Transformasi Pendidikan Tinggi dan Vokasi dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejatinya, pendidikan memegang peran penting sebagai pondasi dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya, pada pelaksanaan pendidikan perlu dilakukan semaksimal mungkin dan diorientasikan untuk tujuan masa depan.
Dalam dunia pendidikan, semestinya tidak hanya berfokus pada pemahaman teori, melainkan peserta didik juga dibekali pengetahuan, pengalaman dan juga keterampilan yang siap dioptimalkan nantinya ketika peserta didik harus diorbitkan dalam beberapa bidang di masyarakat. Makna pendidikan tidak hanya sesempit sekolah, pendidikan juga merujuk pada proses untuk mengasah keterampilan juga pengalaman peserta didik yang akan menjadi bekal bagi keberlangsungan masa depan.
Advertisement
Selaras dengan apa yang disampaikan oleh salah satu pakar pendidikan, yaitu John Dewey. Ia menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berdasar pada suatu proses pengalaman. Menurut John Dewey, pendidikan merupakan suatu proses pengalaman karena kehidupan adalah sebuah pertumbuhan. Dalam artian, proses pertumbuhan adalah proses untuk menyesuaikan diri dengan setiap fase dengan menambah keterampilan dalam perkembangan sebagai manusia.
Berbicara mengenai keterampilan, setiap individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan memperoleh berbagai keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Kita memahami bahwa perkembangan zaman yang begitu cepat menggeser dunia menjadi lebih kompetitif, untuk itu penting setiap individu membekali dirinya dengan berbagai keterampilan, baik keterampilan kognitif maupun praktik di dunia industri.
Dilain sisi, inovasi dan perkembangan masyarakat pendidikan juga menjadi pilar yang penting dalam mendorong perkembangan masyarakat. Dalam persaingan global, inovasi pendidikan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, memperbaiki kualitas hidup, dan mengatasi tantangan sosial.
Inovasi pendidikan juga memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Saat ini, Indonesia memiliki visi besar yakni sedang menuju transformasi dari negara berkembang beralih ke negara maju. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pendidikan adalah salah satu hal yang memiliki peranan penting untuk membangun generasi yang kompeten, inovatif dan siap menghadapi tantangan global.
Dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045, yang mana genap 100 tahun Indonesia merdeka, akan ada ratusan juta usia produktif di tahun tersebut. Momentum ini dapat diselaraskan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, salah satu langkah yang diambil oleh Kementrian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) adalah dengan mengakselerasi kerjasama pemerintah, perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Dikutip dalam Kompas edisi 4 Oktober 2024, disebutkan oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi bahwa berbagai kajian menunjukkan masalah kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
Hal tersebut mengakibatkan banyaknya presentase anak muda yang menganggur, terdata satu dari lima anak muda tidak memiliki pekerjaan. Disamping itu, pada sisi perusahaan juga kesulitan mencari lulusan perguruan tinggi.
Berkaca pada realitas tersebut, maka penting bagi Kemdikbudristek untuk melakukan transformasi pada pendidikan tinggi dan vokasi. Transformasi ini penting dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Diharapkan dengan adanya transformasi pendidikan tinggi dan vokasi, akan banyak lulusan vokasi yang mendapatkan perhatian khusus dari banyak kalangan untuk bisa berkontribusi bagi percepatan ekonomi di Indonesia. Harapan ini tentu hadir karena pendidikan vokasi ditujukan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan klop dengan kebutuhan industri.
Dalam menyelaraskan kebutuhan industri dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi, Direktur Jenderal Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menyebutkan perlu ada beberapa aspek yang dipersiapkan. Hal yang paling utama adalah menyusun program magang, kurikulum, dan studi secara bersama dan selaras.
Sinergitas pendidikan dan dunia industri penting dilakukan untuk pengembangan perguruan tinggi dan vokasi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kemdikbudristek adalah dengan menghadirkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu pengembangan yang dilakukan melalui MBKM adalah memfasilitasi program magang dan pembelajaran diluar kampus.
Ada beberapa jenis kegiatan dalam MBKM, antara lain: magang bersertifikat yang langsung diawasi oleh Kemdikbudristek, studi independen yang memungkinkan mahasiswa mempelajari kompetensi spesifik dari pakarnya, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus Mengajar, Praktisi Mengajar, dan beberapa kegiatan lainnya yang tentu ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat.
Dengan diterjunkannya mahasiswa untuk merasakan atmosfir dunia kerja atau dunia industri, maka akan banyak kemungkinan selepas lulus mudah untuk mengakses lapangan pekerjaan sebab dalam pelaksanaannya mahasiswa akan diasah hard skill dan soft skillnya.
Bank Indonesia Institute, salah satu mitra Kemdikbudristek yang turut berpartisipasi dalam program-program yang dilaksanakan oleh Kampus Merdeka seperti magang maupun studi independen bersertifikat menyampaikan bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dengan sektor dunia usaha dan dunia industri tidak hanya akan mendatangkan manfaat bagi mahasiswa atau bagi perguruan tinggi, namun juga memberikan manfaat bagi mitra dunia usaha dan dunia industri.
Dampak dari pelaksanaan MBKM ini cukup signifikan. Dilansir dari Koran Kompas, mahasiswa yang terlibat dalam pembelajaran diluar kampus berhasil mendapatkan pekerjaan 2,4 bulan lebih cepat dan menerima gaji 1,4 kali lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak turut berpartisipasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) menegaskan bahwa Kemdikbudristek akan senantiasa berkomitmen untuk terus memberikan hak belajar kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang relevan sebagai bekal didunia pasca kampus. Ia juga menyebutkan bahwa program MBKM merupakan kebijakan pertama dalam sejarah, di mana fleksibilitas dan pengalaman itu terbuka sangat luas dan dibiayai oleh pemerintah.
Kebijakan ini juga dirasakan oleh salah satu mahasiswa dari Universitas Nurul Huda yang telah mengikuti kegiatan MBKM. Dela Kartika Ayu Ningtiyas, berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan prodi Pendidikan Bahasa Inggris telah berpartisipasi dalam program Kampus Mengajar dan mengikuti kegiatan pertukaran mahasiswa di Universitas Negeri Semarang (UNES). Menurutnya, ada banyak dampak positid yang diambil dari pengalaman tersebut.
Banyaknya dampak positif yang ada dari program MBKM sebagai transformasi pendidikan tinggi dan vokasi menjadi bukti keseriusan Kemdikbudristek dalam mengawal kualitas pendidikan di Indonesia untuk turut serta menyukseskan visi Indonesia Emas 2045.
Penyelarasan antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri yang sesuai sasaran akan mampu meningkatkan serapan lulusan ke dunia industri. Untuk itu, program ini perlu diapresiasi keberlanjutannya.
***
*) Oleh : Renci, Pendidik di SD Aisyiyah Metro.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |