Mahbub Djunaidi: Jurnalisme Kritis dengan Sentuhan Humornya

TIMESINDONESIA, MALANG – Keinginan saya untuk menjadi jurnalis tidak muncul secara tiba-tiba. Di tengah hiruk-pikuk arus informasi dan beragam fenomena sosial yang semakin dinamis, profesi ini memiliki daya tarik tersendiri. Bukan hanya sekadar menyampaikan fakta, jurnalis juga dituntut untuk menyikapi kondisi sosial dengan kritis dan kreatif.
Inspirasi terbesar saya datang dari figur Mahbub Djunaidi, seorang wartawan legendaris yang dikenal dengan gaya penulisan penuh humor, kritik tajam, dan kecerdasan dalam menggabungkan fakta dan sindiran sosial. Melalui tulisan-tulisan Mahbub, saya menyadari bahwa menjadi jurnalis adalah tentang memberikan perspektif baru tanpa kehilangan esensi kebenaran.
Advertisement
Di era digital saat ini, jurnalis memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Dengan maraknya informasi yang beredar di media sosial, termasuk berita hoaks, tugas jurnalis bukan hanya melaporkan, tetapi juga menyaring dan menganalisis informasi secara kritis.
Mahbub Djunaidi telah memberikan contoh yang jelas bagaimana menyikapi berbagai isu sosial dan politik. Ia dikenal dengan kemampuannya menggunakan humor dan sindiran untuk menyampaikan kritik tanpa membuat pihak yang dikritik merasa tersinggung.
Salah satu contohnya adalah bagaimana ia menyoroti kebijakan-kebijakan politik Orde Baru dengan gaya jenaka, tetapi penuh makna. Di masa kini, jurnalis perlu belajar dari Mahbub untuk tetap objektif, namun juga berani menyuarakan kritik terhadap isu-isu penting seperti korupsi, ketimpangan sosial, dan kebebasan berekspresi.
Namun, menjadi kritis tidak berarti kehilangan objektivitas. Tantangannya adalah bagaimana tetap setia pada fakta, sambil menghadirkan perspektif yang tajam dan bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu ciri khas Mahbub Djunaidi yang paling menonjol adalah kemampuannya menggabungkan fakta dengan humor. Ia selalu menulis dengan gaya yang lugas dan menyenangkan, membuat pembaca tertarik dan terhibur, meskipun topik yang dibahas cukup serius.
Namun, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan: etika. Dalam semua kreativitas yang diterapkan, jurnalis tetap harus menjunjung tinggi integritas dan kebenaran fakta. Seperti yang diungkapkan Mahbub, “Fakta mesti dijunjung seperti mertua”—artinya, fakta harus ditempatkan di posisi teratas, sebagaimana kita menghormati mertua.
Inspirasi dari Mahbub Djunaidi mengajarkan bahwa menjadi jurnalis tidak hanya tentang melaporkan fakta, tetapi juga tentang menyampaikan kritik sosial dengan cara yang kreatif dan menghibur. Harapannya, jurnalis masa depan dapat menjadi agen perubahan sosial yang kritis, kreatif, dan bertanggung jawab.
***
*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |