
TIMESINDONESIA, MALANG – Mens sana in corpore sano. “di balik tubuh yang kuat ada jiwa yang sehat” adagium latin tersebut masih relevan hingga kapanpun, khususnya dalam membicarakan kesehatan mental-yang kerap ramai dibicarakan beberapa tahun terakhir. Sebab kesehatan aspek penting dalam hidup, seperti halnya kita jaga pola makan agar tubuh sehat.
Gelora untuk menebarkan perlu punya skema. Baik dari struktur resmi maupun tidak perlu bersama-sama membuat narasi sejalan. Jika ini permasalahan setiap orang. Namun, tidak semua orang menganggap masalah, ada anggapan “itu bagian dari hidup manusia, ya lumrah”, dengan kata lain bicara “lumrah” karena mampu mengatasinya. Masalah terbesar tidak memiliki kesadaran kalau itu sebuah masalah (tidak menyadari).
Advertisement
Secara umum, kesehatan dhohir dan batin manusia menjadi dasar utama sangat penting-sebelum finansial, pasangan, dan agama, misalnya. Mengapa demikian sebab dalam agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya “kesehatan itu hal utama”. Dibuktikan saat berdoa. Berdoa itu sebuah ritual (sakral).
Berikut ini bunyi doa–yang menjadi bukti bahwa kesehatan dan agama memiliki nilai sejajar kepentingan dalam kehidupan. Dengan kata lain sehat beragama. Dalam agama Islam jika berdoa permohonan selamat pada pembukaan doa, sebagai berikut; Allahumma inna nas as aluka salamatan fiddin. Artinya, Ya Allah, kami memohon kepada Engkau akan keselamatan agama, dalam arti lain, memohon agar kehidupan selalu diliputi oleh kesehatan yang bermanfaat. Lalu dilanjutkan dengan permohonan doa lainnya, misal weafitan fijesatih, wesiyadetan fililmi, wesiedetan firrisqi, weasiatan filjesadih.
Sejalan dengan masalah di masyarakat mengenai mental health yang akhir-akhir disuarakan begitu lantang, baik di sosial media, buku-buku fiksi maupun non-fiksi, dan komunitas membicarakan. Isu tersebut seolah-olah mengajak kita semua akan peduli dan sadar pentingnya sehat secara dhohir dan batin.
Perlunya kesadaran kolektif dalam membuat masyarakat secara masif “paham”, “mengerti tujuan” dan “bahaya mental health.” Dengan kata lain butuh corong tajam untuk dapat dengan mudah dipraktikkan di lingkungan sekitar. Jika itu tidak terjadi di lingkungan sekitar, paling tidak menjadi dampak positif menciptakan lingkungan tidak sehat, syukur-syukur bisa mencegah dan mengobati para pengendap mental health.
Masyarakat mengalami mental health. Namun dalam hal ini terkait apa dan bagaimana gejala ini muncul? lalu apa yang perlu dipetakan bahwa dirinya mengalami kesehatan mental pada dirinya. Paling mungkin yaitu kita dapat memahami diri. Walaupun banyak jenis kesehatan mental yang pastinya dan semestinya dipahami yaitu tentang keterbukaan dirinya. Dengan bahasa lain, mampu menemukan dirinya, atau suara hati pada dirinya. Problem ini ada keretakan kesadaran yang tidak sanggup atau bahkan mampu menemukan identitas dirinya.
Pandangan Psikologi
Rollo May seorang tokoh psikologi eksistensialis pernah menuliskan, yang memprediksi pada tahun 1960-an; akan tiba suatu masa, dimana anak muda akan sangat mudah sekali menemukan kepastian tentang dunia eksternal. Saat itu terjadi bantuan teknologi. Maka anak muda akan mengalami kegelisahaan yang luar biasa. Satu, karena tidak ada lagi ruang untuk misteri. Tidak lagi wondering tentang alam, tidak wondering tentang diri sendiri. Kedua tidak sanggup mendengarkan suara pada diri sendiri.
Sejalan dengan apa yang dibicarakan mengenai salah satu gejala atas kesehatan manusia dari mentalnya. Hal tersebut dapat dikatakan ketidaksanggupan ia (orang yang mendapatkan gangguan mental). Karena tidak lagi wondering tentang science, tentang misteri alam, dan tidak sanggup mendengarkan dirinya sendiri mau dan apa yang menjadi kebutuhan.Kutipan di atas diambil dari pertanyaan seseorang kepada Karlina Supelli dalam sebuah diskusi kesehatan mental.
Pentingnya kesehatan. Perlu bahkan sudah semestinya kita semua memiliki kesadaran akan bahayanya hal tersebut. Karena anak kandung dari modern bernama teknologi membuat manusia kadang tidak dapat mengontrol dari dalam diri. Akan tetapi terkontaminasi dengan di luar dirinya, terutama dalam kebutuhan dirinya yang tak dapat disesuaikan.
Gejala ini sepertinya dikotomis. Bagaimana seorang masyarakat tidak semua mengalami mental. Namun kesadaran itu perlu dimiliki oleh banyak orang, lantaran khawatir terjadi di sekitar kita. Sehingga masyarakat di wilayah dengan tingkat kesadaran akan kesehatan terkadang jauh dari sebuah teknologi. Sehingga mereka masih sangat dengan alam dengan segala gejala-yang dapat diatasi sendiri.
Dalam artikel (Semilir.co) ditulis Nugroho Dwisatria Semesta (2024), kesehatan mental juga penting untuk diperhatikan selayaknya dengan kesehatan fisik. Kesehatan Mental menurut World Health Organization didefinisikan sebagai suatu kondisi kesejahteraan yang mana seseorang telah menyadari kemampuannya untuk mengatasi tekanan hidup yang normal, bekerja secara produktif, serta dapat berkontribusi bagi komunitasnya (Gil-Caselles et al., 2024).
Dapat diasumsikan bahwa, seorang dengan terjangkit gejala mental health umumnya yang dekat dengan sebuah keramaian dunia urban dan tren modernisme tak terkontrol. Dengan kata lain, dunia di mana penawaran atas banyak hal hadir di dalamnya. Misal budaya dengan tuntutan sosial tinggi, strata sosial, dan lingkungan dekat dengan keramaian yang menjauhkan dengan kita. Asumsi ini tidak semestinya benar dan perlu ditinjau ulang.
Berdasarkan data dari World Population Review menyatakan bahwa sembilan juta orang di Indonesia atau 3,7% dari populasi mengalami depresi, bahkan di setiap jam seseorang di Indonesia mengakhiri hidupnya sendiri. Selain itu, enam belas juta orang (6%) yang berusia 15 tahun ke atas menunjukkan gejala depresi atau kecamatan, serta sekitar 400.000 orang atau 1,72% hidup dengan penyakit yang lebih parah seperti psikosis, Bahkan terdapat 57.000 orang yang dilaporkan pernah mengalami pemasungan (Chan, 2019).
Literasi Kesehatan
Secara umum literasi dapat diartikan sebuah kecakapan membaca dan menulis. Dua kata tersebut “membaca” diartikan secara luas bukan sekadar membaca buku, kitab, dan artikel, melainkan membaca sebuah skala lebih besar yaitu “membaca diri, lingkungan, dan orang lain” kecakapan tersebut perlu serta dapat ditunaikan dalam kehidupan: baik praktikal dan idealnya.
Adapun dalam “menulis” tidak sekadar diartikan sebagai “orang sedang menulis, tapi jauh dari itu, bahwa menulis itu sebuah usaha untuk mendekatkan pikiran dan perasaan menjadi satu.” Dengan kata lain, cakap dalam mengukur menimbang yang dapat ditemukan dalam dirinya. Karena aktivitas menulis sangatlah personal, dengan seperti itu kecakapan tersebut jadi sebuah obat akan dirinya (mengurangi stres). Ada penuangan ide-yang lepas. Namun, tetap memikirkan kalau parah segera konsultasi.
Pointnya, kecakapan literasi kesehatan mental mampu menyadari atas kondisi kesadaran secara realitas, idealis, dan memahami kepedihan dirinya. Dengan kata lain sekurang-kurangnya aspek tersebut dapat disuarakan secara masif dan dapat dipahami. Sehingga gangguan mental dapat disembuhkan dengan ragam pilihan, bisa memahami dirinya, dekat dengan alam, dan memahami hal-hal-yang terkontrol dalam pikirannya dan yang tidak. Sehingga perasaan dan pikiran berikan ruang.
Adapun kesehatan mental dapat dilakukan dengan aktivitas ideal, literasi-yang telah disebutkan. Salah satunya itu. Namun masih banyak dengan cara lainnya. Kedua dapat melakukan aktivitas “praktikal yaitu olahraga” sebab aktivitas tersebut membuat tubuh dan jiwa mudah ringkih.
Dalam filsafat stoik yang dikenal dengan pandangan memandang hidup ini dengan rasa atau pengendalian diri, bahwa manusia butuh memahami dirinya agar menjadi menjadi dirinya hidup baik dan bijaksana. Sehingga, tidaklah terjadi kehancuran yang diciptakan manusia di muka bumi, melainkan manusia mampu menjaga alam, manusia, dan sekitar dengan love is wisdom. Sekurang-kurangnya cara memahami sederhana begitu.
Dalam artikel (Semilir.co) ditulis Nugroho Dwisatria Semesta (2024), teori stoikisme ini sangat relevan di masa sekarang ini karena stoikisme dapat menawarkan pandangan mengenai bagaimana cara kita untuk memilih sikap hidup yang bebas dari penderitaan dan emosi negatif, dan menjadikan hidup yang selaras dengan alam. Selain itu, filsafat stoisisme ini membuat hidup kita menjadi lebih bahagia, sosok yang tangguh, serta dapat lebih bijaksana. Sehingga penting bagi kita untuk memulai menerapkan filsafat stoisisme ini di era sekarang.
Stoik dapat diterapkan di era sekarang yang mendapat kesempatan tahu tahu mengenai filsafat. Stoik dapat dijadikan salah dua cara untuk bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereduksi pemikiran terkait; menjalani hidup sesuai dengan diri sendiri, memahami apa yang dapat dikendalikan diri sendiri, dan tidak mudah menyalahkan keadaan. Paling penting menyadari jika kita makhluk sosial dengan segala kelebihan. Dengan kata lain, keinginan dan kebutuhan sesuai dengan ideal dan praktikal hidup kita.
***
*) Oleh : Akhmad Mustaqim, Pengajar di Unira Malang & STIA Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |