Siapa Cabup Pasuruan yang Unggul dalam Debat Perdana?

TIMESINDONESIA, PASURUAN – Debat Calon Bupati (Cabup) Pasuruan dimulai dengan penyampaian visi misi dan program masing-masing yang berhubungan dengan tema peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah, Kamis (17/10/2024) malam di TVRI Surabaya.
“Pasuruan Ramah dan Maslahat merupakan komitmen (visi) kami untuk melanjutkan program-program yang sudah baik dan menyempurnakan hal-hal atau program yang perlu disempurnakan dengan inovasi dan kreatifitas yang diperlukan. Hal ini sejalan dengan satu kaidah yang masyhur di Nahdlatul Ulama, al-muhafadhah 'alal qadim al-shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Kita memelihara hal-hal yang baik tetapi kita juga akan mengambil hal-hal yang lebih baik dan lebih konstruktif,” ujar KH Abdul Mujib Imron alias Gus Mujib yang menegaskan dirinya sebagai incumbent.
Advertisement
“Ada warga Kabupaten Pasuruan yang setiap hari harus berteman dengan jeriken air, karena kesulitan mendapatkan air bersih. Ada warga kita yang hidup di tempat yang kumuh. Ada petani kita yang selalu mengeluh kelangkaan pupuk saat tanam dan rugi ketika panen tiba. Ada warga kita yang kesulitan mencari lapangan kerja padahal ribuan perusahaan berdiri di Kabupaten Pasuruan. Ada ibu-ibu yang selalu mengeluhkan harga sembako yang terus naik. Ada ribuan supporter yang dahaga akan prestasi tim kebanggaannya yang tak kunjung naik kelas,” ungkap H Rusdi Sutedjo alias Mas Rusdi yang mengaskan dirinya sebagai pesaing atau pendatang baru yang membawa tagline menjemput perubahan.
Perbedaan selanjutnya terlihat dari cara dalam mewujudkan visi misi dan program masing-masing. Gus Mujib menunjukkan kerendahan hatinya dengan menyatakan gotong royong sebagai modal sosial dalam keberhasilan kebijakan dan pembangunan.
Sedangkan Mas Rusdi berusaha untuk menunjukkan kepercayaan dirinya sebagai pemimpin yang akan mewujudkan keberhasilan kebijakan dan pembangunan. “Keberhasilan pemerintah daerah dalam mensejahterakan warganya, memajukan warganya, akan diukur dengan senyum tulus setiap lisan warga Kabupaten Pasuruan, yang terucap saya bangga menjadi warga Kabupaten Pasuruan.”
Beda Pendapat tentang Investasi
Mendapat pertanyaan pertama dari panelis tentang investasi, Gus Mujib menujukkan tingkat pengetahuan dan sikap kritisnya dalam menjawab.
Dengan pertanyaan pilihan menguntungkan atau merugikan dalam melihat data realisasi investasi bagi perekonomian, Gus Mujib tidak terjebak. Gus Mujib justru memberi penjelasan, pertanyaan dan jawaban dalam menjawabnya.
Dimulai dengan menjelaskan kondisi fluktuatif atas realisasi investasi. Penulis cek di data perencanaan daerah, benar mengalami kondisi fluktuatif. Kemudian Gus Mujib mempertanyakan realisasi investasi apakah dominan sektor padat karya atau sektor padat modal. Jika padat karya, itu dapat menguntungkan perekonomian daerah.
Dengan harapan dapat menjadi peluang lapangan kerja baru bagi warga Kabupaten Pasuruan. Oleh karenanya, Gus Mujib merencakan kebijakan mengutamakan investasi padat karya dan memastikan 80% pekerja berasal dari warga lokal.
Merespon itu, Mas Rusdi menyatakan investasi padat karya sulit masuk dikarenakan tingginya Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Pasuruan tinggi. Tanpa memperhatikan investasi padat karya dan investasi padat modal, yang ingin dilakukan adalah kemudahan perizinannya.
Soal kemudahan perizinan, Gus Mujib pun senada. Bahkan berkomitmen, perijinan dapat selesai dalam 3 hari dan maksimal 1 minggu.
Kenapa Mas Rusdi berpendapat demikian? Sebab investasi tidak dipilih sebagai strategi dalam pengentasan pengangguran. Namun, dirinya tetap berkomitmen untuk mempermudah perijinan investasi, mendahulukan pekerja lokal dan mendorong serta menfasilitasi masyarakat dapat menjadi pengusaha-pengusaha baru.
Dalam hal terakhir, Gus Mujib pun memiliki program untuk mendukung aktivitas kewirausahaan.
Sehingga, menurut penulis, Gus Mujib lebih unggul dalam topik di atas. Lebih-lebih dalam segmen pertama dalam menjawab pertanyaan dari penelis, yakni saat menjawab pertanyaan akar masalah dan tawaran program mengentaskan kemiskinan. Mas Rusdi hanya menjawab tawaran program namun tidak menjelaskan akar masalah kemiskinan di Kabupaten Pasuruan.
Beda Pendapat dalam Perencanaan Program
Masih dalam sesi menjawab pertanyaan panelis, yakni dalam topik pendidikan. Secara umum, masing-masing Cabup memiliki komitmen dalam mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.
Bedanya, Gus Mujib menjelaskan programnya telah disertakan simulasi anggaran. Misalnya program 100 Miliar untuk pendidikan dan 10.000 beasiswa.
Sedangkan Mas Rusdi hanya menyatakan siap mendukung anggaran sesuai kebutuhan. “Kalau kami tidak menetapkan besaran yang akan kita berikan atau kita bantu kepada dunia pendidikan Kabupaten Pasuruan. Kalau kita memang butuh lebih dari 100 Miliar, akan kita siapkan.”
Meski menegaskan itu, dirinya juga menutupnya dengan menyesuaikan kemampuan APBD. Bagi penulis, masing-masing Cabup sebenarnya sepakat tentang mekanisme perencaan program dan anggaran. Hanya saja, ada yang melakukan simulasi sejak awal dan ada yang baru melakukan simulasi setelah terpilih.
Sebab Gus Mujib dan timnya melakukan simulasi untuk semua perencanaan program dan anggarannya, sehingga berpotensi terjadi kesalahan mengitungnya. Misalnya dalam program 2.000 KM Jalan Mulus.
Lalu apakah yang dilakukan Mas Rusdi untuk tidak melakukan simulasi di perencanaan dan program dan anggaran itu tepat? Tentu saja tidak. Hanya saja, itu tetap diperbolehkan.
Mungkin karena tidak melakukan simulasi perencaaan, Mas Rusdi pun keliru dalam menyimpulkan bahwa Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) turun sebab dukungan Pemerintah Daerah kepada dunia usaha minim.
Padahal, IDSD diukur dari 4 komponen yang ditopang oleh 12 pilar. Di antaranya pilar institusi, kesehatan, pasar tenaga kerja, dan adopsi teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasar itu, menurut penulis, laga debat Cabup Nomor Urut 1 dan Cabup Nomor Urut 2 seimbang.
Evaluasi untuk KPU dan Panelis
Terlepas dari opini penulis di atas, penulis perlu memberi kritik terhadap KPU dan panelis. Untuk KPU, penulis berharap ada detail sub topik dalam topik debat. Sehingga masing-masing Cabup dan tim dapat mempersiapkan data dengan baik.
Debat perdana dengan topik meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah itu sangat luas. Hal itu juga berdampak pada pertanyaan panelis yang bersifat normatif dan bahkan tidak mendalam.
Adapun untuk penelis, mestinya tidak menulis pertanyaan yang menyudutkan salah satu Cabup. Misalnya dalam pertanyaan dengan nomor amplop 1.
“Kami tidak melihat dengan jelas, baik dalam visi misi, terutama di Paslon 01 tentang kata Peningkatan Pendidikan kecuali di Paslon 02, menyebut istilah membangun SDM Unggul dan kompetitif.”
Setelah penulis cek di visi misi dan program dalam drive KPU Kabupaten Pasuruan, setidaknya kata pendidikan disebut dua kali. Yakni dalam program nomor 2 dan 15. Jadi kalau disebut tidak ada kata “Peningkatan Pendidikan”, visi dan misi masing-masing Cabup tidak ada.
Pertanyaan saya, apakah keberpihakan pada peningkatan pendidikan harus secara tektual ditulis dengan kata “Peningkatan Pendidikan”? Jelas tidak. (*)
*) Oleh: Makhfud Syawaludin, dosen UNU Pasuruan
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |