TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa daerah di Indonesia akan melakukan pilihan kepala daerah (Pilkada) yang berarti akan terjadinya pemilihan langsung untuk pergantian kepemimpinan mulai dari level Gubernur, Bupati atau Wali Kota.
Menjadi pertanyaan besarnya adalah apakah Pilkada ini akan memunculkan pemimpin yang memikirkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat atau justru pemimpin terpilih adalah pemimpin yang memikirkan dirinya sendiri dan golongannya?
Advertisement
Pertanyaan ini sering muncul dan sederhana sekali tapi sulit untuk dijawab oleh penyelenggara pemilu dan para politisi yang ada di partai politik, karena proses pemilu di Indonesia tidak murah, membutuhkan modal yang banyak agar terpilih menjadi gubernur atau bupati.
Wacana ini muncul tidak hanya sebatas asumsi tapi sesuai dengan kajian Litbang Kemendagri bahwa biayanya sungguh luar biasa, untuk menjadi bupati atau menjadi wali kota dibutuhkan biaya sebesar Rp 20-30 miliar, dan untuk menjadi calon gubernur itu dibutuhkan biaya sebesar Rp 20-100 miliar," kata Wakil Ketua KPK lili pintauli siregar, dalam webinar pembekalan pilkada berintegritas Provinsi Sumatera Barat, Bali, dan Papua yang disiarkan di YouTube Kanal KPK, Kamis (26/11/2020).
Ketika ingin menjadi pemimpin daerah harus mengeluarkan dana yang begitu besar terus bagaimana caranya untuk mengembalikan modal kampanyenya? Oleh karena itu perlu adanya kesadaran bersama agar pemimpin yang terpilih bukan dari jual beli suara atau juga money politic.
Potret pemimpin yang akan terpilih itu menunjukkan kualitas demokrasi yang ada di Indonesia, apakah yang terpilih mempunyai visi-misi untuk kesejahteraan rakyat atau yang mempunyai dana kampanye banyak, hal ini menjadi muncul sebuah perkataan “pemimpin yang terpilih menunjukkan kualitas pemilih” disinilah sesungguhnya demokrasi Indonesia betul-betul diuji dengan pelaksanaan pilkada serentak di tahun 2024.
Seharusnya kalau ditarik dalam kacamata Islam pemimpin harus mempunyai beberapa kriteria: Pertama, mempunyai sifat amanah dan bertanggung jawab merupakan sifat mendasar yang harus ada pada seorang pemimpin.
Sesuai dengan sabda Nabi: “Dari ‘Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin orang banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, budak juga seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Kedua, yang dicintai dan mencintai rakyatnya, sebab Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian” (Hadis riwayat Imam Muslim).
Ketiga, pemimpin yang ahli dan cerdas. Keahlian ini meliputi berbagai hal, termasuk menata rakyat yang dipimpinnya pada kestabilan di berbagai bidang, baik keamanan, ekonomi, politik, pendidikan, Kesehatan dan bidang lainnya. Sesuai dengan sabda Nabi:
Artinya: "Apabila sifat Amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanah itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat". (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
Melihat dari kriteria-kriteria pemimpin yang ideal mulai dari yang Amanah, bertanggungjawab, yang dicintai dan mencintai rakyatnya, dan yang ahli serta cerdas, kalau ini semua ada didalam diri pemimpin yang terpilih nantinya, maka ada harapan besar masyarakat akan merasakan keadilan dan kesejahteraan.
***
*) Oleh : Dr. Imam Safi’i, S.Pd.I., M.Pd., Dosen FAI Unisma dan Ketua Lembaga Kajian Keislaman dan Keaswajaan (LPIK) Unisma.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |