Kopi TIMES

Revitalisasi Peran Guru

Minggu, 20 Oktober 2024 - 08:02 | 33.48k
Shinta Mutiara Nurjanah, Pemerhati Masyarakat.
Shinta Mutiara Nurjanah, Pemerhati Masyarakat.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setiap tanggal 5 Oktober, dunia memperingati Hari Guru Sedunia, sebuah momen reflektif untuk menghargai peran krusial para pendidik dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. 

Tahun ini, peringatan ini mengangkat tema Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education (Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan). 

Advertisement

Tema ini menyoroti pentingnya mendengarkan “suara” guru dalam proses pendidikan, karena mereka adalah garda terdepan dalam mendidik dan membentuk masa depan anak-anak.

Namun, di Indonesia, realitas menunjukkan bahwa para guru justru dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Mereka sering kali bekerja dalam kondisi yang jauh dari kata ideal, mulai dari gaji yang tidak layak hingga kurikulum yang sering berubah tanpa mengindahkan kebutuhan siswa. 

Tuntutan hidup yang semakin tinggi juga memperburuk situasi para guru yang seharusnya mendapatkan penghargaan lebih, tetapi justru hanya dianggap sebagai "mesin penghasil siswa berprestasi".

Masalah Sistemik yang Mendera Guru di Indonesia

Di tengah peran vitalnya, para guru di Indonesia dihadapkan pada sejumlah persoalan yang seolah tidak kunjung terselesaikan. Gaji yang minim adalah salah satu persoalan utama. 

Banyak guru honorer yang bekerja keras, namun tidak mendapatkan kesejahteraan yang layak. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup mereka, yang pada gilirannya memengaruhi performa di ruang kelas.

Selain itu, kurikulum pendidikan di Indonesia kerap kali berubah-ubah, bahkan cenderung membingungkan baik bagi guru maupun siswa. Alih-alih fokus pada pengembangan karakter anak didik, kurikulum yang ada malah menjauhkan siswa dari nilai-nilai moral yang utama.

Fenomena ini berbahaya karena bisa mereduksi peran guru menjadi sekadar penyampai materi tanpa memperhatikan nilai-nilai etika dan moral.

Tekanan hidup yang tinggi juga membuat guru kadang terjebak dalam tindakan yang mencoreng profesi mereka. Beberapa kasus kekerasan fisik dan bahkan kekerasan seksual terhadap siswa mencuat di media. Hal ini menjadi cermin buruk bagi dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa.

Pendidikan dalam Islam: Guru sebagai Sosok yang Mulia

Dalam Islam, guru memegang posisi yang sangat mulia. Pendidikan dalam Islam bukan hanya soal mentransfer ilmu, melainkan juga membentuk syaksiyah Islamiyah atau kepribadian Islam yang tangguh pada diri siswa. Seorang guru tidak hanya bertanggung jawab dalam aspek akademik, tetapi juga dalam membentuk akhlak dan karakter yang baik. 

Islam menggaris bawahi pentingnya memberikan kesejahteraan yang layak bagi para guru. Gaji yang tinggi adalah salah satu bentuk penghargaan, tetapi yang lebih penting lagi adalah memastikan bahwa guru memiliki akhlak yang terpuji dan kualifikasi tinggi. 

Mereka harus memiliki rasa takut kepada Allah dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, karena mendidik generasi penerus adalah amanah yang berat dan mulia.

Di dalam sistem Islam, calon guru dipilih berdasarkan kriteria yang sangat ketat. Tugas utama seorang guru adalah membentuk siswa yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepribadian yang Islami. Guru dalam Islam adalah sosok yang diteladani, baik dari sisi ilmunya maupun akhlaknya.

Refleksi: Perlu Revitalisasi Guru di Indonesia

Hari Guru Dunia menjadi momentum yang tepat untuk melakukan refleksi dan revitalisasi peran guru di Indonesia. Sudah saatnya suara para guru didengar dan dihargai, bukan hanya dalam tataran simbolis, tetapi juga dalam kebijakan nyata. Sistem pendidikan yang ada harus memberikan ruang bagi guru untuk berkembang, baik secara profesional maupun personal.

Mengadopsi sistem pendidikan yang lebih memuliakan guru, sebagaimana yang dicontohkan dalam Islam. Hal ini bisa menjadi solusi untuk mengangkat kembali martabat guru di Indonesia. 

Dengan memberikan kesejahteraan yang layak dan menghargai peran penting mereka dalam membentuk generasi masa depan, kita bisa mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna dan berorientasi pada pembentukan karakter yang baik.

Hari Guru Dunia ini seharusnya menjadi momen bagi semua pihak-pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk bergandeng tangan memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan para guru. Sebab, di tangan mereka lah masa depan bangsa ini digenggam.

***

*) Oleh : Shinta Mutiara Nurjanah, Pemerhati Masyarakat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES