Kopi TIMES

Kesaktian Pancasila dan Kontribusi Banser

Rabu, 02 Oktober 2024 - 16:04 | 34.81k
Dr. Muchamad Sidik Sisdiyanto, Kepala Penelitian dan Pengembangan Satkornas Banser.
Dr. Muchamad Sidik Sisdiyanto, Kepala Penelitian dan Pengembangan Satkornas Banser.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2024 tidak hanya bertujuan untuk mengenang kemenangan Pancasila sebagai ideologi Negara. Setelah adanya percobaan kudeta oleh Gerakan 30 September (G30S) yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965. Tapi  juga merefleksikan derap ideologi bangsa di tengah gejolak zaman. 

Terminologi “sakti” meneguhkan betapa Pancasila menjadi basis ideologi negara yang tidak akan goyah di tengah kompleksitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Advertisement

Dalam bukunya Negara Paripurna, Yudi Latif menjelaskan Kesaktian Pancasila merupakan simbol kekuatan moral dan spiritual bangsa Indonesia. Dia menulis “Kesaktian Pancasila memiliki daya hidup yang mampu mengatasi ancaman ideologis dari dalam maupun  luar. Kesaktian ini lahir dari semangat gotong royong, kebersamaan, dan persatuan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia." 

Pancasila merupakan perekat utama bangsa Indonesia. Hal ini perlu diterjemahkan ke dalam berbagai aksi nyata oleh segenap elemen bangsa agar dapat menjaga kesaktian Pancasila sebagai bagian dari semangat perjuangan kolektif.

Dalam konteks itulah, misi mempertahankan keutuhan NKRI serta melestarikan nilai-nilai kebangsaan yang berasaskan Pancasila jauh hari telah menjadi misi utama sebuah organisasi keislaman terbesar di Nusantara, yakni Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926 ini pada kemudian hari memiliki sebuah badan otonom bernama Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). GP Ansor adalah sebuah organisasi kepemudaan yang berfokus pada kaderisasi pemuda, penguatan ajaran ahlusunah wal jamaah, serta menjaga keutuhan NKRI. 

Keteguhan NU menjaga semangat persatuan dan keutuhan NKRI dapat dilihat dari peran signifikan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebagai organisasi sayap dari GP Ansor, Banser merupakan representasi semangat kegigihan NU dalam konteks kebangsaan. Banser yang didirikan pada 17 September 1994, pada awalnya bertujuan untuk mengorganisasi pemuda yang siap menjaga keamanan, ketertiban, serta melindungi tiap kegiatan sosial-keagamaan yang diselenggarakan oleh NU.

Banser Garda Terdepan Mengawal Pancasila

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila membutuhkan aksi-aksi nyata sebagai ikhtiar untuk mempertahankan kesaktiannya. Dalam konteks ini, Banser dapat mengisi ruang yang selama ini dianggap krusial bagi keberlangsungan ideologi bangsa. Mempertahankan ideologi Pancasila adalah kunci mewujudkan kehidupan yang diidealkan. Pada tahap ini, peran Banser menjadi sangat holistik, seperti mengawal toleransi dan pluralisme, melawan setiap bentuk radikalisme, dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan kebangsaan.

Selama ini, Banser selalu berupaya mengidentifikasi dirinya sebagai garda terdepan dalam mempertahankan Pancasila di tengah masyarakat. Hal ini jelas kompatibel dengan visi Banser, yakni menjadi organisasi yang profesional, modern, dan berwibawa dalam menjaga Pancasila, NKRI, dan ahlusunah wal jamaah. 

Bersamaan dengan momentum Kesaktian Pancasila, visi tersebut mesti diterjemahkan ke dalam kesadaran untuk bergerak secara kolektif-kolegial dalam aktivisme Banser untuk menghadapi berbagai tantangan yang berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa. Upaya mempertahankan Pancasila dari ancaman radikalisme bertaut erat dengan peran Banser untuk terlibat dalam mentransmisikan nilai-nilai persatuan dan kemanusiaan, terutama bagi mereka yang berada di akar rumput. 

Bagaimanapun, komunitas akar rumput merupakan komunitas yang sangat rentan terhadap bahaya nalar ekstremisme. Mereka adalah komunitas yang paling sering dijadikan sasaran agenda Islam radikal. Tidak hanya itu, agenda kelompok Islam radikal juga berupaya mempersuasi elite agama yang berbasis di akar rumput agar pada kemudian hari dimensi ajarannya dapat dengan mudah diterima di relung hati masyarakat. Dalam kondisi ini, Banser hadir sebagai oposisi yang terus berupaya meyakinkan masyarakat bahwa agenda Islam radikal bertentangan dengan ideologi Pancasila. 

Sebaliknya, pemahaman yang disodorkan kepada mereka adalah Islam yang berlandaskan spirit ahlusunah wal jamaah yang kompatibel dengan asas-asas yang menubuh dalam Pancasila. Melalui pendidikan ideologi dan sosialisasi bahaya radikalisme, Banser dapat mentransmisikan nilai-nilai Islam moderat yang sesuai dengan konteks kehidupan bangsa yang beragam. Banser juga dapat menjelaskan secara persuasif dan bijak bahwa Islam moderat adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan Islam yang melangkahi asas-asas kemanusiaan khas ajaran Islam radikal. 

Selain itu, GP Ansor juga aktif melaksanakan agenda kepemudaan dengan mendorong para pemuda agar aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yang positif. Upaya ini tidak lain bertujuan untuk membekali mereka agar tidak terpengaruh berbagai paham radikal. Agenda kepemudaan, seperti pelatihan kader, bertujuan agar anggota Banser yang berstatus kader memiliki pemahaman yang sublim ihwal Pancasila. Hanya melalui pemahaman yang kuatlah mereka akan lebih mampu melawan paham radikal. 

Semangat Persatuan

Persatuan Indonesia sebagai salah satu representasi ideal kehidupan bangsa yang menubuh dalam Pancasila seyogianya dapat diperjuangkan melalui jalan pikiran dan tindakan. Dalam konteks ini, Banser dapat melakukan kegiatan forum lintas agama berupa dialog sebagai salah satu contoh jalan persatuan Indonesia yang diperjuangkan melalui pikiran. Melalui dialog anta agama lah inklusivisme gagasan keberagamaan akan terbentuk. Inklusivisme wawasan keberagamaan tentu diperlukan untuk mewujudkan suasana kehidupan yang harmonis antar berbagai kelompok. 

Aksi Banser yang menjaga perayaan Hari Natal menjadi bukti bahwa semangat persatuan itu telah menjadi komitmen yang menubuh dalam aktivisme Banser. Tidak ada salahnya melakukan tindakan semacam itu, selama masih dalam batas koridor kemanusiaan, dan bukan dalam konteks internalisasi keyakinan. Semangat kemanusiaan ini harus benar-benar menjadi spirit dalam setiap dinamika mewujudkan nilai ketiga Pancasila. 

Kegiatan dialog, bertukar gagasan soal kebangsaan, serta diskusi wawasan mengenai nilai-nilai Pancasila, menjadi sebentuk formulasi gerakan melalui pikiran yang terus dilestarikan. Aktivisme Banser, di samping bergerak melalui tindakan, juga bertransformasi menuju gerakan secara pikiran. Dimensi ini merupakan bagian dari jihad untuk menghidupi Pancasila. 

Dimensi jihad yang menghidupi menurut Jamal al-Banna dalam bukunya Al-Jihad melampaui sekadar urusan dengan yang vertikal-totalitas hamba pada Tuhannya, melainkan juga hubungan horizontal yang mencakup segala lini praksis kehidupan manusia, termasuk terus memperjuangkan kesaktian nilai-nilai Pancasila demi terwujudnya kehidupan yang diidealkan. 

***

*) Oleh : Dr. Muchamad Sidik Sisdiyanto, Kepala Penelitian dan Pengembangan Satkornas Banser.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES