Generasi Z di Persimpangan Karier: Tantangan di Dunia Kerja Modern

TIMESINDONESIA, MALANG – Fenomena sulitnya Gen Z mendapatkan pekerjaan menjadi salah satu isu yang kian mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Generasi ini, yang terdiri dari individu berusia antara 15 hingga 24 tahun, menghadapi tantangan besar dalam memasuki dunia kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2024, sebanyak 20,27% dari Gen Z di Indonesia yang berada pada kelompok usia tersebut, baik yang tidak sedang bersekolah maupun tidak bekerja, masuk dalam kategori pengangguran. Angka ini mencerminkan betapa sulitnya kelompok ini menembus persaingan di pasar tenaga kerja.
Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh Gen Z dengan kebutuhan pasar kerja. Banyak perusahaan membutuhkan keterampilan teknis dan praktis yang sering kali tidak dikuasai sepenuhnya oleh para lulusan sekolah atau universitas. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa banyak lulusan perguruan tinggi Gen Z masih kekurangan kompetensi yang relevan dengan industri modern, seperti keterampilan digital dan soft skills, meskipun telah menempuh pendidikan formal selama bertahun-tahun.
Advertisement
Sebagai contoh nyata, seorang lulusan S1 bernama Budi, yang baru saja menyelesaikan studinya di bidang manajemen, mengeluhkan kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Ia telah melamar ke banyak perusahaan, namun sebagian besar menolak karena kurangnya pengalaman kerja yang spesifik atau keterampilan teknis tertentu. Budi merasa bahwa meskipun telah menghabiskan bertahun-tahun di bangku kuliah, apa yang dipelajari tidak sepenuhnya sejalan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Kasus Budi mencerminkan situasi yang dialami banyak lulusan Gen Z lainnya.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Persaingan yang semakin ketat di dunia kerja juga menjadi faktor lain yang memperburuk kondisi ini. Jumlah pencari kerja dari generasi sebelumnya yang masih aktif bekerja, ditambah dengan lulusan-lulusan baru dari berbagai universitas setiap tahunnya, membuat pasar kerja semakin padat dan menantang.
Dengan demikian, fenomena pengangguran di kalangan Gen Z bukanlah masalah yang bisa diabaikan. Dibutuhkan langkah-langkah strategis baik dari sisi pendidikan maupun pasar kerja untuk memastikan generasi ini memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri, agar mereka dapat bersaing secara kompetitif di era modern ini.
Untuk memastikan generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan mampu bersaing secara kompetitif di era modern, diperlukan langkah-langkah strategis dari dua aspek utama: pendidikan dan pasar kerja. Dari sisi pendidikan, integrasi teknologi dalam kurikulum menjadi kunci penting. Kurikulum harus disesuaikan dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0, yang meliputi penguatan literasi digital, pemrograman, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, pengembangan metode pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning dan Competency-Based Education juga penting dalam mendorong pembelajaran yang aplikatif serta menumbuhkan keterampilan abad ke-21.
Dari sisi pasar kerja, kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri perlu diperkuat. Perusahaan harus dilibatkan dalam menyusun standar kompetensi lulusan agar lulusan siap kerja dengan keterampilan yang relevan. Program magang dan pelatihan kerja yang berorientasi pada industri menjadi salah satu solusi strategis untuk menjembatani kesenjangan antara teori di bangku pendidikan dan praktik di dunia kerja. Selain itu, peningkatan akses terhadap pembelajaran berbasis digital, seperti platform daring yang menyediakan kursus-kursus kejuruan, juga harus diutamakan.
Dengan sinergi antara dunia pendidikan dan pasar kerja, diharapkan generasi muda dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di era digitalisasi dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Langkah-langkah ini esensial agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk berkompetisi di pasar kerja global.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |