Kopi TIMES

Infodemik dan Generasi Z: Ketika Akses Mudah Menjadi Beban

Senin, 28 Oktober 2024 - 12:23 | 42.95k
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam era digital saat ini, Generasi Z (Gen Z) berada di tengah lautan informasi yang melimpah. Mereka tumbuh dengan akses tanpa batas ke internet dan perangkat pintar, sehingga memungkinkan mereka untuk mengakses informasi dari berbagai sumber dalam hitungan detik. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, keberadaan berbagai platform media sosial, situs berita, dan blog memungkinkan Gen Z untuk mendapatkan informasi terkini tentang berbagai isu, mulai dari kesehatan hingga politik, dan dari perubahan iklim hingga hak asasi manusia. Ketersediaan informasi yang begitu beragam memberi mereka wawasan yang lebih luas, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi sosial dan politik, serta membentuk pandangan kritis terhadap dunia di sekitar mereka.

Di sisi lain, banyaknya informasi yang tersedia juga menciptakan kebingungan dan tantangan dalam memilah mana yang benar dan mana yang tidak. Gen Z sering kali dihadapkan pada fenomena 'infodemik', di mana informasi yang salah atau menyesatkan beredar dengan cepat di media sosial. Dalam kondisi ini, kemampuan mereka untuk melakukan literasi media menjadi sangat penting. Mereka harus dapat mengevaluasi sumber informasi, memeriksa keakuratan fakta, dan memahami bias yang mungkin ada dalam berita yang mereka konsumsi. Tantangan ini semakin diperparah dengan algoritma media sosial yang cenderung menampilkan konten sesuai dengan preferensi pengguna, yang bisa membuat mereka terjebak dalam 'gelembung informasi' yang membatasi perspektif mereka.

Advertisement

Selain itu, tekanan untuk selalu terhubung dan terus mengikuti tren terbaru dapat menciptakan stres dan kecemasan. Gen Z merasa perlu untuk selalu memperbarui diri dengan informasi terkini, yang terkadang menyebabkan overload informasi. Mereka harus belajar untuk mengatur batasan penggunaan media sosial dan waktu layar agar tidak terjebak dalam siklus konsumsi informasi yang tidak sehat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kemudahan akses informasi yang dialami oleh Generasi Z (Gen Z) membawa banyak keuntungan, tetapi juga dampak buruk yang signifikan. Salah satu dampak utama adalah risiko kebingungan dan overload informasi. Dengan begitu banyaknya data yang tersedia, Gen Z sering kali merasa kewalahan dalam memilih mana yang relevan dan benar. Kebingungan ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk, karena mereka kesulitan untuk mengevaluasi sumber informasi yang kredibel. Dalam upaya untuk memahami isu-isu kompleks, seperti perubahan iklim atau kesehatan mental, mereka mungkin terjebak dalam informasi yang tidak akurat, yang dapat mempengaruhi pandangan dan sikap mereka terhadap masalah tersebut.

Selain itu, kemudahan akses informasi dapat menciptakan ketidakpastian. Ketika Gen Z mengonsumsi informasi dari berbagai sumber, mereka mungkin menemukan perspektif yang bertentangan satu sama lain. Ketidakpastian ini dapat mengarah pada rasa skeptis terhadap fakta-fakta dan institusi yang seharusnya menjadi sumber terpercaya. Akibatnya, mereka mungkin kehilangan kepercayaan pada media, pemerintah, atau bahkan sains, yang berpotensi menghambat kemajuan sosial dan pengambilan keputusan berbasis bukti.

Kecanduan terhadap media sosial juga menjadi masalah yang semakin serius. Gen Z, yang merupakan pengguna aktif platform-platform ini, sering kali merasa terpaksa untuk tetap terhubung dan mengikuti berita terbaru. Keterikatan ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Rasa perlu untuk terus-menerus memeriksa pembaruan di media sosial dapat mengganggu produktivitas dan kualitas hidup mereka. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan tidur, penurunan konsentrasi, dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri, terutama ketika mereka membandingkan diri mereka dengan citra ideal yang sering dipamerkan oleh orang lain di platform tersebut.

Di sisi lain, akses informasi yang mudah juga dapat menyebabkan perilaku adiktif terhadap konten yang bersifat negatif, seperti berita buruk atau konten provokatif. Gen Z mungkin terjebak dalam siklus konsumsi informasi yang merugikan, di mana mereka lebih tertarik pada berita sensasional ketimbang informasi yang mendidik. Hal ini bisa mempengaruhi pola pikir mereka dan membuat mereka cenderung pesimis terhadap masa depan.

Terakhir, dengan banyaknya informasi yang tersedia, Gen Z mungkin menjadi kurang mampu untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Mereka bisa menjadi terbiasa untuk menerima informasi tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menganalisis situasi secara mendalam dan membuat keputusan yang informasional. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pendidikan yang tepat dan pengembangan keterampilan literasi media kepada Gen Z, agar mereka dapat menavigasi dunia informasi dengan bijak dan bertanggung jawab.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES