Habib Luthfi dan Pesan Nasionalisme Lintas Generasi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Identitas serta jiwa nasionalisme bangsa. Di antara ulama yang memiliki peran penting dalam konteks ini yakni Maulana Habib Luthfi bin Yahya, seorang tokoh kharismatik yang telah lama menjadi jembatan antara nilai-nilai keagamaan dan semangat nasionalisme Indonesia.
Habib Luthfi tidak hanya dikenal sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai seorang tokoh besar nasionalis yang menjadikan Islam sebagai landasan moral untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Pesan-pesannya mengenai nasionalisme tidak hanya mengakar pada konteks keagamaan, tetapi juga merambah pada berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Advertisement
“Indonesia ini milik kita, jangan sampai kita memberikan kesempatan kepada oknum yang sengaja akan memecah belah ummat mengurangi kepercayaan Masyarakat kepada TNI/Polri, pemerintah dan tokoh agama,” ungkap Maulana Habib Luthfi bin Yahya pada sebuah kesempatan.
Pada kesempatan lain, Maulana Habib Luthfi berpesan kepada kita semua, dengan menggali akar sejarah bangsa Indonesia. Maulana berpesan:
“Generasi muda harus tahu bagaimana berjuang meraih kemerdekaan, juga kiprah Wali Songo yang menyebarkan agama Islam dengan penuh toleransi tanpa harus menyakiti agama lain. Juga, bagaimana dahulu Kerajaan-kerajaan besar lewat peninggalan-peninggalannya yang luar biasa. Generasi muda harus mencontoh bagaimana dulu Kerajaan Majapahit mampu menyatukan Indonesia. Saat itu, Raja Hayam Wuruk atau Brawijaya dalam melakukan pendekatan kepada umat Islam sampai memberikan tanah di Ampel. Pada waktu itu, Menteri Pertanian yang diangkat adalah Maulana Malik Ibrahim, sementara Menkeu Maulana Asmaraqandhi,”
Dari narasi di atas, kita bisa melihat perspektif Maulana Habib Luthfi dalam menggali sejarah kemudian mengekspresikan pada konteks saat ini sebagai sebuah identitas dan karakter. Bagi Habib Luthfi, sejarah bukan sekedar masa lalu, namun sebagai titik tumpu untuk melihat serta membangun masa depan.
Agama sebagai Pondasi Persatuan
Salah satu ciri utama dari pesan Habib Luthfi adalah pendekatan inklusif dalam memahami nasionalisme. Bagi Habib Luthfi, nasionalisme Indonesia bukanlah konsep yang berdiri sendiri, tetapi merupakan manifestasi dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Selain itu, Maulana Habib Luthfi juga menyampaikan pesan nasionalisme dengan narasi kebudayaan yang lembut. Pesan-pesan ini diolah dengan medium seni budaya, di antaranya dengan tembang serta shalawatan yang mudah diterima publik. Dengan demikian, narasi nasionalisme menjadi hidup dan segar, mudah diresapi di kalangan warga lintas kelompok.
Dalam berbagai kesempatan, Habib Luthfi kerap mengingatkan bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman, mengacu pada idiom yang sering dikutip: “Hubbul wathan minal iman” (Cinta tanah air sebagian dari iman). Melalui ajaran ini, Habib Luthfi mengajak umat Islam untuk menjadikan nasionalisme sebagai bagian dari pengabdian spiritual, bukan hanya sebagai tanggung jawab sosial.
Habib Luthfi juga menekankan pentingnya memahami sejarah bangsa sebagai bagian dari kewajiban spiritual. Sejarah Indonesia yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, menurutnya, adalah warisan yang harus dijaga dan dihormati oleh setiap warga negara. Dengan mengingat perjuangan para pahlawan, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita kemerdekaan.
Menjaga Persatuan di Tengah Keberagaman
Indonesia dikenal dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama yang kaya. Bagi Maulana Habib Luthfi, keberagaman ini bukanlah hambatan, tetapi merupakan kekayaan yang harus dirawat dan dipertahankan. Ia seringkali menekankan bahwa perbedaan adalah sunnatullah, atau ketentuan Allah, yang harus diterima dengan penuh rasa syukur dan dihormati.
Dalam banyak ceramahnya, Habib Luthfi menegaskan pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman. Ia mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam fanatisme sempit yang bisa merusak harmoni sosial. Sebaliknya, ia mendorong terciptanya dialog antaragama dan antarbudaya yang berlandaskan pada saling pengertian dan penghormatan.
Sikap inklusif Habib Luthfi ini juga tercermin dalam pendekatannya terhadap berbagai kelompok masyarakat. Ia tidak hanya berinteraksi dengan kalangan Muslim, tetapi juga aktif menjalin komunikasi dengan pemuka agama lain, pemerintah, dan elemen masyarakat lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen Habib Luthfi untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa di tengah perbedaan yang ada.
Habib Luthfi juga melihat kebudayaan sebagai elemen penting dalam nasionalisme Indonesia. Ia menekankan bahwa budaya lokal merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan sebagai bagian dari identitas nasional. Dalam pandangannya, kebudayaan adalah sarana untuk memperkuat jati diri bangsa dan menanamkan rasa bangga sebagai orang Indonesia.
Dalam konteks ini, Habib Luthfi kerap mendorong upaya-upaya pelestarian budaya tradisional, seperti kesenian daerah, adat istiadat, dan bahasa daerah. Ia juga mendukung pengembangan budaya yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan, sehingga budaya dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun karakter bangsa.
Tidak hanya itu, Habib Luthfi juga mengingatkan bahwa kebudayaan harus menjadi jembatan lintas generasi. Dengan demikian, nilai-nilai kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air dapat terus ditanamkan sejak dini dan diwariskan kepada generasi penerus.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Lalu, bagaimana kita melangkah menuju masa depan? Di era globalisasi dan modernisasi saat ini, tantangan terhadap nasionalisme Indonesia semakin kompleks. Pengaruh budaya asing, arus informasi yang tidak terbatas, serta dinamika politik dan sosial yang sering kali memecah belah, menjadi ancaman nyata terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Kita semua menyadari tantangan-tantangan ini dan terus menyerukan pentingnya memperkuat jati diri bangsa melalui pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Dari konteks ini, Maulana Habib Luthfi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu waspada terhadap segala bentuk ancaman yang dapat merusak persatuan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.
Dalam pandangannya, salah satu cara untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan memperkuat pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan di kalangan generasi muda. Ia percaya bahwa generasi muda adalah harapan bangsa yang harus dibekali dengan pemahaman yang kuat tentang identitas nasional dan rasa cinta tanah air.
Habib Luthfi bin Yahya adalah figur ulama yang tidak hanya kharismatik, tetapi juga memiliki pandangan yang visioner tentang nasionalisme Indonesia. Melalui pesan-pesannya, ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai landasan dalam memperkuat semangat nasionalisme.
Nasionalisme, menurut Habib Luthfi, bukan hanya soal cinta tanah air, tetapi juga soal tanggung jawab untuk menjaga persatuan, menghormati keberagaman, dan melestarikan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, pesan-pesan Habib Luthfi tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkontribusi dalam menjaga keutuhan dan kejayaan Indonesia. (*)
***
*) Oleh : Dr. M. Hasan Chabibie, Ketua Umum Mahasiswa Ahlit-Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (MATAN) dan Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |