Ketika Senja Berpamitan, Fajar Kepemimpinan Terbit dengan Elegan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Senja menjadi indikasi alam sebuah siklus telah mencapai akhir dengan keindahan hakiki dan penuh filosofi; hanya senja yang tahu cara “berpamitan” dengan begitu indahnya sehingga banyak dinanti. Secara filosofis, dari fenomena ini kita belajar bahwa masa “kejayaan” itu hanya sebentar. Tak lama masa refleksi malam akan terjadi sebelum terbit sang fajar yang menandai permulaan baru dengan penuh sinar. Begitu pula dalam kepemimpinan di negeri ini. Transisi senja dari Presiden Joko Widodo ke fajar Presiden terpilih, Prabowo Subiyanto.
Di antara senja dan fajar, ada malam hari untuk refleksi diri agar tetap terbangun berinteraksi. Pada momentum ini mantan Presiden (baca: mantan pejabat), misalnya, bisa merenung dan mengkaji kemungkinan untuk 1) membentuk “legacy council”; 2) membuat program ‘silent advisory”; 3) menulis “manual of wisdom”; 4) menjadi jembatan di luar system; dan 5) mengambil peran sebagai narator sejarah.
Advertisement
Konsep “legacy council" dapat dianalogikan dengan quasar dalam astronomi—benda luar angkasa yang sangat terang dan energik di pusat galaksi dan menjadi jejak dari sebuah “black hole.” Seperti quasar yang memancarkan energi besar dari jauh, “legacy council” berfungsi sebagai sumber kebijaksanaan dan arahan yang kuat, meskipun anggotanya sudah tidak lagi aktif di garis depan kepemimpinan. Supernova ini masih bisa berperan sebagai pemancar pengalaman dan wawasan untuk membantu Presiden terpilih dalam mengambil keputusan tertentu, tanpa perlu terlibat langsung dalam setiap proses operasional. Hanya hadir saat dibutuhkan untuk memberikan arahan strategis seperti cahaya quasar yang memberi panduan di tengah kegelapan kosmik.
“Legacy Council” dapat juga bertindak seperti DNA: sebuah cetak biru informasi genetik generasi masa lalu dengan tetap membiarkan penerusnya melakukan mutasi dan adaptasi sesuai dengan tantangan baru. DNA tidak mengatur setiap langkah organisme secara langsung, tetapi memberikan fondasi bagi keberlanjutan dan evolusi. Legacy Council bisa menyediakan kerangka pemikiran bagi Presiden terpilih untuk menavigasi situasi dan ruang inovasi. Dengan demikian, Legacy Council tidak hanya menjaga stabilitas tetapi juga membantu menciptakan peluang bagi pertumbuhan dan transformasi.
Kedua, konsep "Silent Advisory" dalam kepemimpinan dapat diilustrasikan dengan seperti gelombang gravitasi dalam fisika. Gelombang gravitasi merupakan riak di ruang dan waktu yang dihasilkan oleh peristiwa besar seperti tabrakan lubang hitam: bergerak melalui alam semesta tanpa terlihat oleh mata manusia, namun pengaruhnya pada materi di sekitarnya sangat signifikan. Sebagai penasehat emeritus, beliau dapat bergerak dengan cara serupa: meskipun tidak terlihat dalam pengambilan keputusan sehari-hari, pengaruhnya menyebar melalui nasihat dan kebijaksanaan dalam membantu Kabinet Presiden terpilih mengatasi tantangan dan membuat keputusan strategis. Seperti gelombang gravitasi yang perlahan-lahan mengubah struktur ruang dan waktu, peran mantan Presiden secara halus namun signifikan mempengaruhi arah organisasi.
Dalam konteks Biologi, hormon bisa menjadi analogi lainnya. Hormon bekerja di dalam tubuh dengan mengirimkan sinyal kimia yang mengatur berbagai fungsi vital, seperti pertumbuhan, metabolisme, dan keseimbangan energi. Mereka tidak terlihat atau terasa secara langsung, tetapi efeknya sangat menentukan bagi kesehatan dan stabilitas tubuh. “Katalis reaksi” ini dalam perannya sebagai "silent advisory" bisa mengirimkan panduan melalui saran strategis atau nasihat bijak tanpa terlihat di mata khalayak.
Sementara itu, manual of wisdom ibarat sebuah kitab tak tertulis yang hanya bisa dibaca dengan hati dan diterjemahkan oleh pengalaman. Pemimpin bijak menggunakan manual ini sebagai kompas, bukan sebagai peta, karena jalan yang ditempuh selalu berubah. Kebijaksanaan dalam manual ini tak hanya tentang mengetahui apa yang benar, tetapi juga tentang merasakan kapan waktu yang tepat untuk bertindak, menyerupai maestro yang mengarahkan simfoni, memilih nada yang tepat untuk setiap momen. Dalam filsafat, kebijaksanaan adalah puncak dari kecerdasan, di mana pengetahuan akademis bertransformasi menjadi intuisi.
Manual seperti ini dapat menuntun pemimpin untuk selalu bertanya dan menggali makna dari setiap pengalaman, serta memetik hikmah dari ketenangan perenungan. "Wisdom begins in wonder, and grows in reflection,"barangkali bisa dipertimbangkan untuk direnungkan. Pemimpin bijak tahu bahwa kekuatan terbesar yang dimilikinya bukan pada kecepatan bertindak, tetapi pada ketepatan waktu dan kecermatan dalam memaknai setiap langkah. Kebijaksanaan dapat dibayangkan sebagai akar yang tak terlihat namun menopang pohon kehidupan, memastikan bahwa setiap cabang kepemimpinan yang tumbuh membawa buah yang tidak hanya manis untuk hari ini, tetapi juga bergizi bagi generasi mendatang.
Jembatan keberlanjutan di luar sistem formal bisa menjadi peran elegan untuk dimainkan sebagai penjaga harmoni di tengah perubahan pemerintahan. Ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan dua tepi sungai, seorang “mentor politik” berfungsi sebagai penghubung antara pemerintahan baru dan pemangku kepentingan eksternal, seperti masyarakat sipil, industri, atau organisasi internasional. Mereka tidak lagi terikat pada alur birokrasi formal, tetapi tetap memiliki pengaruh besar melalui pengalaman dan jejaring yang mereka bangun selama masa jabatan. Layaknya arsitek yang merancang fondasi kokoh namun tidak lagi ikut membangun, mereka mengarahkan dan memastikan kesinambungan visi, tetapi membiarkan generasi baru membawa perubahan dengan cara mereka sendiri.
Berangkat dari kata bijak, "Wisdom is knowing when to step forward and when to step aside," seorang elder stateman yang berperan di luar sistem formal memahami bahwa relevansi bukan tentang posisi dan kekuasaan, melainkan tentang kontribusi yang signifikan. Beliau menjadi penghubung dalam menjaga keseimbangan antara inovasi pemerintahan baru dengan stabilitas masyarakat. Dalam peran ini, beliau menciptakan dialog, mempertemukan berbagai kepentingan, serta memastikan bahwa keberlanjutan tidak berhenti di ambang pergantian kekuasaan. Jembatan ini memungkinkan arus ide dan kolaborasi mengalir lancar walau terancam digerus ombak perubahan yang menghantam dengan gencar.
Mengambil peran sebagai narrator sejarah bagi negarawan senior merupakan langkah bijak yang bisa bikin kesohor. Sebagai penulis kisah perjalanan suatu bangsa, seorang arsitek negarawan dapat mendokumentasikan setiap pencapaian, tantangan, dan transformasi yang terjadi selama masa jabatannya. Melalui peran ini, seorang penjaga api peradaban akan menjaga agar sejarah tidak memudar dalam ingatan, namun tetap terfokus pada refleksi masa lalu, bukan campur tangan di masa depan. Selain itu, kisah perjalanannya dapat mengisahkan perubahan dengan jujur, namun indah, sehingga generasi mendatang bisa belajar dari setiap goresan perjalanan tersebut.
Narrator sejarah akan sanggup memberikan kesempatan bagi pemerintahan baru untuk memahami konteks dan foundasi yang ditinggalkan, tanpa membebani mereka dengan bayang-bayang masa lalu. "History is not just the past; it is the foundation for the future," mungkin demikian quotenya. Beliau, dalam peran ini, tidak lagi terlibat dalam dinamika politik sehari-hari, namun memberikan perspektif yang bijak dari pengalaman panjangnya. Narasi yang mereka sampaikan bisa menjadi cermin, tempat generasi baru bisa bercermin untuk belajar dari kesalahan dan keberhasilan. Peran ini memastikan bahwa warisan kepemimpinan tetap hidup, namun ruang untuk inovasi dan perubahan tetap terbuka lebar.
Seperti senja perlahan memudar, kepemimpinan lama memberikan ruang bagi sang fajar untuk menyapa dunia dengan cahaya harapan penuh sinar. Dalam perputaran waktu yang harmonis, transisi kepemimpinan bukanlah akhir, melainkan jeda indah antara dua fase kehidupan yang saling melengkapi. Ketika senja berpamitan dengan elegan, ia meninggalkan langit dengan semburat warna-warni kebijaksanaan sebagai bekal untuk terbit dengan kekuatan dan visi baru. Kepemimpinan yang baik memahami bahwa setiap fase memiliki keindahan dan perannya sendiri; senja membawa refleksi, dan fajar membawa transformasi. “Every sunset is an opportunity to reset, and every sunrise begins with new possibilities,” begitu kata bijaknya.
Selamat berkhidmad sebagai resi bagi yang memutuskan untuk berhenti dan selamat berkarya yang mengambil pilihan lanjut mengabdi bagi bangsa. (*)
*) Oleh: Assoc. Prof. Suparto (Tenaga Ahli Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |