TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pilkada Jawa Timur 2024 menghadirkan tiga kandidat perempuan kuat yang masing-masing memiliki rekam jejak prestasi yang mengesankan. Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah siap bertarung memperebutkan kursi Gubernur Jawa Timur.
Setiap kandidat membawa keahlian dan pengalaman yang beragam, tetapi di antara mereka, Khofifah berdiri kokoh sebagai sosok yang memadukan ketenangan, pengalaman, dan visi jangka panjang untuk Jawa Timur.
Advertisement
Khofifah Indar Parawansa: Sang Ibu Bangsa yang Terbukti
Sebagai Gubernur Jawa Timur sejak 2019, Khofifah telah membawa Jawa Timur melalui berbagai tantangan besar, termasuk pandemi COVID-19. Kepemimpinannya dianggap sukses dalam menangani dampak pandemi dan meluncurkan program-program seperti Jatim Cettar (Cepat, Efektif, Tanggap, Transparan, dan Responsif), yang menekankan efisiensi birokrasi dan pelayanan publik.
Selain itu, program pengentasan kemiskinan, perbaikan kesejahteraan sosial, dan penguatan sektor pendidikan dan kesehatan menjadi sorotan utama.
Selama masa jabatannya, Khofifah berhasil menjaga stabilitas ekonomi provinsi, bahkan di tengah krisis global. Ia dikenal luas karena komitmennya terhadap masyarakat kecil, terutama dalam mendukung petani, buruh, dan sektor informal. Dukungan dari berbagai elemen masyarakat, terutama kalangan Nahdliyin dan perempuan, sangat kuat.
Tri Rismaharini: Pemimpin Tegas dengan Rekam Jejak Urban
Risma dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan dinamis. Prestasinya yang paling mencolok adalah keberhasilannya memimpin Surabaya selama dua periode, di mana ia membangun kota ini menjadi salah satu yang paling maju di Indonesia, terutama dalam bidang infrastruktur dan pengelolaan lingkungan. Setelahnya, ia melanjutkan kiprahnya di tingkat nasional sebagai Menteri Sosial, meski pada akhirnya perannya di kementerian tersebut tak lepas dari kontroversi dan tantangan.
Namun, kepemimpinan Risma cenderung keras dan berpusat pada gaya “blusukan” yang populer, tetapi apakah pendekatan ini bisa diterapkan secara luas di seluruh Jawa Timur yang lebih heterogen? Banyak yang meragukan apakah gaya Risma yang kerap kali emosional bisa menavigasi kompleksitas provinsi sebesar ini dengan elegan.
Luluk Nur Hamidah: Wajah Baru dengan energi segar
Sebagai pendatang baru di kancah Pilkada Jatim, Luluk Nur Hamidah membawa latar belakang yang kuat sebagai anggota DPR dari PKB. Ia dikenal vokal dalam isu-isu perempuan dan lingkungan, serta telah terlibat dalam pembahasan undang-undang strategis di parlemen.
Namun, pengalaman politik Luluk terbatas pada lingkup legislatif, dan banyak pihak masih meragukan apakah ia mampu memimpin daerah sebesar dan seberagam Jawa Timur. Meskipun demikian, dukungannya dari PKB dan para kader NU muda memberinya potensi untuk mengejutkan.
Peta kekuatan Politik
Khofifah Indar Parawansa unggul dalam survei terbaru dengan elektabilitas yang mencapai 57,3% menurut Poltracking. Popularitasnya didorong oleh rekam jejak sebagai Gubernur Jawa Timur, terutama dalam penanganan pandemi, program pendidikan, dan pengentasan kemiskinan.
Khofifah mendapat dukungan luas dari partai-partai besar seperti Gerindra, Golkar, Demokrat, dan NasDem, serta memiliki basis kuat di kalangan Nahdliyin dan perempuan. Kepemimpinannya di organisasi Muslimat NU juga memperkuat dukungannya di daerah pedesaan
Tri Rismaharini, meski populer sebagai Menteri Sosial dan mantan Wali Kota Surabaya, berada di posisi kedua dengan elektabilitas 22,8%. Risma dikenal memiliki pengaruh kuat di wilayah perkotaan, terutama di Surabaya.
Namun, ia menghadapi tantangan dalam memperluas basis dukungannya ke daerah pedesaan di luar Surabaya. Risma hanya diusung satu Partai, yakni PDI-P.
Luluk Nur Hamidah berada di posisi ketiga dengan elektabilitas 2,2%. Sebagai politisi PKB yang fokus pada isu-isu sosial dan lingkungan, Luluk belum berhasil menarik perhatian pemilih dalam skala besar. Tantangan utamanya adalah kurangnya eksposur dan dukungan dari partai-partai besar.
Dari peta kekuatan politik ini, terlihat bahwa Khofifah memiliki keunggulan signifikan berkat dukungan partai besar, jaringan Nahdliyin, serta pengalaman dan prestasi sebagai gubernur. Risma tetap menjadi pesaing kuat di daerah perkotaan, sementara Luluk perlu meningkatkan pengenalan di kalangan pemilih jika ingin bersaing secara efektif.
Mengapa Khofifah Layak Lanjut?
Dalam iklim politik yang semakin penuh tantangan, Jawa Timur membutuhkan sosok yang tidak hanya berpengalaman tetapi juga tenang dan tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan. Khofifah membawa keseimbangan antara ketegasan dan empati, dengan rekam jejak yang telah terbukti.
Program-programnya yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat kecil, stabilitas ekonomi, dan peningkatan kualitas pendidikan membuatnya tetap relevan sebagai pemimpin yang mampu menjaga keberlanjutan pembangunan di Jawa Timur.
Sementara Risma menawarkan gaya kepemimpinan yang tegas dan Luluk membawa semangat baru, Khofifah menawarkan stabilitas dan visi yang terbukti. Di saat Jawa Timur terus menghadapi tantangan global dan lokal, Khofifah hadir sebagai figur yang paling siap untuk membawa provinsi ini menuju masa depan yang lebih cerah.
***
*) Oleh : Ali Imron Maulana, Pegiat sosial media.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |