pelaku perundungan tanpa pandang bulu dalam artian tidak membeda-bedakan subjek, semua pelaku perundungan harus mendapatkan sanksi yang berlaku. Begitu juga dalam lingkungan kerja perlu adanya evaluasi para karyawan yang kerap melakukan perundungan.

Sebenarnya masih banyak cara yang bisa dilakukan tapi yang terpenting adalah sinergitas semua pihak sangat diperlukan dalam menangani setiap kasus perundungan yang terjadi, besar harapannya agar setiap kita lebih memiliki kesadaran (awareness) terhadap para korban perundungan dan memberikan sanksi yang tegas kepada setiap pelaku perundungan sehingga memberi efek jera dan kepada setiap orang yang memiliki posisi senioritas untuk lebih menjadi teladan yang mengayomi setiap juniornya untuk lebih baik. (*)

***

*) Oleh : Karnada Nasution, Guru Al-Quran Hadis di MTs Negeri 4 Mandailing Natal.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES