Kopi TIMES

Belajar Pendisiplinan Siswa ala Pramuka

Selasa, 05 November 2024 - 07:00 | 38.37k
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur dan Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur dan Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Beberapa waktu terakhir, isu kriminalisasi guru dalam upaya pendisiplinan siswa menjadi perhatian serius. Banyak guru tertekan karena khawatir tindakan pendisiplinan yang dilakukan akan dianggap sebagai kekerasan atau berujung tuntutan hukum. Kekhawatiran tersebut tak jarang menyebabkan efek jera di kalangan pendidik untuk terlibat upaya pendisiplinan siswa. 

Pada konteks demikian, kegiatan Pramuka menjadi pendekatan alternatif mendisiplinkan siswa tanpa risiko kriminalisasi guru. Jadikan Dasa Dharma dan Tri Satya Pramuka menjadi alat pendisiplinan siswa. 

Advertisement

Melalui pramuka, upaya pendisiplinan siswa relatif lebih aman tanpa ada tindakan yang berujung kriminalisasi. Mengingat dalam Pramuka, nilai-nilai diajarkan melalui kegiatan yang berfokus pada partisipasi aktif siswa daripada hukuman langsung. 

Dalam kegiatan Pramuka, disiplin dibangun melalui pengalaman langsung. Seperti kerja sama dalam tim, pelaksanaan tugas-tugas dalam perkemahan, atau kegiatan alam. Ini membantu siswa belajar dari pengalaman nyata, sehingga guru tidak perlu menggunakan tindakan pendisiplinan yang bersifat hukuman atau korektif. 

Selain itu, sistem kepemimpinan regu ala Pramuka memungkinkan siswa untuk berlatih disiplin di bawah bimbingan ketua regu. Bukan semata-mata di bawah kendali guru. Ini bisa mengurangi risiko terjadinya konflik antara guru dan siswa, karena disiplin lahir dari sistem, bukan dari individu tertentu.

Kegiatan Pramuka mendorong pendisiplinan yang sifatnya holistik dan mengutamakan pendekatan ramah anak. Sebagai contoh, dalam Pramuka, siswa yang melanggar aturan mungkin akan mendapat tugas tambahan atau tanggung jawab tertentu, seperti menjaga perkemahan atau membantu teman satu regu. 

Pendekatan demikian menumbuhkan rasa tanggung jawab sekaligus mengajarkan konsekuensi logis tanpa tindakan yang dianggap sebagai kekerasan. Guru dalam hal ini berperan sebagai pembina yang mendampingi siswa, bukan sebagai otoritas yang memberi hukuman, sehingga lebih minim resiko terjadi salah paham atau konflik hukum.

Dalam Pramuka, pendisiplinan dilakukan berbasis kegiatan kolektif. Disiplin bukan semata tanggung jawab guru, melainkan menjadi budaya yang dibangun bersama. Pramuka didasarkan pada nilai-nilai yang di internalisasi semua anggota. 

Siswa bertanggung jawab menjaga disiplin di antara mereka sendiri. Hal ini menurunkan tekanan pada guru dan mengurangi kemungkinan tindakan pendisiplinan akan ditafsirkan sebagai tindakan kriminal.

Beberapa prinsip kegiatan Pramuka yang relevan dalam mendukung pendisiplinan siswa sebagai berikut. Pramuka mengandalkan sistem regu sehingga siswa belajar bekerja dalam tim. Setiap regu memiliki pemimpin yang bertanggung jawab mengarahkan anggotanya. Sistem ini mendorong kedisiplinan dari dalam kelompok, membiasakan siswa untuk mematuhi aturan, bekerja sama, dan saling mendukung.

Melalui kepemimpinan regu, siswa dilatih mendisiplinkan diri dan teman satu regu secara positif. Tanpa bergantung pada arahan langsung guru atau Pembina Pramuka. Kegiatan Pramuka seperti apel, latihan baris-berbaris, dan upacara mengajarkan pentingnya disiplin waktu dan ketepatan dalam tugas. Siswa diajarkan datang tepat waktu, mematuhi jadwal, dan mengikuti arahan. Melalui rutinitas tersebut, siswa terbiasa menghargai waktu dan tanggung jawab. 

Ada dua elemen kunci dalam pembentukan disiplin yang dapat diterapkan di dalam dan di luar kegiatan Pramuka. Nilai-nilai yang terkandung dalam Dasa Dharma dan Tri Satya meliputi tanggung jawab, kesetiaan, keberanian, dan kemandirian. 

Dengan menghafal, menginternalisasi, dan menerapkan nilai-nilai, siswa belajar untuk menilai tindakan mereka sendiri dan mengembangkan disiplin diri yang berasal dari pemahaman moral. 

Kegiatan di alam bebas ala Pramuka, seperti hiking, berkemah, dan bertahan hidup mengajarkan siswa disiplin merencanakan dan menjalankan kegiatan. Siswa belajar mengikuti aturan keamanan, mengatur perbekalan, serta bekerja sama. Hal itu memerlukan kesiapan mental dan kedisiplinan, yang membantu siswa mengembangkan ketangguhan, kemandirian, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Pramuka juga melatih siswa untuk peduli pada orang lain, menjaga kebersihan lingkungan, dan membantu teman satu tim. Ini membentuk disiplin sosial, di mana siswa merasa bertanggung jawab atas perilaku mereka dan dampaknya terhadap orang lain. Ini mengajarkan siswa hidup penuh empati, mematuhi aturan sosial, dan menjaga ketertiban bersama, sehingga disiplin diri tumbuh dalam kerangka menghormati orang lain.

Jika ada pelanggaran atau ketidakdisiplinan, siswa dalam Pramuka mungkin diberi tugas tambahan atau tanggung jawab tertentu. Seperti membersihkan tenda atau mengawasi peralatan. Hal itu berfungsi sebagai konsekuensi yang mendidik tanpa menimbulkan rasa takut atau hukuman fisik. Hal itu membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar untuk mengontrol perilaku agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

Setelah menuntaskan suatu kegiatan, Pramuka terbiasa melakukan sesi evaluasi. Bentuknya siswa diajak merefleksikan tindakan mereka, belajar dari kesalahan, dan menghargai pencapaian kelompok. Ini mengajarkan kedisiplinan melalui introspeksi dan evaluasi diri. Sesi refleksi ini membantu siswa melihat pentingnya disiplin dalam mencapai tujuan bersama, sambil mendorong untuk terus memperbaiki diri.

Melalui prinsip-prinsip tersebut tampak bahwa Pramuka tidak hanya membentuk disiplin melalui aturan, tetapi juga dengan membangun pemahaman dan kebiasaan yang menjadikan disiplin sebagai nilai hidup yang diterapkan siswa setiap hari. 

Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran disiplin, Pramuka membangun kedisiplinan internal tanpa memerlukan pendekatan hukuman yang berisiko menimbulkan kriminalisasi terhadap guru. Satya kudarmakan, darma kubaktikan!

***

*) Oleh : Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur dan Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES