Kopi TIMES

Agar Tetap Kritis, Beginilah Cara Menanfaatkan Artificial Intelligence (AI)

Sabtu, 12 Oktober 2024 - 12:35 | 40.59k
Dzurriyyatun Ni’mah, S.S., M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dzurriyyatun Ni’mah, S.S., M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGArtificial Intelligence (AI) semakin terintegrasi dalam berbagai aspek pendidikan, serta kesempatan untuk meningkatkan pembelajaran sangat besar. Bagi mahasiswa, khususnya di perguruan tinggi, tantangannya bukan hanya tentang cara menggunakan AI, tetapi juga bagaimana menggunakannya secara bijaksana sehingga tidak mempengaruhi daya nalar yang menjadi salah satu kemampuan yang wajib dimiliki mahasiswa. Kemampuan untuk berinteraksi dengan AI secara aktif dan kritis, bukan sekadar mengandalkan teknologi secara pasif, menjadi penting dalam mempersiapkan mahasiswa menghadapi masa depan yang terus berkembang. Agar mahasiswa tetap kritis saat menggunakan AI, mereka perlu memanfaatkan teknologi ini secara sadar dan bijaksana, sehingga proses pembelajaran tetap aktif dan bermakna.

Pertama, mahasiswa harus memandang AI sebagai alat pendukung pembelajaran, bukan sepenuhnya menggantungkan tanggungjawabnya pada AI. Meski AI dapat memberikan jawaban, ringkasan, dan solusi secara instan, mahasiswa harus menahan diri untuk tidak sekadar menerima semua informasi begitu saja. Sebaliknya, AI sebaiknya digunakan sebagai titik awal untuk eksplorasi yang lebih mendalam. Misalnya, ketika menggunakan konten yang dihasilkan oleh AI, mahasiswa harus mengkritisi informasi tersebut, memeriksa keabsahannya dengan sumber lain, dan menganalisa apakah informasi itu sesuai dengan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas. Praktik ini mendorong rasa ingin tahu yang tinggi sehingga tidak mudah menerima informasi mentah-mentah.

Advertisement

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Selain itu, pemanfaatan AI harus mendorong mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. AI bisa memberikan inspirasi, tetapi hasil akhir harus tetap mencerminkan pemikiran dan analisis dari mahasiswa secara orisinil. Misalnya, dengan mengembangkan ide-ide yang diterima dari AI dan menambahkan perspektif dan argumen mereka sendiri. Dengan cara ini, mereka terlibat dalam proses penciptaan pengetahuan, bukan sekadar mengonsumsi informasi. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, tetapi juga menjaga integritas akademik karena karya yang dihasilkan tetap merupakan hasil pemikiran orisinal.

Cara lain agar mahasiswa tetap kritis saat menggunakan AI adalah dengan memahami keterbatasan teknologi ini. Meski AI sangat canggih, ia bukan tanpa kesalahan. AI sering kali bergantung pada pola dari kumpulan data besar yang bisa mengandung bias atau ketidakakuratan. Mahasiswa harus menyadari bahwa respons yang dihasilkan oleh AI mungkin mencerminkan bias-bias tersebut, terutama dalam topik-topik sensitif seperti ras, gender, atau sejarah. Dengan memahami potensi kesalahan atau bias ini, mahasiswa dapat bersikap lebih kritis terhadap hasil yang diberikan AI dan mencari perspektif lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

Lebih jauh lagi, AI bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui proses pembelajaran yang berulang. AI dapat memberikan umpan balik atas tulisan, pemecahan masalah, dan keterampilan bahasa. Namun, daripada menerima umpan balik tersebut sebagai hasil akhir, mahasiswa harus memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk meninjau kembali karya mereka, merenungkan kesalahan, dan memperbaikinya. Proses revisi dan penyempurnaan ini memperkuat keterlibatan kritis dengan materi, karena mahasiswa didorong untuk berpikir tentang bagaimana mereka dapat menyempurnakan ide dan pendekatan mereka.

Selain itu, kolaborasi dengan teman sejawat sambil menggunakan AI dapat semakin meningkatkan pemikiran kritis. Diskusi kelompok yang melibatkan AI sebagai alat pendukung dapat menghasilkan pertukaran ide yang lebih dinamis, di mana mahasiswa tidak hanya menggunakan saran yang dihasilkan AI, tetapi juga mendiskusikan nilai, relevansi, dan keakuratannya. Selain itu, ide yang dihasilkan dapat lebih berkembang dan akhirnya menumbuhkan rasa ingin tahu serta diskusi yang lebih orisinil. Keterlibatan kolektif ini memungkinkan mahasiswa untuk mempertajam kemampuan berpikir kritis mereka dengan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda dan membangun kesimpulan yang lebih terinformasi. Ini juga mengurangi risiko ketergantungan berlebihan pada AI, karena mahasiswa bisa menyeimbangkan masukan dari teknologi dengan penilaian dan kreativitas manusia.

Terakhir, penting bagi mahasiswa untuk mengadopsi pendekatan yang sadar dan etis saat menggunakan AI. Berpikir kritis juga berarti memahami implikasi yang lebih luas dari penggunaan AI, termasuk isu-isu privasi data, literasi digital, dan pertimbangan etis tentang ketergantungan pada mesin untuk belajar. Dengan tetap terinformasi tentang dimensi etis AI, mahasiswa dapat membuat keputusan yang bijak mengenai kapan dan bagaimana menggunakan teknologi ini, sehingga pembelajaran mereka tetap bijaksana dan bertanggung jawab. Secara keseluruhan, AI dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mendukung pembelajaran mahasiswa, tetapi penggunaannya harus didasarkan pada keterlibatan kritis. Mahasiswa perlu memandang AI bukan sebagai pemberi jawaban, tetapi sebagai sumber daya untuk eksplorasi lebih mendalam, mempertanyakan hasil yang dihasilkan, menggunakannya untuk menginspirasi pemikiran orisinal, dan memahami keterbatasannya. Dengan demikian, mereka akan tetap menjadi pemikir kritis di tengah dunia yang semakin dipengaruhi AI, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi lanskap informasi yang kompleks dengan cermat dan kreatif.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dzurriyyatun Ni’mah, S.S., M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES