Kopi TIMES

Harmoni Alam dan Budaya: Mewujudkan Green Tourism di Kalimantan Timur

Rabu, 25 September 2024 - 09:16 | 36.24k
Rosyid Nurrohman, S.M., M.AB., Dosen Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Kalimantan Timur
Rosyid Nurrohman, S.M., M.AB., Dosen Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Kalimantan Timur

TIMESINDONESIA, KALIMANTAN TIMUR – Pariwisata hijau semakin diakui sebagai pendekatan penting untuk menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal. Di Kalimantan Timur, yang kaya akan keindahan alam dan keragaman budaya, terdapat peluang signifikan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang mengintegrasikan kearifan lokal. 

Artikel ini mengeksplorasi bagaimana Kalimantan Timur dapat mengembangkan pariwisata hijau melalui praktik keberlanjutan dan integrasi budaya lokal, serta studi kasus untuk menggambarkan implementasi yang berhasil.

Advertisement

Keindahan Alam dan Keragaman Budaya

Kalimantan Timur adalah rumah bagi ekosistem yang menakjubkan, termasuk hutan hujan tropis, pantai yang bersih, dan pegunungan yang megah. Salah satu kawasan perlindungan penting adalah Taman Nasional Kutai, yang menjadi habitat bagi spesies langka seperti orangutan dan bekantan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), lebih dari 50% luas wilayah Kalimantan Timur ditutupi oleh hutan (KLHK, 2022), memberikan potensi besar untuk ekowisata.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Kaltim meningkat sekitar 10% dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, total kunjungan wisatawan mencapai 1,2 juta, dengan sektor ekowisata menyumbang 30% dari total kunjungan (BPS Kaltim, 2023). Hal ini menunjukkan adanya minat yang tinggi terhadap pilihan perjalanan berkelanjutan.

Integrasi Kearifan Lokal

Kearifan lokal memainkan peran penting dalam pengembangan pariwisata hijau. Masyarakat adat di Kalimantan Timur, terutama suku Dayak, memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem dan praktik pelestarian yang telah ada selama berabad-abad. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Mulawarman menunjukkan bahwa mengintegrasikan kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata tidak hanya meningkatkan nilai destinasi, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat (Universitas Mulawarman, 2021).

Salah satu contoh penerapan kearifan lokal adalah pengembangan homestay berbasis budaya, di mana wisatawan dapat tinggal bersama masyarakat setempat dan merasakan kehidupan sehari-hari mereka. Inisiatif seperti ini tidak hanya memberikan pengalaman autentik bagi wisatawan, tetapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Data dari Dinas Pariwisata Kaltim menunjukkan bahwa homestay berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan pendapatan keluarga hingga 40% (Dinas Pariwisata Kaltim, 2022).

Tantangan yang Harus Dihadapi

Meskipun potensi pariwisata hijau di Kalimantan Timur sangat besar, tantangan yang ada juga tidak kalah signifikan. Infrastruktur yang kurang memadai, minimnya pemahaman tentang praktik pariwisata berkelanjutan, dan ancaman terhadap lingkungan akibat deforestasi dan perusakan lahan adalah masalah yang harus dihadapi. 

Menurut laporan Forest Watch Indonesia, dalam kurun waktu 2015-2021, Kaltim kehilangan lebih dari 100.000 hektar hutan akibat konversi lahan untuk perkebunan dan pertambangan (Forest Watch Indonesia, 2021).

Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan. Salah satu inisiatif yang dapat dilakukan adalah pengembangan program sertifikasi untuk usaha pariwisata yang menerapkan praktik berkelanjutan. Dengan cara ini, wisatawan dapat memilih tempat yang benar-benar berkomitmen pada keberlanjutan, meningkatkan kepercayaan dan minat mereka untuk berkunjung.

Studi Kasus: Keberhasilan Samboja Lestari

Samboja Lestari adalah contoh pariwisata hijau yang sukses di Kalimantan Timur, yang memperlihatkan bagaimana pendekatan ekowisata dapat mendukung konservasi lingkungan sambil memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas lokal. Proyek ini diprakarsai oleh Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF) dan berlokasi dekat Balikpapan.

Konservasi dan Edukasi

Samboja Lestari tidak hanya berfokus pada pariwisata, tetapi juga pada konservasi satwa, terutama orangutan yang dilindungi di kawasan tersebut. Pengunjung diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam upaya konservasi, seperti menanam pohon yang membantu memperbaiki ekosistem lokal dan menjaga keseimbangan lingkungan. Mereka juga dapat melakukan pengamatan satwa liar dan mengikuti tur edukatif mengenai rehabilitasi orangutan yang menjadi fokus utama BOSF.

Akomodasi Berkelanjutan

Akomodasi yang ditawarkan dibangun dengan prinsip keberlanjutan. Desain dan konstruksinya memperhatikan dampak lingkungan, dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan sistem pengelolaan sumber daya yang efisien. Pengalaman ini memberikan wawasan kepada wisatawan tentang cara hidup yang lebih ramah lingkungan, selaras dengan tujuan proyek untuk mendidik pengunjung tentang pentingnya konservasi dan keberlanjutan.

Kontribusi pada Ekonomi Lokal

Yang membuat Samboja Lestari menonjol adalah keterlibatan komunitas lokal. Masyarakat sekitar diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek, baik melalui pekerjaan yang berhubungan dengan operasional wisata maupun dalam inisiatif konservasi. Dampaknya, banyak rumah tangga lokal yang melaporkan peningkatan pendapatan. 

Ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung pembangunan sosial-ekonomi daerah. Dengan memberikan pekerjaan kepada penduduk setempat, proyek ini membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Daya Tarik bagi Wisatawan

Ekowisata ini berhasil menarik wisatawan domestik dan internasional, dengan menawarkan pengalaman unik yang menggabungkan petualangan alam dengan pendidikan. Wisatawan tidak hanya menikmati pemandangan alam yang indah, tetapi juga belajar tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Ini menghasilkan pendapatan yang signifikan, yang kemudian digunakan untuk mendukung upaya konservasi lebih lanjut, menciptakan siklus yang berkelanjutan antara pariwisata dan pelestarian lingkungan.

***

*) Oleh : Rosyid Nurrohman, S.M., M.AB., Dosen Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES