
TIMESINDONESIA, RIAU – Mungkin judul di atas cukup kontroversi, ada yang setuju dan juga ada yang tidak setuju. Mungkin bagi pendukung Prabowo Gibran atau dari 02 yang jumlahnya 58% akan berpendapat bahwasanya Indonesia dalam keadaan baik-baik saja, dengan melihat kenyataan yang ada.
Keadaan ini juga didukung survey yang mengatakan tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi berada di atas angka 70%. Selain itu, faktor keamanan di dalam negeri pasca Pilpres 2024 juga menunjukkan keadaan yang kondusif dan terkendali, walaupun riak-riak, protes dan demo pasca Pilpres dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, dosen, lembaga swadaya masyarakat, dan rakyat kecil lainnya juga masih bermunculan di mana-mana.
Advertisement
Namun, secara umum yang patut kita syukuri Indonesia berada dalam keadaan yang aman dan kondusif sebagai tempat untuk tinggal, bekerja, sekolah, beribadah dan aktivitas lainnya. Coba bayangkan kita hidup saat ini di bumi Palestina atau Suriah.
Termasuk juga negara yang aman untuk dikunjungi oleh para wisatawan dan tamu dari mancanegara. Saya secara pribadi juga sangat bangga dengan keadaan ini, karena merasa aman dan nyaman beraktivitas di hampir seluruh pelosok Tanah Air, dari pedesaan hingga ke perkotaan. Walaupun, tidak dinafikan bahwa tingkat kriminalitas juga cukup tinggi, seperti pencurian, perampokan, perkelahian antar warga, pembunuhan, dan yang sejenisnya.
Begitu juga dengan angka pelecehan seksual, LGBT, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tingkat perceraian, pelanggaran hak asasi manusia (HAM, penggunaan narkoba dan estacy, bullying di sekolah, gelandangan dan pengemis yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bagaimanapun keadaan masih terkendali dan kondusif, dimana peranan polisi dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat masih berfungsi dengan baik. Ini adalah suatu yang patut kita berikan apresiasi yang tinggi.
Kemudian juga yang patut kita syukuri adalah dengan semakin banyaknya tempat ibadah, seperti; mesjid, musholla, gereja, vihara, khususnya di perkotaan dengan fasilitas yang semakin berkualitas. Di Kota Pekanbaru sebagai contoh, semakin banyak mesjid dan musholla yang telah dilengkapi dengan pendingin ruang modern (AC), dan sarana dan prasarana lainnya seperti; toilet, tempat wudhu, karpet, serta imam berkualitas yang mendukung warga masyarakat untuk dapat beribadah dengan lebih khusyuk.
Majlis ta’lim dan pengajian juga semakin menyebar dan banyak diadakan di berbagai mesjid dan musholla, yang dapat menjadi media bagi kaum muslimin untuk mendapatkan siraman rohani yang sangat diperlukan didalam menjalani kehidupan.
Di samping itu, saya perhatikan juga bahwa dari 10 orang yang saya sapa dan temui di jalan, pasar, tempat ibadah, sekolah dan kampus, serta tempat bekerja juga lebih dari 58% yang memperlihatkan raut wajah muka yang ceria dan masih bisa tersenyum. Bahkan angka ini bisa di atas 70%. Walaupun itu adalah tampilan fisik, dan kita juga tidak tahu apa sebenarnya yang ada dalam hati. Namun, kata orang bijak tampilan luar biasanya mencerminkan apa yang ada di dalam hati/jiwa/sanubari.
Dari sisi ekonomi, daya beli masyarakat saat ini masih terkendali ditengah tekanan harga-harga kebutuhan pokok yang makin meningkat seperti harga beras, bawang merah, dan harga kebutuhan pokok lainnya. Namun kita juga tetap bersyukur, karena pasokan barang kebutuhan pokok masih tersedia dengan cukup, walaupun kadang-kadang juga ada kendala dan tersendat, seperti kelangkaan beras, pupuk dan BBM pada beberapa daerah. Pertumbuhan makro ekonomi Indonesia cukup bagus sebesar 5,11 persen pada triwulan I-2024, sehingga pemerintah merasa optimis bahwa Indonesia berada dalam jalur yang aman untuk berusaha.
Bagi yang tidak puas, tentu beralasan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup baik sekitar 5% dirasa belum lagi terdistribusi secara berkeadilan, dimana hanya dinikmati oleh segelintir orang. Hal ini didukung oleh kenyataan masih tingginya angka kemiskinan, tingkat pengangguran dan ketimpangan di kalangan warga masyarakat. Keadaan ini yang dikatakan sebagian pakar sebagai pertumbuhan yang tidak berkualitas. Ditambah lagi dengan semakin tingginya utang luar negeri Indonesia semasa pemerintahan Jokowi.
Dari aspek sumberdaya alam dan lingkungan, juga muncul kritikan dan protes dengan semakin hilangnya kawasan hutan akibat penebangan liar (illegal logging), alih fungsi lahan untuk perkebunan, pertanian, pemukiman dan lainnya. Begitu juga dengan kualitas air sungai dan danau yang semakin mengalami degradasi dari tahun ke tahun.
Kini, hampir seluruh sungai besar yang ada di Riau sudah mengalami pencemaran, baik dalam skala rendah hingga kategori parah. Begitu juga dengan kegiatan di sektor mineral dan batu bara (minerba) yang semakin menggila, dengan akibat kerusakan lingkungan yang semakin tidak terkendali.
Kegiatan penambangan tanpa izin (illegal mining) juga semakin marak dan hingga kini belum lagi dapat diatasi seperti yang terjadi di Bangka Belitung, Propinsi Jambi, Maluku, Propinsi Riau (khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi) sudah menjadi problem lingkungan serius dalam dua dekade terakhir.
Kejadian banjir, longsor, angin puting beliung, badai, kekeringan juga merupakan masalah lingkungan yang semakin kerap terjadi di Tanah Air. Selain karena pengaruh dari faktor luar berupa perubahan iklim global (climate change), juga karena faktor internal yang disebabkan kurangnya keseriusan dari pemerintah dan masih rendahnya kesadaran masyarakat di dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan.
Masalah pencemaran sampah dan kemacetan lalu lintas di daerah perkotaan, menambah deretan masalah lingkungan yang mendera masyarakat. Ditambah lagi dengan kualitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, drainase, tempat pembuangan sampah, air bersih yang masih sering dikeluhkan warga masyarakat. Di sebagian kawasan pedesaan, pasokan energi listrik juga masih menjadi barang langka.
Deretan masalah akan bertambah lagi jika berbicara tentang kualitas di sektor pendidikan dan kesehatan yang masih banyak menyisakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah untuk dapat memberikan kepuasan dan kebahagian (happines) bagi masyarakat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan hingga mutu pelayanan yang diberikan. Sehingga ada yang mengatakan bahwa pendidikan dan kesehatan masih menjadi barang mewah bagi masyarakat menengah ke bawah.
Jadi, berbagai permasalahan yang diuraikan di atas juga mendukung argumen bahwa Indonesia berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Tergantung pada sudut pandang mana mau menilainya, semua ada argumen dan dalil serta pendukungnya masing-masing. Tentu, sebagai warga negara yang baik, kita mesti senantiasa optimis dengan segala masalah dan keterbatasan yang ada. Dengan harapan besar Indonesia Emas 2045 dapat untuk diwujudkan.
***
*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env., Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |