Mendorong Penerapan ESG pada BUMN untuk Keberlanjutan dan Kesejahteraan Rakyat
TIMESINDONESIA, PADANG – Beberapa tahun terakhir, berbagai skandal besar yang melibatkan perusahaan global telah mengguncang dunia bisnis dan menyoroti pentingnya penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG). Salah satu contoh yang sangat mencolok adalah Skandal Limbah Minyak Shell di Nigeria, di mana perusahaan minyak raksasa itu dituding melakukan pencemaran lingkungan secara masif di Delta Niger.
Kasus ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, merugikan masyarakat lokal, dan mencoreng reputasi Shell di mata dunia. Skandal ini menjadi bukti nyata bahwa kelalaian dalam menjaga lingkungan bisa berdampak fatal bagi perusahaan besar.
Advertisement
Di sisi lain, Skandal Keuangan Wirecard di Jerman memperlihatkan risiko besar akibat lemahnya tata kelola perusahaan. Wirecard, yang pernah dianggap sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Eropa, runtuh setelah terbukti memalsukan laporan keuangan, menyebabkan kerugian miliaran euro bagi para pemegang saham dan investor.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa tanpa penerapan ESG yang kuat, perusahaan berisiko menghadapi skandal besar yang merusak keuangan dan reputasinya.
Di Indonesia, kebakaran hutan yang melibatkan beberapa perusahaan perkebunan juga menunjukkan bagaimana kegagalan mematuhi standar lingkungan dapat menciptakan bencana ekologis dan sosial yang meluas. Masyarakat yang terdampak, baik di dalam maupun luar negeri, menuntut transparansi dan tanggung jawab perusahaan dalam hal keberlanjutan.
Kasus-kasus besar ini memberikan peringatan keras bahwa ESG bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak bagi perusahaan untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang mereka.
Di Indonesia, khususnya bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penerapan ESG belum mencapai tingkat yang signifikan. Padahal, BUMN memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan seharusnya menjadi teladan dalam menjalankan operasional yang bertanggung jawab secara sosial, lingkungan, dan tata kelola.
Dalam penelitian kami di Universitas Andalas yang berjudul "Pengaruh ESG terhadap Kesehatan BUMN di Indonesia", kami menemukan bahwa kurang dari 20 BUMN yang secara resmi melaporkan penerapan ESG mereka. Pelaporan ini pun masih belum dilakukan secara konsisten setiap tahun, menunjukkan adanya kesenjangan dalam implementasi ESG di berbagai sektor BUMN.
Sebagai perusahaan yang berperan strategis dalam mendukung pembangunan nasional, BUMN dihadapkan pada tuntutan yang semakin besar untuk tidak hanya mengejar keuntungan finansial tetapi juga menjaga dampak lingkungan, memperhatikan kesejahteraan sosial, dan meningkatkan tata kelola perusahaan.
Prinsip ESG menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan, yang dalam jangka panjang dapat menciptakan nilai lebih besar, baik bagi perusahaan maupun masyarakat luas.
Indonesia, seperti banyak negara lainnya, menghadapi berbagai tantangan yang dipicu oleh perubahan iklim. Banjir, kekeringan, serta penurunan kualitas udara menjadi isu yang kian mengancam. Implementasi ESG dapat menjadi solusi strategis untuk memitigasi risiko tersebut. Dengan penerapan yang efektif, BUMN di Indonesia diharapkan dapat menjadi pendorong utama bagi transformasi menuju ekonomi hijau yang lebih berkelanjutan.
Terkait dengan penerapan ESG yang telah berlangsung beberapa waktu ini, penelitian kami menemukan bahwa implementasi ESG oleh beberapa BUMN belum memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subsidi pemerintah masih memainkan peran besar dalam menjaga stabilitas finansial BUMN, dan menjadi faktor dominan dalam mempertahankan kesehatan perusahaan secara keseluruhan.
Dari hasil penelitian ini, subsidi pemerintah terbukti memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan BUMN. Ini menandakan bahwa dukungan pemerintah, terutama di sektor-sektor strategis, masih menjadi faktor dominan dalam menjaga stabilitas dan operasional perusahaan. Namun, ketergantungan yang terlalu besar pada subsidi justru menghambat BUMN untuk berinovasi dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan ESG di Indonesia adalah kurangnya pemahaman yang mendalam tentang konsep ini, baik di tingkat manajemen perusahaan maupun di tingkat masyarakat. Selain itu, regulasi yang mengikat mengenai ESG masih terbatas, sehingga banyak perusahaan yang belum menganggap ESG sebagai bagian penting dari strategi bisnis jangka panjang mereka.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar. Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan prinsip ESG guna menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan daya saing perusahaan BUMN di kancah internasional.
Di sektor energi, misalnya, penerapan ESG dapat mendorong BUMN untuk beralih ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Di sektor sosial, BUMN dapat memperkuat program-program Corporate Social Responsibility (CSR) yang lebih inklusif dan berdampak langsung pada masyarakat.
Untuk mendorong penerapan ESG yang lebih masif di Indonesia, pemerintah perlu memperkuat regulasi yang mengikat bagi BUMN untuk mengadopsi prinsip-prinsip keberlanjutan ini. Selain itu, insentif juga harus diberikan bagi BUMN yang berhasil menerapkan ESG dengan baik, baik melalui pengurangan pajak, akses ke pembiayaan hijau, atau penghargaan lainnya.
Di samping itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan edukasi yang lebih intensif tentang ESG, baik di kalangan pengambil kebijakan, perusahaan, maupun masyarakat luas. Masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya ESG akan mendorong perusahaan untuk lebih transparan dan bertanggung jawab dalam operasional mereka.
BUMN juga perlu menjadikan ESG sebagai bagian dari strategi bisnis mereka, bukan hanya sebagai respons terhadap tekanan eksternal. Dengan menerapkan ESG secara holistik, BUMN dapat memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan, memperbaiki reputasi perusahaan, dan meningkatkan daya saing di pasar global.
***
*) Oleh: Sanda Patrisia Komalasari, Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |