Kopi TIMES

Self-Awareness Menguatkan ODHIV Menuju Open Status

Selasa, 20 Agustus 2024 - 09:22 | 712.00k
Wahyu Widiantoro, Staf Pengajar Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta
Wahyu Widiantoro, Staf Pengajar Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Di Indonesia, penyandang HIV/AIDS (ODHIV) masih menghadapi stigma dan diskriminasi yang signifikan. Banyak yang enggan mengungkapkan status mereka karena khawatir akan konsekuensi sosial. Data Kementerian Kesehatan mengindikasikan bahwa dari 526.841 orang dengan HIV, baru sekitar 429.215 orang yang sudah terdeteksi, terdapat 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan HIV ke masyarakat, sehingga skrining pada setiap individu kini menjadi prioritas pemerintah (Kemenkes, 2023).

Temuan penelitian oleh Fauk (2021), mengungkap beberapa faktor berkontribusi pada stigma ini, termasuk minimnya pemahaman tentang HIV, kekhawatiran akan penularan, serta nilai-nilai sosial dan keagamaan. Situasi ini menekankan urgensi edukasi HIV/AIDS yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan membangun jaringan pendukung yang efektif bagi ODHIV.

Advertisement

Persepsi negatif masyarakat juga menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS, membuat banyak orang enggan menjalani tes HIV. Diskriminasi dari berbagai pihak, termasuk tenaga medis dan keluarga, semakin memperburuk keadaan. Penilaian moral yang mengaitkan HIV dengan perilaku tidak etis turut mempengaruhi pandangan masyarakat (Mahamboro et al, 2020).

Dalam menghadapi tantangan ini, pengembangan self-awareness (kesadaran diri) adalah langkah krusial bagi ODHIV dalam menghadapi tantangan hidup. Seperti yang ditekankan oleh Silvia dan O'Brien (2004), kemampuan untuk memahami diri sendiri, termasuk emosi, pikiran, dan perilaku, serta kemampuan untuk mengevaluasi diri dan berempati (Bak, 2014), dapat membantu ODHIV dalam mengelola kondisi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Goleman (1998), mendefinisikan kesadaran diri sebagai kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dan bagaimana perasaan itu memengaruhi perilaku. Kemampuan ini, menurut Goleman (2007), terdiri dari tiga aspek utama: kesadaran emosional, penilaian diri, dan kepercayaan diri. Dengan kata lain, kesadaran diri adalah fondasi bagi pengambilan keputusan yang efektif dan pengembangan diri.

Self-awareness memungkinkan ODHIV untuk memahami pikiran, perasaan, dan perilaku mereka sendiri dengan lebih baik. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi stigma, meningkatkan kualitas hidup, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain.

Salah satu keputusan penting yang dapat diambil oleh ODHIV adalah memilih untuk open status. Open status atau mengungkapkan status HIV/AIDS kepada orang lain dapat memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi stres yang disebabkan oleh kerahasiaan, meningkatkan dukungan sosial, dan menjadi contoh bagi orang lain untuk hidup positif dengan HIV/AIDS. Namun, keputusan ini memerlukan keberanian yang besar.

Metode analisis SWOT dapat menjadi instrumen yang bermanfaat bagi ODHIV dalam proses menuju self-awareness dan open status. Sebuah instrumen untuk mengevaluasi suatu situasi dengan mengidentifikasi Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) yang mereka hadapi. 

Dalam konteks ODHIV dan Ibu Mengandung HIV (OHIDHA), analisis SWOT dapat membantu untuk meningkatan pemahaman diri, penemuan makna hidup, peningkatan kemampuan mengelola emosi, dan pengembangan keterampilan konseling sebaya (dukungan sesama ODHIV).

Intervensi Analisis SWOT dilakukan dalam bentuk kelompok diskusi, dipandu oleh seorang fasilitator. Peserta diajak untuk secara terbuka berbagi pengalaman, pikiran, dan perasaan mereka. Fasilitator membantu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman mereka, serta menyusun rencana aksi untuk mencapai tujuan hidup. 

Perlunya konseling sebaya juga diungkapkan oleh peserta dalam diskusi saat penulis bertindak sebagai Fasilitator pada pelatihan penerimaan diri dan open status bagi ODHIV yang diselenggarakan oleh UPKM CD Bethesda YAKKUM di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 2024.

Analisis SWOT adalah sebuah alat yang sederhana namun efektif untuk meningkatkan self-awareness bagi ODHIV dan OHIDHA. Dengan memahami diri sendiri dan potensi yang dimiliki, individu dapat mengatasi stigma dan tantangan hidup dengan lebih baik. Sebuah perjalanan untuk menemukan kekuatan dalam diri dan membangun komunitas yang saling mendukung. 

Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik dan memiliki pengalaman yang berbeda. Open status merupakan sebuah pilihan, seseorang tidak hanya mengambil kendali atas hidup mereka sendiri, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk hidup dengan lebih baik. Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan sangat penting dalam proses transformasi ini. (*)

***

*) Oleh: Wahyu Widiantoro, Staf Pengajar Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id.

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES