Sumpah Pemuda dan Aksi Bela Negara Pemuda Milenial

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Refleksi peristiwa sumpah pemuda, sebuah maha karya para pemuda dengan segala keterbatasannya pada saat itu, detik ini seharusnya menjadi kebutuhan bagi setiap pemuda. Keterbatasan akan melahirkan kreativitas dan inovasi nyatanya benar adanya, setidaknya jika kita berhasil merenung akan dahsyatnya daya juang pemuda pada saat itu hingga terjadinya peristiwa sumpah pemuda.
Tergambarkan dengan jelas sebuah jaman di mana HP android yang memudahkan komunikasi dan layanan share lokasi lintas pulau masih belum ada. Tentu saja akan terbayang juga, bagaimana semangat patriotisme yang tangguh dan pantang menyerah para pemuda dari wilayah Nusantara yang begitu luas bisa sampai di Jakarta.
Advertisement
Sungguh perjalanan patriotisme yang menakjubkan, butuh waktu yang lama untuk sampai di Jakarta baik perjalanan darat maupun laut yang dilakukan oleh para pemuda. Yang tidak boleh tertinggal tentunya adalah bagaimana keterbatasan infrastruktur dan transportasi pada masa itu. Masa penjajahan dengan segala keterbatasannya.
Dahsyatnya lagi, mereka bergerak berdampak oleh hati nurani dan semangat nasionalisme yang membara, tanpa embel-embel tambah pendapatan atau naik jabatan. Faktanya jauh dengan perilaku sekarang, datang kongres karena sumbangan dan berharap dapat banyak selepas pulang.
Harus menjadi catatan penting pemuda masa kini, mereka yang berjuang untuk bangsa ini tidak pernah merencanakan dirinya untuk menjadi seorang Pahlawan. Tapi semua atas dasar kesadaran yang mengorbankan dirinya demi bangsa yang merdeka.
Maha karya para pemuda yang tercatat dalam tinta emas perjalanan bangsa melukiskan bagaimana para pemuda saat itu tepatnya tanggal 28 oktober 1928 menyatakan sumpahnya untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu indonesia. Sumpah sakral yang meleburkan sifat primordialisme sebagai tombak kekuatan untuk keluar dari jeratan feodalisme, kolonialisme dan imperialisme.
Sejarah bangsa adalah sejarahnya kaum muda. Sejarah membuktikan pasca sumpah pemuda, para pemuda menginisiasi perumusan BPUPKI 1 Juni 1945 yang ditasbihkan menjadi lahirnya Pancasila. Peristiwa Rengas Dengklok juga menggambarkan bagaimana nyali para pemuda untuk mengambil langkah radikal demi mempercepat proklamasi kemerdekaan di tengah kondisi vacum of power di Nusantara. Belum lagi perjuangan santri (pemuda) dalam pertempuran di Surabaya dan Bandung Lautan Api.
Harus diakui, bahwasannya pemuda memiliki jiwa yang selalu memberontak dan pikirannya selalu menemukan jalan alternatif untuk pembaharuan sosial serta gerakan moral yang mereka bangun adalah jalan penyelamatan. Tentunya, selaras dengan wasiat Bung Karno Sediakan aku 1000 orang tua, niscaya semeru tercabut dari akarnya, sediakan aku 10 pemuda maka akan ku guncangkan dunia.
Spirit historis sumpah pemuda tersebut menjadi salah satu poin terpenting untuk mengobarkan kembali semangat kebangsaan dan nasionalisme di kalangan generasi muda, agar dapat terus bergerak berdampak sebagai aksi nyata bela negara yang dilakukan oleh para generasi milenial sekarang ini.
Lantas bagaimana peran pemuda milenial hari ini? tentu saja adalah berkontribusi nyata dalam mewujudkan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945.
Generasi muda milenial era digital dengan segala kemudahannya sejatinya akan lebih mudah untuk ikut serta bela negara mewujudkan tujuan negara. Tidak lagi otot dan bambu runcing yang dibutuhkan, namun otak Jerman berhati Kabah dan ke-runcing-an intelektual organik yang akan membawa Indonesia menuju gerbang Indonesia emas 2045. Nyata di depan kita permasalahan kebangsaan seperti; kesenjangan pendidikan, korupsi, kemiskinan, pengangguran, narkoba, perpecahan masyarakat dan lunturnya semangat nasionalisme.
Langkah revolusioner generasi muda harus terus menyala untuk terus bergerak berdampak melakukan aksi nyatanya. Penguatan nilai-nilai karakter, selalu kreatif dan kritis untuk mengawal perjalanan bangsa, serta harus selalu optimis dalam memandang masa depan.
Begitulah kiranya gambaran gerakan ciri khas pemuda yang inklusif dan integral yakni sebuah gerakan moral, gerakan intelektual, sekaligus membangun optimisme kolektif untuk bersama-sama menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Wasiat Bung Karno yang menyatakan bahwa perjuangan berat setelah Indonesia merdeka adalah melawan bangsa sendiri harus melecut semangat pemuda masa kini untuk memenangi pertarungan dalam rangka mewujudkan tujuan negara yang mulia. Penulis membagikan tiga jurus sakti bagi para pemuda untuk melakukan aksi bela negara yang hasilnya bisa sepadan dengan nilai sumpah pemuda.
Pertama, pentingnya gerakan revolusi mental pada jati diri pemuda dengan 18 nilai-nilai karakter warisan leluhur bangsa yakni, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kedua, pemuda harus memiliki skill kepemimpinan, intelektual, dan jiwa entrepreneursip. Ketiga, pemuda harus kaya inisiatif dan mampu kolaboratif sehinga akan menghasilkan inovasi. Inisiatif menjadi sangat penting bagi pemuda sehingga akan muncul aksi-aksi yang dilakukan secara kolaboratif dengan pemuda-pemuda lainnya dalam menjawab persoalan-persoalan di sekitarnya.
Harus disadari bahwa inovasi tidak hanya berasal dari pembelajaran akademik tetapi berasal dari pengalaman kerja dan pengalaman terjun dalam masyarakat sehingga ide yang dihasilkan dapat solutif menyelesaikan berbagai problematika dalam masyarakat. (*)
***
*) Oleh : Dr. Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, Kepala SMKN 1 Klabang Kabupaten Bondowoso.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |