Kopi TIMES

Ironi Fasilitas Pendidikan di Daerah Terpencil

Kamis, 05 Desember 2024 - 13:00 | 99.64k
Elza Salsabillah, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Elza Salsabillah, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa. Namun, di Indonesia tantangan dalam sektor pendidikan masih sangatlah besar, terutama terkait dengan kualitas fasilitas yang tersedia. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan akses pendidikan, di banyak daerah, khususnya yang terpencil, masih menghadapi masalah serius dalam hal infrastruktur. 

Keterbatasan ruang kelas yang memadai, laboratorium yang minim dan cenderung tidak ada, serta akses internet yang buruk menciptakan hambatan signifikan bagi siswa dan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar yang efektif.

Advertisement

Melansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), lebih dari 3,5 juta siswa di Indonesia tidak memiliki akses ke sekolah yang layak. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai, seperti ruang kelas yang cukup dan infrastruktur pendukung lainnya. Di daerah pedesaan, banyak sekolah yang tidak hanya kekurangan ruang kelas tetapi juga mengalami kerusakan fisik. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 60,60% ruang kelas di tingkat SD berada dalam kondisi rusak ringan atau sedang pada tahun ajaran 2021/2022. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap infrastruktur pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Di Indonesia, meskipun ada upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, infrastruktur fasilitas pendidikan di banyak daerah, terutama di daerah terpencil, masih belum memadai. 

Jumlah ruang kelas yang terbatas, laboratorium yang minim, dan akses internet yang buruk merupakan tantangan yang signifikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini mengakibatkan kesenjangan yang mencolok antara standar pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan. 

Tantangan utama dalam pendidikan di daerah terpencil adalah keterbatasan ruang kelas. Banyak sekolah di lokasi-lokasi ini mengalami kondisi di mana ruang kelas digunakan secara bersama-sama oleh jumlah siswa yang melebihi kapasitas ideal yang berdampak negatif pada efektivitas proses belajar mengajar. Situasi ini menghambat konsentrasi siswa dan mengurangi perhatian yang bisa diberikan oleh para pengajar, sehingga mengganggu kualitas pembelajaran yang diterima oleh siswa.

Laboratorium merupakan salah satu fasilitas penting lainnya untuk mendukung pembelajaran, terutama pembelajaran sains dan teknologi. Namun, banyak sekolah di Indonesia, terutama yang berada di daerah terpencil, tidak memiliki laboratorium sama sekali. Tanpa adanya fasilitas ini, siswa tidak dapat melakukan eksperimen praktis yang menjadi dasar untuk memahami konsep-konsep ilmiah.

Di era digital seperti saat ini, akses internet menjadi salah satu faktor penting dalam pendidikan. Namun, banyak sekolah di daerah terpencil yang masih kesulitan untuk mendapatkan koneksi internet yang memadai. 

Menurut laporan dari Kemendikbud, sekitar 40 ribu sekolah di daerah pedesaan tidak memiliki akses internet. Hal ini menghambat kemampuan siswa dan guru untuk mengakses informasi dan sumber belajar secara online, serta memperlambat masuknya teknologi dalam proses pembelajaran.

Kualitas fasilitas pendidikan yang rendah berdampak langsung pada hasil belajar siswa. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar di lingkungan dengan fasilitas memadai cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang belajar di lingkungan dengan fasilitas terbatas.

Kondisi fasilitas pendidikan ini menghasilkan kesenjangan signifikan antara pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, fasilitas pendidikan umumnya lebih baik dengan akses ke teknologi modern dan sumber daya pendidikan yang lebih memadai.

Sebaliknya, siswa di daerah pedesaan sering kali harus berjuang dengan keterbatasan tersebut. Menurut data dari Worldtop20.org, Indonesia menduduki peringkat ke-67 dari 203 negara dalam sistem pendidikan global pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah dan perlu ditingkatkan. 

Beberapa faktor turut andil terhadap rendahnya kualitas fasilitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah kurangnya anggaran. Meskipun anggaran pendidikan nasional meningkat dari tahun ke tahun-dari Rp574,9 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp612,2 triliun pada tahun 2023-masih banyak daerah yang belum mendapatkan alokasi dana yang cukup untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan. Banyak dari anggaran tersebut tidak digunakan sepenuhnya untuk pembangunan fisik sekolah.

Distribusi sumber daya juga sering kali tidak didistribusikan secara merata. Sekolah-sekolah di kota besar biasanya mendapatkan perhatian dan investasi yang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil. 

Kualitas pendidikan secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh kualitas pengajar. Banyak guru di daerah terpencil belum mendapatkan pelatihan yang memadai atau tidak memiliki kualifikasi minimum seperti gelar S1/D4. Hal ini berdampak pada kemampuan mereka untuk mengajar secara efektif.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam pembangunan fasilitas pendidikan di daerah terpencil. Membangun sekolah baru dan memperbaiki infrastruktur yang ada akan membantu memastikan bahwa semua anak memiliki akses ke pendidikan berkualitas.

Memperluas jaringan internet di daerah terpencil sangat penting untuk mendukung proses pembelajaran modern. Kerjasama dengan penyedia layanan internet dapat membantu meningkatkan konektivitas di sekolah-sekolah. Memberikan pelatihan kepada guru tentang penggunaan teknologi dalam pengajaran dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran meskipun dengan sumber daya terbatas.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam meningkatkan partisipasi pendidikan. Program-program pemberdayaan masyarakat dapat membantu menciptakan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Kualitas fasilitas pendidikan merupakan salah satu kunci dalam menentukan keberhasilan sistem pendidikan suatu negara. Di Indonesia, tantangan terkait fasilitas pendidikan masih sangat besar, terutama di daerah terpencil. 

Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, kita dapat berharap untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan bagi seluruh warga negara Indonesia. Meningkatkan kualitas fasilitas pendidikan adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

***

*) Oleh : Elza Salsabillah, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES