Kecerdasan Emosional dan Pembelajaran Sosial-Emosional (SEL) menjadi Pilar Penting Pendidikan Abad 21

TIMESINDONESIA, MALANG – Di era digital dan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, kecerdasan emosional (EQ) menjadi salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai oleh Gen Z. Meskipun perkembangan teknologi mendorong kemajuan yang signifikan dalam dunia pendidikan, kecerdasan emosional dan pembelajaran sosial-emosional (SEL) tetap menjadi aspek fundamental yang tidak dapat diabaikan.
Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan seseorang dalam memahami, mengelola, dan mengendalikan emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain. Mengingat begitu banyak kemudahan yang dapat diperoleh Gen Z saat ini, maka mereka perlu memiliki EQ yang baik dalam merespon berbagai dinamika hidup yang ada. Sementara itu, SEL adalah pendekatan pendidikan yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan emosional dan sosial, seperti empati, pengendalian diri, dan kemampuan berinteraksi sosial secara positif.
Advertisement
Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, kemampuan untuk memahami dan merespons emosi dengan bijaksana menjadi semakin krusial. Kehidupan sosial di era digital sering kali ditandai dengan interaksi daring melalui media sosial, yang tidak jarang memicu ketegangan emosional dan konflik. Tanpa kemampuan mengelola emosi dengan baik, generasi muda dapat dengan mudah terjebak dalam perilaku negatif, seperti cyberbullying atau isolasi sosial. Kecerdasan emosional membantu mereka untuk menghadapi situasi-situasi ini dengan lebih bijaksana, memahami perspektif orang lain, dan membangun interaksi yang lebih positif.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Pembelajaran sosial-emosional (SEL) memberikan pendekatan holistik untuk mendidik Gen Z saat ini, yang mana tidak hanya berfokus pada pengembangan akademis, tetapi juga kesejahteraan mental dan emosional mereka. SEL bertujuan untuk mengajarkan keterampilan seperti pengendalian diri, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, serta kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat. Saat siswa dilatih untuk mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri, mereka menjadi lebih mampu untuk berpartisipasi dalam lingkungan belajar yang inklusif, di mana empati dan kolaborasi dihargai.
Salah satu aspek menarik dari SEL adalah kemampuannya untuk memupuk kesadaran diri dan ketahanan mental. Dengan menghadirkan program SEL di sekolah hingga perguruan tinggi, Gen Z didorong untuk mengenali emosi negatif, seperti stres dan kecemasan, dan mengelolanya dengan cara yang sehat. Ini sangat penting, mengingat meningkatnya angka masalah kesehatan mental di kalangan remaja semakin marak meningkat. Pendidikan tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang membangun mental yang kuat untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Namun, meskipun banyak manfaat yang telah diakui, implementasi program SEL masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman dari sebagian pendidik dan orang tua mengenai pentingnya pengembangan sosial-emosional. Banyak yang masih memandang kecerdasan akademis sebagai satu-satunya tolok ukur kesuksesan Gen Z, mengabaikan aspek emosional yang sama pentingnya.
Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk merangkul pendekatan yang lebih menyeluruh dalam sistem pendidikan kita, di mana SEL menjadi bagian integral dari kurikulum. Pendidik harus dilatih untuk mengintegrasikan keterampilan sosial-emosional ke dalam pembelajaran sehari-hari, serta menyediakan ruang yang aman bagi Gen Z untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa rasa takut atau stigma.
Kecerdasan emosional dan pembelajaran sosial-emosional adalah komponen penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan global di abad ke-21. Dengan mengintegrasikan SEL ke dalam pendidikan, kita tidak hanya menciptakan Gen Z yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang berdaya secara emosional, mampu memimpin dengan empati, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Di era digital ini, keterampilan emosional adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, damai, dan penuh kolaborasi. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dzurriyyatun Ni’mah, S.S., M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |