Kopi TIMES

Wibawa Nabi Melebihi Ketampanannya

Kamis, 19 September 2024 - 15:57 | 23.23k
Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur
Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ada orang orang berkata bahwa Nabi Yusuf As. adalah manusia yang paling tampan. Memang betul beliau sangat tampan. Akan tetapi, kata Prof Quraish Shihab, Nabi Muhammad Saw. lebih tampan. Hanya bedanya, Nabi terlalu berwibawa sehingga orang-orang tidak bisa menatap beliau.

Sahabat-sahabatnya kalau melihat Nabi selalu tunduk. Jadi wibawanya menutupi keindahannya (ketampanan). Nabi Yusuf memang tampan, tetapi wibawanya tak sebesar Nabi Muhammad. Buktinya, ia disuruh keluar oleh Siti Zulaikha dan orang-orang melihatnya. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 31 dikatakan, Allah Swt. berfirman:

Advertisement

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗۤ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّ ۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًا ۗ اِنْ هٰذَاۤ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

Artinya: “Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundang lah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkan lah dirimu) kepada mereka.” Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, “Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia.” 

Tak hanya itu, kelebihan yang lain adalah bahwa Nabi Muhammad mencintai sebelum dicintai. Itu sebabnya, dahulu jika ada yang salah, maka kecintaan Nabi kepadanya dengan cara Nabi menegurnya secara baik sehingga yang ditegur menerimanya dan respek terhadap Nabi.

Kata Quraish Shihab dulu ada orang yang buat air kecil di area masjid dan para sahabat mau menegurnya. Namun, Nabi tak membolehkannya sampai orang yang buang hajat itu selesai. Akhirnya setelah selesai baru diberi tahu “Hei ini tempat bukan untuk buang hajat, tetapi ini tempat untuk shalat.” Jadi menegurnya menimbulkan simpati (karena cintanya).

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “Kita benci penyakit bukan orang sakit, kita benci keburukan bukan orang yang berbuat keburukan”. Demikianlah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.

Masih tentang ketampanan Nabi. Sebuah riwayat menyatakan “Saya tidak pernah melihat sosok yang begitu tampan yang rambutnya terurai dan teratur sampai ke ujung telinganya dan dia memakai baju merah”. Sahabat Al-Barra’ Ra. menceritakan:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Artinya: “Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih bagus dari Nabi Saw ketika beliau mengenakan baju berwarna merah.” (HR. Bukhari no. 5901 dan Muslim no. 2337).

Syahdan. Tuhan menciptakan Nabi Muhammad Saw. penuh dengan wibawa, sehingga sosoknya penuh dengan daya tarik, bahkan sosoknya lebih dahulu menjadi daya tarik sebelum ajarannya. Begitulah Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِ ۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran [3]: 159).

Atas dasar itu, banyak orang-orang yang murtad pasca Nabi wafat, karena di mata mereka sudah tidak ada sosok yang seperti Nabi. Namun demikian, kata Quraish Shihab, Tuhan menginginkan kita dalam mencintai Nabi karena ajarannya, baru kemudian karena sosoknya. (*)

***

*) Oleh : Salman Akif Faylasuf, Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kontributor di E-Harian Aula digital daily news Jawa Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES