TIMESINDONESIA, RIAU – Bersempena Hari Jadi Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) ke-25 yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2024 dan bersamaan dengan Pilkada serentak di Tanah Air pada 27 November 2024, ada baiknya kita bahas berkenaan dengan harapan dan cita-cita yang ingin dicapai di masa yang akan datang dari perspektif seorang anak jati Kuansing yang tinggal di rantau.
Semoga harapan ini sesuai dengan kehendak masyarakat yang tinggal di Kuansing, baik penduduk lokal maupun para pendatang yang berhijrah dan bekerja di Kuansing saat ini.
Advertisement
Jika kita perhatikan dan simak motto serta tagline dari tiga paslon yang akan bertarung dalam Pilkada Kuansing 27 November mendatang, dapat penulis simpulkan bahwa kesemuanya mengarah kepada judul di atas, walaupun dengan kalimat dan diksi yang berbeda. Seperti Paslon Suhardiman Amby-Mukhlisin (SDM) yang mengusung slogan Kuansing Hebat (hebat sumber daya manusianya, hebat ekonominya, hebat kesehatannya, dan hebat adat-istiadatnya).
Adam-Sutoyo (AYO) dengan slogan Kuansing Bercahaya (pembangunan infrastruktur jalan, pendidikan, layanan kesehatan, sosial-budaya, dan keagamaan), serta Halim-Sardiyono (HS) dengan tagline Menuju Kuansing Hebat dan Sejahtera (melalui penguatan ekonomi dan percepatan infrastruktur pembangunan).
Kuansing Maju
Berharap pembangunan Kuansing mengalami kemajuan di dalam seluruh aspek dan sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak hanya pembangunan ekonomi, tetapi juga meliputi sosial-budaya, agama, fisik, dan lingkungan secara merata dan berkeadilan di seluruh penjuru negeri, dari hulu hingga hilir.
Dalam konteks ini, dapat diwujudkan pembangunan ekonomi yang mantap, yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan masyarakat secara signifikan melebihi kebutuhan hidup sehari-hari (living cost), sudah mampu menabung untuk pendidikan anak, biaya kesehatan, termasuk untuk membangun rumah (bagi yang belum punya), membeli kendaraan bermotor, dan bahkan menabung untuk keperluan umroh dan haji serta berlibur/rekreasi.
Selain itu, distribusi ekonomi terjadi secara berkeadilan di antara masyarakat Kuansing tanpa membedakan antara penduduk lokal maupun pendatang, atau antar satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Terwujud pertumbuhan ekonomi berkualitas, sebagaimana yang banyak dibincangkan para ahli ekonomi pembangunan.
Berkelindan dengan itu, terwujudnya lapangan pekerjaan yang memadai untuk masyarakat dengan upah/gaji yang menggembirakan untuk kebutuhan hidup di era modern. Iklim berusaha dan berwirausaha juga dibuka seluas-luasnya untuk memberikan peluang dan sekaligus menggalakkan masyarakat untuk menjadi pelaku usaha dan pebisnis (entrepreneur).
Idealnya, minimal 8% dari total penduduk Kuansing adalah pelaku entrepreneur sebagai indikasi kemajuan secara ekonomi yang disebutkan oleh para pakar ekonomi. Jadi, pekerjaan tidak hanya berkutat menjadi aparatur sipil negara (ASN), Polri, atau TNI.
Paradigma ini juga secara berangsur harus diketepikan dalam menuju Kuansing Unggul di masa depan. Idealnya lagi, entrepreneur yang ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi termaju, yang dikenal dengan istilah technopreneurship. Sehingga nilai tambah dan daya saingnya bisa lebih mumpuni dan mengglobal.
Kemajuan dimensi sosial-budaya dapat ditandai dengan semakin terealisasinya keharmonisan dan kerukunan hidup di antara masyarakat Kuansing, baik antara penduduk lokal dan pendatang, maupun penduduk antar kecamatan dan desa. Motto "besatu kito di nagori, bedunsanak kito di rantau" terserlah dan terlaksana di alam kehidupan.
Jikapun terjadi perselisihan dan konflik, dapat diatasi dan diredam dengan segera dan elegan. Begitu juga kehidupan bermasyarakat yang lebih tekun dan khusyuk dalam menjalankan perintah agama, dengan semakin rajin pergi sholat berjamaah ke masjid, mendengarkan pengajian, dan majlis ta’lim. Anak-anak serta remaja memenuhi surau dan masjid atau ke taman pendidikan Al-Quran (TPA) untuk belajar mengaji dan membaca Al-Quran.
Penduduk dan masyarakat yang terbebas dari penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang, terbebas dari perjudian dan minum-minuman keras, serta minimal dari berbagai tindakan kriminal yang meresahkan kehidupan masyarakat (pencurian, perampokan, begal). Terbebas dari kasus-kasus pelecehan seksual dan asusila, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan rendahnya angka perceraian.
Kemajuan dari pembangunan fisik dan lingkungan dapat diperhatikan dengan semakin lengkap dan berkualitasnya infrastruktur, mulai dari pelosok desa hingga ke kota kecamatan dan kabupaten. Baik infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur sosialnya, yang sudah mumpuni dan unggul.
Mulai dari jalan, jembatan, listrik, energi, air bersih, tempat pembuangan sampah, hingga gedung sekolah, fasilitas kesehatan, pasar, tempat rekreasi, hingga tempat ibadah yang aman, nyaman, dan berkualitas tinggi.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah pembangunan lingkungan yang semakin lestari, terbebas dari berbagai bentuk pencemaran lingkungan (air, udara, dan sampah), hutan yang asri dan hijau, sungai yang bersih dan lestari, serta sumber daya energi dan mineral yang dikelola secara berkelanjutan, terbebas dari penambangan emas tanpa izin (PETI).
Berdaya Saing
Dalam konteks globalisasi masa kini, daya saing adalah mutlak dihadirkan jika kita ingin bertahan hidup dan berkompetisi secara sehat di kancah lokal dan global. Untuk itu, kreativitas dan inovasi dalam seluruh aspek kehidupan harus dipacu dan digesa.
Dalam banyak kasus, bukannya kita tidak berkembang dan berubah, namun kota/daerah lain berkembang dan berubah dengan lebih pantas. Ibaratnya, kita masih berjalan, sementara kota/daerah lain sudah berlari kencang. Celakanya lagi jika kita hanya jalan di tempat.
Tidak bisa tidak, di alam dunia yang sudah terbuka melalui proses globalisasi yang terus berlangsung, daya saing mesti terus disematkan dan melekat dalam pembangunan Kuansing. Kita harus mampu dan bisa bersanding dengan daerah/kabupaten/kota maju lainnya di Tanah Air, bahkan kalau bisa menjadi yang terdepan di Riau.
Kita mempunyai potensi sumber daya manusia (SDM) yang memadai (baik yang tinggal di Kuansing) maupun para perantau yang tersebar di ibukota Pekanbaru dan daerah/kota lainnya (mulai dari Eropa, Jepang, Malaysia, Jakarta, Bandung, Medan, Batam, Tanjung Pinang, dan lainnya).
Kita berharap, Kuansing memiliki daya saing tinggi dalam komoditas unggulan dan produktif, baik di bidang pertanian (palawija; pisang, mentimun, gambas, kacang panjang, cabe, labu, terong, ubi; sawah-padi), perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet, kakao), peternakan (kerbau, sapi, kambing, ayam, itik), perikanan (patin, lele, nila, gurami, baung), kehutanan (kayu-kayuan, flora dan fauna hutan, madu, gaharu), hingga pertambangan (emas, pasir, kerikil).
Begitu juga daya saing dalam produk makanan (konji barayak, lomang, sipuluik kucuang, serabi, peniaram, bajik, gelamai, kerupuk sagu, dll) dan minuman, pakaian (seperti Batik Kuansing), kerajinan, dan produk olahan lainnya.
Begitu juga daya saing di bidang seni dan budaya, yang telah ditunjukkan dengan budaya Pacu Jalur yang sudah masuk dalam kharisma event nasional (KEN) dan sudah mendunia. Budaya Pacu Jalur dapat dijadikan pintu masuk untuk pengembangan dan inovasi dalam bidang seni dan budaya lainnya, termasuk pengembangan dalam keunikan arsitektur bangunan Kuansing yang sudah mulai ditinggalkan dan dilupakan.
Dia ada, dan perlu digali, diteliti ulang, dibukukan, dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dan itu sudah dimulai dengan pengembangan dan inovasi Batik Kuansing yang kini semakin berkembang dan diminati masyarakat Kuansing, dengan label Batik Nagori dan sudah membuka tokonya di ibukota kabupaten, Taluk Kuantan. Semoga dapat berkembang lebih mengglobal dengan membuka toko cabang di Pekanbaru dan kota lainnya di Riau, bahkan menyebar ke penjuru Tanah Air. Semoga.
***
*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env., Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |