
TIMESINDONESIA, KALIMANTAN BARAT – Sambas memiliki tradisi budaya yang legendaris. Tradisi budaya yang sangat terkenal ini adalah tradisi budaya menenun tenun songket Sambas. Faktanya tenun songket Sambas telah dikenal sejak masa pemerintahan Kesultanan Sambas yakni Sultan Muhammad Tajudin.
Sejak masa itulah tradisi menenun menjadi seni kerajinan yang diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Pada masa Hindia-Belanda jumlah hasil kain Tenun Songket Sambas yang dihasilkan sangat menggembirakan. Hampir disetiap kampung yang ada di Kota Sambas ada pengrajin dan alat tenun milik pribadi.
Tenun Songket Sambas hingga sekarang sudah mulai kembali menggema. Hal ini ditandai dengan perkembangan Tenun Songket Sambas meraih penghargaan Unesco Award of Excellence for handicrafts pada tahun 2012 yang dimuat di Tribun Pontianak tahun 2014.
Advertisement
Pengakuan UNESCO ini jelas menguntungkan seiring dengan beberapa kejadian yang muncul sehubungan dengan klaim negara tetangga, Brunei dan Malaysia yang membajak kain songket Sambas. Pada tanggal 28 Oktober 2014 Tenun Songket Sambas pecahkan rekor dunia Museum Rekor Indonesia (MURI).
Tata Kelola
Rasionalitas dalam menghasilkan Tenun Songket Sambas menjadi tantangan besar. Seiring waktu seolah eksistensi tenun songket Sambas mulai memudar. Ditandai dengan penurunan jumlah penenun pada data daftar industri kecil menengah non formal. Kepedulian masyarakat akan tenun songket Sambas khususnya kaum muda relatif kurang.
Kepedulian masyarakat hanya sekedar mengetahui keberadaan Tenun Songket Sambas tetapi kurang mengetahui sejarah dan filosofi Tenun Songket Sambas. Masyarakat banyak mengenal Tenun Songket dari beberapa acara seperti Festival Budaya Bumi Khatulistiwa, Festival Budaya Daerah, dan Pameran yang diselenggarakan pemerintah.
Sayangnya karena kegiatan menenun ini tidak dilakukan setiap hari maka seringkali faktualitas ini tidak terangkat secara baik dalam lanskap pembinaan pariwisata Indonesia. Disinilah pentingnya langkah pelestarian dilakukan dengan cara melindungi, merawat, menyimpan, mengamankan hasil budaya manusia dan lingkungan guna menunjang upaya pelestarian kekayaan budaya.
Agar memenuhi kebutuhan masyarakat, dibutuhkanlah sebuah bangunan museum literasi berbasis online yang mempunyai fungsi tersebut. Pembangunan Museum literasi tenun Songket Sambas diharapkan tidak hanya melengkapi perlindungan akan Tenun Songket tapi juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan intelektual kalangan pendidikan yang ingin melakukan pembelajaran dan wisatawan serta masyarakat yang ingin mengetahui mempelajari tentang tenun Songket Sambas.
Dalam kajian Kartiwa (1984), Songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak dan dihasilkan dari daerah daerah tertentu saja. Alfian (2010) menjelaskan bahwa disebut Songket karena dalam pembuatan kain melalui proses menyangkut yaitu proses memindahkan atau menyalin motif kain dari pola atau Suji bilang ke benang lusin dengan menggunakan alat songketan yang terbuat dari bulu binatang landak, dan setiap kain yang dibuat melalui proses menyongket pasti menggunakan benang emas atau perak pada motif kainnya.
Lebih lanjut Alfian (2010) menjelaskan bahwa Tenun Songket merupakan kerajinan tangan yang masih menggunakan alat tradisional karena dalam proses pembuatan kain selalu menggunakan alat yang disebut gigi suri yang berbentuk seperti sisir dan terbuat dari kulit enau atau kulit bemban.
Tantangan
Pemberdayaan tenun songket Sambas adalah merupakan cara solutif dalam upaya pengembangan sektor industri rumah tangga tenun dapat dilakukan dengan berbagai model antara lain yaitu dengan model human capital. Tantangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masa kini harus mampu merespon pergeseran dari yg terfokus pada masalah industri ekonomi kearah pengetahuan ekonomi.
Pergeseran ini meliputi seluruh aspek manajemen yaitu efisiensi operasi, marketing, struktur organisasi yang akan memberikan keuntungan bisnis yang lebih tinggi, secara kualitatif kontribusi human capital dipusatkan pada nilai dan tindakan manusia.
Oleh karena pekerja berperan penting dalam proses produksi, maka dibutuhkan pekerja yang berkualitas dan konsep human capital adalah untuk meningkatkan kualitas pekerja. Human capital juga mengarahkan pekerja pada penciptaan spesialisasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Telah banyak dibuktikan bahwa human capital atau modal manusia merupakan sebuah sistem yang memperbaiki kinerja karyawan, meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen yang lebih baik, pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekerja.
Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh modal manusia dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue dimasa akan datang bagi suatu UMKM.
Kabupaten Sambas adalah merupakan salah satu daerah di Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, disamping beberapa kabupaten lainnya yang juga berbatasan dengan Malaysia, akan tetapi diantara daerah lainnya maka tenun songket Sambas faktanya sangat menonjol. Industri tenun ini awalnya dikerjakan di rumah-rumah tetapi sekarang sebagian melalui pembinaan dan berada pada sentra-sentra, kantong-kantong penduduk pada daerah daerah tertentu.
Produk yang dihasilkan antara lain kain songket, bahan baju, selendang, sajadah, taplak meja, sarung kursi, kopiah, shal, tempat tissu dan lain-lain. Walaupun sudah ada pembinaan dan verifikasi produk tetapi sebagian besar masih mengerjakan secara tradisional dan berbasis budaya sehingga hasil yang diperoleh belum berkembang sebagaimana diharapkan dan belum mampu bersaing pada tingkat nasional dan internasional.
Kondisi tersebut menunjukkan permasalahan pada industri songket tenun Sambas merupakan salah satu fenomena penting yang harus diperhatikan dan dikembangkan karena tidak hanya menyangkut persoalan budaya dan kebiasaan tetapi juga menyangkut lapangan pekerjaan dan persoalan ekonomi. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut tentang kondisi pada industry tenun sambas tersebut yang meliputi kondisi sosial, demografi, output, daya serap pekerja, tingkat upah, ragam produk dan lain lain.
Pembangunan industri dikembangkan bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan antar sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri. Sinergitas itu dilakukan melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal dan penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah, terutama di kawasan timur Indonesia sesuai dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan pola tata ruang nasional.
Dalam rangka pemerataan kesempatan usaha serta demi terciptanya iklim usaha yang dapat memantapkan pertumbuhan industri nasional, maka perluasan usaha industri perlu diarahkan pada pemusatan kekuatan industri diberbagai daerah.
Bertolak dari kenyataan ini, industri kecil dan rumah tangga merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja terutama di daerah daerah. Human capital memiliki kontribusi penting dalam pembangunan melalui pengembangan sumber daya manusia sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan, yang berarti mengurangi kemiskinan. Oleh karen itu, sektor industri khususnya industri kecil dan rumah tangga seperti tenun songket Sambas harus mendapat prioritas pembangunan dalam pengembangan dan pemajuan kebudayaan di Indonesia.
Pembangunan industri rumah tangga tenun di Kabupaten Sambas dapat didekati dengan model human capital untuk pengembangan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produksi, produktivitas dan pada giliran selanjutnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan upah. Hal itu tentu saja dapat membantu pemerintah daerah dalam mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi, yang pada akhirnya mampu menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Sambas.
***
*) Oleh : Muhammad Ali Rahman, Ketua Harian Masyarakat Riset Budaya Kalimantan Barat.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |