Kopi TIMES

Waktu Guru yang Tergadaikan

Senin, 25 November 2024 - 10:26 | 37.13k
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, dan Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, dan Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Di masa lalu, banyak anggapan bahwa menjadi guru adalah jaminan stabilitas. Terutama terkait waktu bersama keluarga. Sering kali, orang tua memilihkan guru sebagai calon pasangan hidup anak mereka. 

Harapannya pekerjaan ini akan memberi lebih banyak waktu untuk berada di rumah, merawat keluarga, dan menikmati kehidupan seimbang. Namun, kenyataan kini berbeda. Tuntutan pekerjaan guru sering menyita waktu pribadi guru lebih banyak daripada yang dibayangkan. 

Advertisement

Guru memiliki jam kerja yang relatif teratur di sekolah. Namun pekerjaan guru tidak berakhir ketika bel berbunyi. Guru menyiapkan modul ajar, merancang asesmen, memeriksa tugas, menghadiri rapat, mengikuti pelatihan, dan membina ekstrakurikuler. 

Guru membuat rencana kerja, mengumpulkan bukti kinerja, melakukan aksi nyata, berbagi praktik baik, dan kegiatan lain. Hal itu membuat guru bekerja sampai di luar jam kerja, bahkan malam hari atau di akhir pekan. Waktu yang seharusnya dinikmati bersama keluarga.

Waktu guru mulai tergadai demi memenuhi tanggung jawab pendidikan yang tak ada habisnya. Banyak guru kini terjebak dalam rutinitas terus-menerus. Kehilangan rasa kebersamaan yang sesungguhnya dengan keluarga. 

Walaupun profesi ini tetap merupakan panggilan jiwanya. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi guru kini kian sulit dicapai. Apa yang dulunya dianggap keuntungan, kini menjadi tantangan yang tidak mudah.

Selain mengajar dan mendampingi siswa, guru menghadapi beban administratif yang terus berkembang. Ada beragam laporan yang harus disiapkan, ada banyak data yang harus diproses, serta perencanaan dan evaluasi kinerja yang memerlukan ketelitian tinggi. Tugas administratif ini, meskipun penting, sering kali menyedot waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan pengajaran atau beristirahat. 

Tanpa adanya dukungan atau sistem yang efisien, pekerjaan administratif ini menjadi beban tambahan yang memperburuk ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi guru. Jika beban administratif ini dapat diminimalkan atau didukung dengan teknologi yang lebih efisien, guru bisa lebih fokus pada peran mereka sebagai pendidik. Tanpa merasa tertekan oleh tugas-tugas administratif yang tak ada habisnya.

Pengorbanan waktu yang besar untuk pekerjaan berdampak signifikan pada kehidupan pribadi guru. Meskipun mereka nampak bersemangat di sekolah, di balik itu ada tantangan besar yang dihadapi, berkurangnya waktu berkualitas bersama keluarga. 

Anak-anak yang berharap bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang tuanya. Atau pasangan yang menantikan kebersamaan setelah hari yang panjang. Mereka harus menerima kenyataan bahwa sang guru masih sibuk dengan pekerjaan yang tak berujung.

Keseimbangan antara menjadi pendidik yang penuh dedikasi dan peran sebagai orang tua atau pasangan menjadi semakin sulit tercapai. Guru yang seharusnya memberi perhatian penuh kepada keluarga, justru sering terputus dari momen-momen berharga kebersamaan. 

Keletihan fisik dan mental akibat pekerjaan mempengaruhi kualitas interaksi dengan orang-orang tercinta. Guru yang kelelahan tidak dapat memberikan perhatian atau kasih sayang yang maksimal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka.

Jadwal yang padat, tuntutan administratif, dan tekanan untuk selalu tampil profesional, juga berpengaruh pada kesehatan mental guru. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh guru, tetapi juga oleh keluarga mereka, yang harus menanggung perasaan terabaikan atau kesulitan berkomunikasi karena jam kerja yang tidak menentu. 

Pengorbanan itu, meskipun dilandasi oleh niat mulia untuk memberikan yang terbaik bagi siswa, bisa menimbulkan rasa bersalah dan kekhawatiran tentang apakah mereka mampu menjaga keseimbangan dalam hidup mereka.

Pengorbanan guru adalah bentuk dedikasi luar biasa terhadap pendidikan. Namun tidak seharusnya mengorbankan kesehatan fisik dan mental mereka, atau merusak hubungan mereka dengan keluarga. Kebijakan yang lebih mendukung keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan harus diterapkan. 

Seperti pengurangan beban administratif yang tidak langsung berhubungan dengan pembelajaran. Sekolah bisa memberikan lebih banyak waktu istirahat yang berkualitas dan fleksibilitas dalam jam kerja agar guru tidak terjebak dalam rutinitas yang mempengaruhi kesehatan mereka.

Pengorbanan waktu guru untuk pendidikan adalah hal yang tidak dapat dipungkiri. Namun juga penting untuk disadari bahwa mereka bukan hanya sekadar pengajar di kelas. Mereka juga manusia dengan kehidupan pribadi, keluarga, dan kebutuhan untuk menjaga kesejahteraan diri. 

Dedikasi mereka terhadap pendidikan dan masa depan siswa adalah hal yang luar biasa. Namun tetap harus diimbangi dengan sistem yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Keseimbangan antara dedikasi dan kebahagiaan pribadi bukanlah kemewahan. Hal itu adalah hak yang seharusnya dimiliki setiap guru. Karena di balik setiap guru yang merasa didukung dan dihargai, ada siswa yang terinspirasi, keluarga yang bahagia, dan pendidikan yang lebih baik untuk masa depan. Mari bersama kita jaga pelita itu tetap menyala, tanpa harus membiarkan mereka terbakar habis. (*)

***

*) Oleh : Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, dan Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES