Kopi TIMES

Max Planck dan Ustaz Karbitan

Jumat, 11 Oktober 2024 - 18:36 | 67.77k
Heri Zanqy, Santri Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi Kepanjen
Heri Zanqy, Santri Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi Kepanjen
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Anekdot tentang Max Planck yang berkoar-koar tentang ceramahnya, bertajuk teori fisika kuantum, menyampaikan tiga kali sehari di berbagai media. Bahkan sopirnya yang bernama Franky, karena teramat sering mendengar ceramahnya dan mengantarkan Max Planck mengisi seminar dimana-mana, ia pun hafal tentang teori fisika kuantum tersebut, sampai-sampai hafal di luar kepala.

Ketika perjalanan ke Berlin, untuk ceramah ke sekian kalinya. "Max, apa Anda tidak bosan ceramah tentang topik yang sama bahkan saya hafal dengan baik seluruh isi ceramah Anda, bagaimana jika Anda istirahat saja di mobil biar saya yang menggantikan ceramah Anda" tawar Franky.

Advertisement

"Ide bagus, Frank!" Setelah Franky selesai berkoar-koar dan berkumur-kumur, ia mendapati pertanyaan di luar hafalannya.

Dengan santainya Franky menjawab. "Saya heran di kota besar sperti ini, masih ada pertanyaan bodoh dimana seorang sopir saja bisa tahu jawabannya, bangunkan sopir saya." Seru Franky.

Rolf Dobelli membahas konsep "pengetahuan nyata" (real knowledge) dan "pengetahuan yang lebih aman" (safer knowledge) dalam bukunya The Art of Thinking Clearly. Menurut Dobelli, "pengetahuan nyata" merujuk pada pemahaman mendalam yang berasal dari pengalaman pribadi dan pembelajaran ekstensif dalam bidang tertentu. Jenis pengetahuan ini didasarkan pada keahlian dan keterlibatan langsung.

Sebaliknya, "pengetahuan yang lebih aman" dicirikan oleh pemahaman dangkal dan informasi umum yang sering diperoleh orang dari media, bacaan kasual, atau desas-desus. Jenis pengetahuan ini bisa menyesatkan karena kurangnya kedalaman dan evaluasi kritis, yang mengarah pada kepercayaan diri berlebihan dan pengambilan keputusan yang buruk.

Dobelli mengilustrasikan gagasan-gagasan ini dengan berbagai bias kognitif dan kekeliruan logis yang dapat merusak pemikiran kita. Sebagai contoh, bias "ilusi pengetahuan" menunjukkan bagaimana orang sering percaya bahwa mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka ketahui, berdasarkan informasi yang terfragmentasi dan dangkal.

Orang yang memiliki real knowledge jarang menjawab persoalan yang ia tidak ketahui dan tidak malu untuk mengatakan tidak tahu. Seperti cerita Imam Malik bin Anas, seorang tokoh utama dalam mazhab Maliki dalam hukum Islam, dikenal karena kehati-hatiannya dalam memberikan fatwa dan menjawab pertanyaan. Ada cerita terkenal tentang beliau yang menerima 50 pertanyaan, tetapi hanya menjawab sebagian kecil saja.

Kisah ini menunjukkan betapa berhati-hatinya Imam Malik dalam memastikan bahwa jawabannya benar dan berdasarkan pengetahuan yang valid. Ketika ditanya, jika beliau merasa tidak memiliki cukup informasi atau tidak yakin, beliau lebih memilih untuk mengatakan "Saya tidak tahu" daripada memberikan jawaban yang salah atau spekulatif. Ini mencerminkan etika ilmiah dan kejujuran yang sangat dihargai dalam tradisi Islam.

Dalam beberapa riwayat, Imam Malik disebutkan mengatakan, "Mengatakan 'saya tidak tahu' adalah separuh dari ilmu." Sikap ini mencerminkan pemahamannya bahwa ketidaktahuan bukanlah sesuatu yang memalukan, tetapi merupakan bagian dari proses pencarian ilmu yang benar dan bertanggung jawab.

Kisah ini sering dikutip untuk   mengingatkan para ilmuwan, cendekiawan, dan siapa saja yang memberikan nasihat atau keputusan untuk selalu berhati-hati dan jujur dalam batas pengetahuan merek
Beda halnya dengan orang yang hanya memiliki safer knowledge lebih tepatnya sales agama dan pengetahuan, ia akan menjawab segala hal walaupun tidak mengetahuinya dan mirisnya ia malu mengatakan bahwa ia tidak tahu. Seolah jika ia tidak bisa menjawab ia akan malu sampai mati. (*)

***

*) Oleh : Heri Zanqy, Santri Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi Kepanjen.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim. 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES