Kopi TIMES

Krisis Air Bersih: Tantangan Nyata di Tengah Kehidupan Perkotaan

Senin, 21 Oktober 2024 - 15:00 | 16.83k
Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas

TIMESINDONESIA, PADANG – Air adalah sumber kehidupan, tetapi ironisnya, di abad ke-21 ini, banyak kota-kota besar di dunia, termasuk di Indonesia, sedang menghadapi krisis air bersih. Di saat hujan bisa melimpah ruah, tetapi saat kemarau justru sering kehabisan air.

Persoalan ini tak bisa dianggap remeh, karena krisis air bersih bukan hanya soal ketersediaan air, tetapi juga menyangkut kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

Advertisement

Mengapa krisis air bersih terjadi? Banyak faktor yang menyebabkan krisis air bersih, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Salah satu penyebab utamanya adalah kerusakan lingkungan. 

Hutan yang berfungsi sebagai penahan air terus berkurang karena pembukaan lahan dan pembangunan. Akibatnya, ketika musim hujan tiba, air hanya mengalir begitu saja ke laut tanpa tersimpan di dalam tanah.

Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga menambah beban pada sumber air yang ada. Semakin banyak orang yang tinggal di kota, semakin banyak air yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, dari mandi, memasak, hingga kebutuhan industri.

Ketika pasokan air bersih mulai langka, dampaknya langsung terasa oleh masyarakat. Pertama, biaya air bisa melonjak naik. Warga yang biasanya mengandalkan air dari PDAM atau sumur terpaksa harus membeli air dengan harga yang jauh lebih mahal. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kondisi ini sangat memberatkan.

Krisis air juga berdampak pada kesehatan. Ketika air bersih sulit didapat, banyak orang terpaksa menggunakan air yang kualitasnya kurang baik. Hal ini bisa memicu berbagai penyakit, seperti diare, infeksi kulit, hingga penyakit yang lebih serius seperti kolera.

Tak hanya itu, krisis air bersih juga mempengaruhi ketahanan pangan. Tanaman dan ternak membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Jika pasokan air terganggu, produksi pangan pun ikut menurun, yang pada akhirnya mempengaruhi harga makanan di pasar.

Krisis air bersih memang masalah besar, tetapi bukan berarti tidak ada solusinya. Ada beberapa langkah yang bisa diambil, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, untuk mengatasi masalah ini:

Pertama, Salah satu solusi paling mendasar adalah memperbaiki pengelolaan sumber daya air. Pemerintah perlu memastikan bahwa air hujan yang turun bisa diserap oleh tanah dan disimpan di dalam akuifer. Program penanaman pohon di hutan-hutan yang rusak juga harus digencarkan agar siklus air tetap berjalan dengan baik.

Kedua, Masyarakat juga bisa berperan dengan mengurangi penggunaan air secara berlebihan. Langkah sederhana seperti mematikan keran saat menyikat gigi, menggunakan air bekas cucian untuk menyiram tanaman, hingga memilih mandi dengan shower dibandingkan berendam bisa membantu menghemat air.

Ketiga, Teknologi juga bisa menjadi solusi untuk masalah air bersih. Salah satunya adalah dengan teknologi penyulingan air laut menjadi air tawar (desalinasi). Meskipun masih tergolong mahal, teknologi ini bisa menjadi alternatif di daerah pesisir yang kesulitan mendapatkan air bersih. 

Selain itu, ada juga teknologi daur ulang air yang memungkinkan air bekas pakai (grey water) untuk diolah kembali menjadi air yang bisa digunakan untuk keperluan tertentu.

Keempat, Yang tak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sumber daya air. Kampanye hemat air harus terus dilakukan, baik di sekolah, lingkungan masyarakat, hingga tempat kerja. 

Masyarakat juga perlu diajak untuk menjaga kebersihan sungai dan danau, karena sumber air yang tercemar akan lebih sulit untuk diolah menjadi air bersih.

Krisis air bersih adalah masalah yang nyata dan mendesak, terutama di tengah kehidupan perkotaan yang terus berkembang. Ini bukan hanya masalah pemerintah, tapi masalah kita semua. 

Dengan langkah-langkah sederhana namun berarti, kita bisa berkontribusi dalam menjaga ketersediaan air bersih untuk masa depan. Mulai dari diri sendiri, mari kita jaga air bersih agar tetap tersedia bagi generasi mendatang.

***

*) Oleh : Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES