Kopi TIMES

Realita Gen Z di Pasar Tenaga Kerja

Rabu, 28 Agustus 2024 - 12:45 | 40.32k
Dr. Asep Totoh, SE., MM., Dosen FEBI Ma’soem University dan Pasca Sarjana MBA Tel U.
Dr. Asep Totoh, SE., MM., Dosen FEBI Ma’soem University dan Pasca Sarjana MBA Tel U.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Badai PHK di Indonesia semakin banyak terjadi sepanjang paruh pertama tahun ini, mengutip data Kemenaker per Juli 2024 dari total 42.863 orang yang ter-PHK terbanyak terdapat di sektor industry pengolahan (termasuk tekstil, garmen, alas kaki) sebanyak 22.356 orang. Sedangkan non industri pengolahan sebanyak 20.507 orang.

Mekanisme PHK merupakan upaya terakhir (ultimum remedium), harus diakui dan dipahami bersama jika situasi saat ini memang benar-benar sulit bahkan bisa dikatakan lebih sulit dari krisis ekonomi yang pernah terjadi.

Advertisement

Masalah selanjutnya adalah naiknya angka pengangguran usia muda menyongsong generasi emas 2045, bonus demografi dihantui bencana tenaga kerja akibat usia produktif tetapi tidak produktif. Dilansir berdasarkan data yang diolah dari BPS, selalu menjadi penyumbang tertinggi dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah pengangguran usia muda.

Negara Indonesia memiliki jumlah pengangguran tertinggi diantara negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki jumlah pengangguran usia muda tertinggi pada angka 13,9%. Di ikuti Malaysia memiliki jumlah pengangguran muda sebesar 12,5%, Filipina 6,9%, Vietnam 6,2%, Thailand 5,3%, dan Timor Leste 3,2%.

Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai sekitar 7,2 juta orang pada Februari 2024. Tingkat pengangguran Indonesia bervariasi jika diperinci di skala provinsi, dari total angkatan kerja nasional yang berjumlah 149,38 juta orang maka proporsinya setara 4,82%

Banten menempati tingkat pengangguran paling tinggi dengan 7,02%. Jawa Barat berada pada posisi ketiga yakni 6,91%, artinya pada bulan tersebut mendekati 7 dari 100 orang angkatan kerja di Jawa Barat tidak bekerja karena berbagai alasan.

Ada banyak faktor penyebab pengangguran di suatu negara secara makroekonomi, ketika menggunakan pendekatan Hukum Okun (Okun’s Law) jika terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka tingkat lapangan kerja akan meningkat sehingga tingkat pengangguran akan menurun. Banyak penelitian yang menyatakan salah satu penyebab pengangguran usia muda adalah pertumbuhan ekonomi.

Menurut pendekatan teori Malthus, peningkatan angkatan kerja di karenakan peningkatan jumlah penduduk namun tidak diimbangi dengan kesempatan kerja sehingga menyebabkan pengangguran. Ketika partisipasi angkatan kerja meningkat dalam angkatan kerja maka pengangguran akan berkurang. 

Kemudian untuk menganalisa hubungan antara upah dengan pengangguran dengan pendekatan kurva Philips yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara pengangguran dengan tingkat kenaikan harga (inflasi), sehingga inflasi berpengaruh signifikan terhadap pengangguran. 

Selanjutnya jika di lihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terdapat hubungan negatif variabel IPM dengan pengangguran. Kuncinya adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) penduduk usia muda mampu memasuki pasar tenaga kerja berdampak pada tingkat pengangguran. 

Wirausaha SMK

Selanjutnya menarik di cermati tingginya tingkat pengangguran saat ini menjadi solusinya untuk bisa menciptakan lapangan kerja (job creation) dan peluang usaha terutama kaum muda yang tidak bisa lagi menggantungkan menjadi pegawai. Menjadi budaya masyarakat dan pola pikir yang konvensional dengan pilihannya untuk menjadi pegawai baik di instansi pemerintah atau industri swasta menjadi primadona para lulusan sekolah. 

Pola pilihan ini berdampak pada tingginya tingkat pengangguran muda pada angkatan kerja usia produktif manakala kecilnya kesempatan kerja yang tersedia. Tidaklah semudah menulis atau mengucapkan bahwa yang dibutuhkan adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja mandiri, berusaha mandiri, dan tidak mengandalkan upah atau pekerjaan dari orang lain.

Kondisi faktual ini senyatanya terbuka peluang khususnya para lulusan SMK yang menghasilkan lulusan siap bekerja baik sebagai pegawai atau wirausaha dan siap melanjutkan kuliah. Wirausaha sendiri menjadi angin segar dan trending topic dikalangan para pencari kerja, akan tetapi mudah di diduga jika lulusan yang siap berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja, peminatnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lulusan yang merencanakan bekerja pada orang lain. 

Menjadi keniscayaan jika kewirausahaan SMK dalam penguatan entrepreneurial mindset siswa, bagaimana memberikan dan melaksanakan pendidikan kewirausahaan yang mampu mendorong siswa memiliki minat memulai usaha yang wujud kongkretnya  berupa penciptaan usaha-usaha baru. 

Tantangan nyata di SMK dengan mapel Projek Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) yang diintegrasikan dengan mata pelajaran Produktif (Kompetensi Keahlian), pendekatan mapel PKK bisa menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran dengan program: Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW), mengerjakan projek pesanan DUDI, menjual produk inisiasi siswa atau guru pembimbing, dan magang di UMKM.

Paradigma dan pola pendekatan SMK harus dilakukan perubahan dalam penguatan kewirausahaan pada: Pertama, Mindset dan mental wirausaha. Harus tertanam pola pikir dan mental yang kuat, kesadaran, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik. 

Kedua, Model Learning, Sharing, Practise. Melakukan pembelajaran, pelatihan dan pendampingan dengan model 15% pengetahuan, administratif dan 85% praktek langsung sebagai wirausaha. 

Ketiga, Revitalisasi dan Rekolaborasi inkubator wirausaha. Melakukan revitalisasi sarana prasarana dan fasilitas inkubasi bisnis, juga revitalisasi pengelolaan inkubasi, perluasan networking dengan mitra yang mendukung inkubator dan inkubasi wirausaha. 

Senyatanya pendidikan kewirausahaan harus dirancang sedemikian rupa agara dapat memberikan hasil signifikan dalam mendorong minat para siswa dan lulusannya mampu berwirausaha. Alhasil, peran dari lembaga pendidikan SMK bisa menjadi salah satu institusi penyumbang para wirausaha muda mandiri bukan menambah jumlah pengangguran muda.

***

*) Oleh : Dr. Asep Totoh, SE., MM., Dosen FEBI Ma’soem University dan Pasca Sarjana MBA Tel U.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES